#1 Lamaran

12 2 0
                                    


   Yo, Namaku Angger Tresfi , pemuda umur 19 tahun yang baru 1 tahun lulus SMA, anak ke 2 dari 3 bersaudara yang isinya laki laki semua, lahir di daerah gretink, pinggiran kota yang ga pinggir pinggir banget.Saat ini Aku sedang menghadiri reunian SMA Dery Angkatan ke-24. Semua orang pasti bertanya, " Lah kan baru 1 tahun lulus, kok ada reunian?",  Mana kutahu, seminggu yang lalu teman kelas ku nelpon pagi pagi buta, " Ger, Minggu depan kita Reunian di Resto breluq ya, itu loh resto yang terkenal karna di pinggir gunung, yang ada tamannya yang instagrammable banget, gw udah pesen tempat buat angkatan kita, jadi pokoknya harus dateng, karna semua nya bakal dateng, OKE?!", Terus langsung nutup telpon tanpa membiarkan ku bicara sepatah kata pun. Aku berpikir sejenak, " Bentar, itu ga kejauhan apa?"

Tapi lupakan itu dulu, Sekarang aku lagi megang cincin di saku ku. Yak, aku niatnya emang mau ngelamar temen masa kecilku, tetanggaku, temen sekelasku, dan pujaan hatiku, Arisa Stevie. Arisa itu cewe pendiem yang cool abis, cantik, pandai masak, dan urusan rumah lainnya,plus belum punya pacar, istri idaman banget. Kok aku bisa tau? Ya iyalah, kami udah Deket dari kecil, orang tau kami pun deket, rumah ga sampe 5 langkah. Walau udah Deket dari kecil, tetep aja gugup buat ngelamar dia, siapa sih yang ga gugup lamar anak orang?. Aku rencananya lamar dia setelah reunian selesai, sekitar jam 18.00 sore.

"Oke, sekarang tinggal jalanin reuniannya,  terus lamar", pikirku. Reunian berjalan santai, ternyata benar, semua mantan siswa hadir, ga ada yang ga hadir, entah emang pada nganggur atau dipaksa.

Yang namanya reunian ya reunian, pembahasannya ga jauh jauh dari " lagi apa sekarang?". " Aku sih untuk sekarang lagi nganggur. Eits, bukan ga ada pekerjaan ya, aku bulan depan bakal kerja di kota", pamer ku. " Widihh keren dong ger. Tapi udah punya pacar lum?", Tanya Gery, " itu... gada hubungannya sama kerjaan", ucapku dengan suara kecil, sembari mengambil gelas minuman.

Tiba tiba aku merinding, entah kenapa, aku merasa diawasi. Tapi saat aku melihat sekitar, aku tidak melihat siapapun yang melihat ke arahku.
" Kenapa ger? " Tanya Gery khawatir, " uhh gapapa, cuma ini jus jeruknya ga kelewat dingin apa?, Berasa makan es krim jeruk, kepalaku langsung sakit." Ucapku mengalihkan topik. Tiba tiba Gery meminum jus jerukku lewat sedotan, "Kaga tuh, biasa aja ah". "Eiyy, Ini punyaku, minum punyamu sendiri dong", aku dengan cepat menarik gelas sebelum jus ku dihabiskan oleh Gery.
Terjadi lagi, Tiba tiba aku merinding lagi. Tapi kali ini aku mencoba untuk cuek, dan tidak menoleh sedikitpun. Aku berpikir, " Ni restoran ada hantunya apa gimana dah? Kok perasaanku ga enak", sambil mengelus rambut leher ku agar tidak merinding lagi. Pelayan restoran akhirnya membawakan Makanan yang dipesan khusus untuk kelas ku, aku melupakan soal merinding yang kualami kemudian makan.

***
Acara reuni ini pun berakhir dengan sesi foto bersama, setelah berfoto, kebanyakan orang langsung pulang, hanya beberapa orang saja yang masih berada di restoran, ada yang memesan makanan lagi, berfoto foto lagi, atau pun mengobrol lagi. Aku langsung mencari Arisa,
"Risa ketemu!, Ikut aku bentar deh Ris, ada sesuatu yang pengen aku bicarakan serius sama kamu", ucapku dengan keras. " Wadu, Tadi ngomongnya keras banget lagi", pikir ku setelah melihat beberapa pengunjung restoran menatapku. " Uhh, oke", jawab Arisa dengan muka menghadap ke bawah. Aku tau, dia pasti malu karena beberapa pengunjung restoran menatapnya, " duhhh bodohnya aku" sesalku dalam hati.
Kami pergi ke Taman restoran, dimana pemandangan pegunungan terhampar, dan diselimuti oleh suasana senja, sungguh timing yang bagus pake banget untuk melamar. Suasana hening sejenak, aku sangat gugup, dan pikiranku langsung kosong, lupa mau ngapain. "Eh, loh, aku tadi mau ngapain ya?", Pikir ku. " Jadi kamu mau ngomong apa?" Ucap Arisa memecahkan keheningan. Ahh  aku ingat, aku kesini buat melamar Arisa. " Uhh, jadi gini. Dengerin dengan baik ya, karna aku ga bakal ngulangin lagi. Uhh, gimana bilangnya ya,  Aku ... mencintaimu, sejak masih kecil, sejak kita sering bersama, aku suka dengan waktu yang kita habiskan bersama dari dulu, aku suka dengan kamu yang pendiam, aku suka dengan kamu yang pintar mengerjakan urusan rumah, aku suka dengan kamu yang selalu disiplin, aku suka dengan semua sisi dari dirimu, aku cinta kamu. Arisa Stevie, maukah kamu menjadi orang yang paling spesial dalam hidupku? Menjadi separuh jiwaku? Maukah kamu menjadi istriku?", Aku mengambil posisi berlutut, dan mengeluarkan cincin dari saku ku. Bersama dengan tenggelamnya sang Matahari, aku, Angger Tresfi, menyatakan cintaku, pada pujaan hatiku.

"Kalo ditolak aku sudah siap mental, kal-", . "Ya, Aku mau", sebuah jawaban kudengar tepat setelah aku menyelesaikan lamaranku, sangat cepat sehingga membuatku terkejut dan bahkan memotong pemikiran yang aku miliki, " heh? Cepet banget jawabnya? Bentar bentar, dia ga asal jawab kan? Ya aku seneng sih, seneng banget malah, tapi apa itu ga kecepetan jawabnya?" Aku terkejut.

" Serius? ", Aku mencoba memastikan, " Serius kok, aku mau jadi istrimu ", jawab Arisa Sambil tersenyum manis. Aku berdiri dengan rasa tak percaya, memakaikan cincin di jari manisnya, menatap matanya, dan memeluknya. Dia membalas pelukanku.

" Ini kenyataan kan? Bukan mimpi kan? " Pikirku,  Aku memeluk Arisa lebih erat, dan aku merasakan kehangatan dari suhu tubuhnya, bau harum dari rambutnya, tangan lembutnya yang memelukku, dan aku tersadar bahwa ini adalah kenyataan. Aku adalah pria paling bahagia di dunia saat ini.
Aku hampir menangis saking bahagianya. Aku melepaskan pelukanku, dan menghela napas panjang. Mencubit pipiku, dan melihat Arisa, dia tersenyum.

"Oke, sekarang tinggal bicara ke orangtua mu, dan kita bisa langsung menikah, aku udah ada modal untuk nikah kok", ujarku sambil mengusap mataku. " Orang tauku pasti ga masalah sih, kalo itu kamu" ucap Arisa. " Tapi kita tetep harus ngomong ke mereka kan?" Tegasku.

" Ecieee, ada yang mau kawin nihhhh". Aku terkejut setengah mati. Saat aku melihat ke belakang, aku melihat sesuatu yang paling tidak aku inginkan, teman teman ku & Arisa!!, " Waduh, mereka liat ga ya? Liat ga ya? Semoga ga liat, semoga ga liat, semoga ga liat!!", Harapku dalam hati.

"Pak suami keren banget lohhh, ternyata udah cinta dari kecil, so sweet dehh",  " Mampus , mereka liatt!!!" , Aku panik. Kulihat Arisa, dia agak menundukkan kepalanya, pasti dia malu karna dilihat teman temannya juga.

Oke! Ini saatnya aku memperlihatkan kemampuan berargumen ku. " Ih jomblo iri yaa liat orang lamaran?, Kasian deh belum ada yang bisa dilamar selain kerjaan", cibir ku. " Buset, sombong banget, sah juga belum", " tapi yah, selamat atas pernikahannya yaa!!, Semoga langgeng dan cepet punya momongan!", Ucap mereka. " Nah gitu dong, itu baru temen", jawabku tersenyum.

Aku menggenggam tangan Arisa, tersenyum, dan berkata, " yuk pulang!",  "Ya!".

No Wife No LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang