Rozaq

7 1 0
                                    

"kerjakan paket matematika halaman dua puluh empat sampai dua puluh enam. Poin a, b, dan c. Dikumpulkan paling lambat istirahat kedua,"

Wajah seluruh kelas langsung berubah masam. Mereka sibuk mengeluh dalam hati. Tugas dari mr. Andre memang tidak pernah realistis. Tugas poin a yang pilihan ganda saja sudah cukup membuat pusing, ditambah poin b yang isian, belum lagi esai poin c yang beranak pinak. Apa mungkin seorang manusia setengah otak sebangsa rozaq mampu menghadapi cobaan ini?

"ck, ngerjain tugas mulu. Tugas aja nggak pernah ngerjain kita" gumam sebuah suara dari deretan belakang.

Tak disangka, mr. Andre mendengarnya, "suara siapa itu tadi?!"

Hening.

"ayo ngaku, suara siapa itu tadi?"

Seluruh siswa ikut celingukan dan saling bertanya lewat isyarat.

"kalau nggak ada yang ngaku, bapak tambah tugasnya"

Kelas makin ricuh. Mereka tidak terima harus terkena batu dari satu anak pengecut yang tak ingin buka suara.

"masih juga nggak mau ngaku?!"

Seorang anak mengangkat tangan dengan siluet kepahlawanan

"ya, Razaq? Kamu yang—"

"Bang Lino, Pak! Tadi saya denger. Tuh kan langsung pura-pura tidur!" adu Razaq dengan wajah datarnya

"LINO!"

Yang dipanggil namanya terlonjak kaget. Padahal dalam mimpi, ia sedang bermain dengan almarhum kucingnya, iyem. Yang sebenarnya nama itu diambil dari nama pembantunya.

Diusapnya kasar wajah tampan itu sembari mencerna apa yang sedang terjadi. "iya,pak?"

"kamu bilang apa tadi? Sini!" amuk mr. Andre "ngomong yang keras didepan kelas"

"lah, bilang apa, pak?" Tanya Lino balik sambil mengode Razaq lewat tatapan mata. 'ada apaan?'. Razaq hanya angkat bahu.

"bilang yang barusan tadi, kamu ngedumel apa?"

"lah, mana saya tau, saya kan—"

"ikan?" sela Razaq. Seisi kelas menahan tawa

Lino melempar tatapan 'senggol bacok' milik candra pada razaq yang nyengir kuda,"saya kan tidur"

"halah nggak usah alesan kamu. Kamu kira dengan kamu pura-pura tidur, saya nggak bias tau?"

"lah, orang saya tidur beneran. Dari sebelum pelajaran bapak malah. Noh, ilernya," ujar Lino yang pamer buku tulis berlumur liur.

"kamu beneran tidur?"

"iya"

"yakin, ga bohong kamu?"

"seratus persen jujur,"

"oh," mr.Andre mengangguk sambil mengambil mistar di meja "berani kamu tidur di pelajaran saya? Ikut saya sekarang!"

Lino jadi serba salah. Jujur salah, tau gini bohong aja tadi. Pikirnya

Di belakang, Razaq tengah tertawa terbahak-bahak melihat abang favoritnya dibawa ke—tidak salah lagi—ruang bimbingan konsuling.

Lino menoleh dan seolah mengirim sinyal telepati ke Razaq. oh, jadi kerjaan elu?

mampus, siapa suruh molor mulu?balas Razaq menjukurkan lidahnya

Mr. Andre pun keluar dari kelas bersama dengan Lino.

Seisi kelas ricuh, alih-alih mengerjakan tugas, mereka sibuk menggosipkan ini itu dengan teman sebangkunya.

"wah parah lu jak!" gelak haikal

"ngawur lu!" geplak candra pelan

Rozaq melotot, "napa gue dah?"

"gue tau lu yang ngomong tadi," ujar sandy, sekertaris kelas, anak kesayangan guru.

Rozaq berbalik, menatap sandy yang ada di baris paling depan. "terus?"

"lu pernah mikir ga sih kalau bercandaan lo itu keterlaluan?"

"dih ya suka suka gue kali, itukan urusan gue. Lino nya aja ga protes,"

"gue Cuma ngingetin lu, sebelum urusan lu bikin kita sekelas kena batunya,"

Rozaq mencibir lalu tersenyum, "ah, terimakasih sudah diingetin mas sandy,"

"ini bukan pertama kalinya kita kena hukuman gara-gara lo,"

Rozaq menatap bengis Sandy yang kembali menghadap bukunya.

#

Rozaq menghela nafas. Rambutnya yang agak melebihi kriteria sekolah berkibar terhembus angin. Matanya bebas memandang langit. itu salah satu alasan mengapa tempat itu menjadi tempat favoritnya, Atap sekolah.

Dalam benaknya terulang kejadian tadi siang.

Apa iya gue keterlaluan? Batinnya

Selama ini ia tak pernah memikirkan orang lain akan terkena imbas dari guyonannya. Yang dia lakukan hanya main-main. Dan dimatanya, semua orang tertawa. Mereka senang saja kok. Apa yang salah?

Dia merebahkan tubuhnya di susunan genteng bata. "apa yang dikatakan Sandy itu benar?"

Sejenak kemudian ia mengerenyit, "ngapain juga gue mikirin si sandy?! Siapa gue?! Kaya dia yang paling bener aja,"

Dia terdiam, kembali larut dalam pikirannya, "tapi dia anak teladan kan? Anak baik-baik" rozaq terkekeh. "Semua yang dibilang itu anak bakal di percaya, kan?"

"sementara gue?" senyumnya meluntur.

"mau bukti di depan mata juga, mereka tetep nganggep gua pembohong,"

"sekeras apapun gue berubah, mereka tetep ngecap gue anak nakal,"

"sekali anak nakal, badung, ya selamanya seperti itu,"

Rozaq mengangkat bahu, "jadi buat apa berubah?"

#

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanpa JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang