flashback
Jaehyun berusia dua belas tahun, dan Taeyong saat itu berusia sebelas tahun. Dua sahabat itu sedang menikmati angin sepoi dan langit biru dengan berbaring terlentang di hamparan rerumputan di taman belakang komplek.
Jaehyun menatap Taeyong yang sedang asyik tertawa dan mengejek nya karena sudah mencium Karina, anak sekelas Taeyong di sekolah dasar.
"Aku tidak suka. Rasanya basah." Jaehyun membela diri nya.
Taeyong tertawa. "Lalu? Kenapa kau mencium nya? Apa kau suka padanya?"
Jaehyun menggeleng kencang. "Tidak! Aku hanya ingin mencoba. Teman ku bilang, ciuman dengan wanita itu enak. Aku penasaran. Tapi aku tidak suka."
"Tidak suka ciuman nya atau orang nya?"
"Keduanya. Maksudku, Karina adalah teman mu. Aku tidak membenci nya, tapi aku juga tidak menyukai apalagi menyayangi nya." Jelas Jaehyun.
Taeyong membalikkan tubuhnya menyamping, menghadap Jaehyun. "Lalu siapa yang kau sayangi, hyung?"
Jaehyun duduk dari tidur nya, menarik lengan mungil Taeyong untuk duduk dihadapan nya.
"Kau. Aku menyayangi mu sebagai sahabat ku. Apa kau mau menjadi seorang istri? Aku akan menjadi suami. Seperti ayah dan ibu kita." Jawab Jaehyun polos.
Taeyong menggeleng keras. "Aku mau jadi suami!"
Jaehyun menghela nafas nya kasar. "Tidak bisa, karena suami adalah peran ku."
Taeyong mencebik kesal. "Tapi kan aku laki laki."
Jaehyun tersenyum kecil. "Baiklah. Bagaimana kalau kita berdua menjadi suami-suami? "
"Yah. Boleh juga. Kalau begitu kita harus ciuman! Aku pernah mengintip ayah dan ibu berciuman. Kita tak boleh kalah dari mereka." Sahut Taeyong.
Jaehyun membeku. Tiba tiba pelipisnya berkeringat. "O-okey." Ia mengangguk tak yakin. Saat mencium Karina, ia tak segugup ini. Jantungnya berdetak kencang.
Lalu dengan perlahan, kedua bocil itu menyatukan bibir mereka. Taeyong memejam kan matanya, sementara Jaehyun asyik memandangi wajah manis Taeyong.
Cup.
Mereka mengakhirinya dengan kecupan kecil.
"Bibirmu—enak. Dia sedikit manis." Kata Jaehyun sambil mengelus pipi temben Taeyong.
Taeyong memerah.
Apa apaan bocah bocah ini?
-
"Breakfast time!"
Jaehyun mengusap matanya pelan. Ia masih mengumpulkan nyawanya sebab belum bangun sepenuhnya dari tidurnya. Dilihatnya sang ibu berdiri di ambang pintu dengan tubuh terbalut apron berkarakter buttercup dari serial kartun powerpuff girls.
Jaehyun tersenyum kecil. Tentu saja ibunya masih menyukai buttercup. Tiga tahun telah ia lewatkan namun sang ibu masih terus mempunyai semangat untuk menjadi pahlawan wanita yang menyelamatkan kota seperti gadis gadis powerpuff.
"Aku akan menyusul, Bu." Sahut Jaehyun.
Sepeninggal Jessica, Jaehyun turun dari tempat tidur nya, melirik ke arah kruk yang ada di samping tempat tidur. "Kau berpikir aku akan menggunakan mu? Huh, tidak akan! Jeno bilang aku populer, aku tidak ingin terlihat cupu karena mu!" Kata Jaehyun, berbicara sendir—oh tidak, dia mulai gila karena dia baru saja berbicara sinis pada sebuah tongkat. Mengumpulkan kewarasan nya, dengan susah payah ia mencoba berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
So, Can i have this dance? • Jaeyong
Fiksi PenggemarJaehyun masih tidak mengerti, suatu hari ia terbangun di ruang rawat dan semua nya tiba tiba saja membingungkan. Ia bukan lagi seorang murid baru yang pecundang dan penyendiri, melainkan seorang senior dan kapten team basket populer di sekolah nya...