Prolog

11 3 0
                                    

Hana Yokizawa..

Dia seorang gadis yang cantik, memiliki perawakan tinggi, berkulit putih, dan dia memiliki selera humori yang baik. Hana mengenakan hijab untuk membalut kepalanya guna menutup surai mahkota indah miliknya. Karena Hijab untuk perempuan hukumnya adalah wajib.

Hana merupakan seorang mualaf yang tak sengaja mengagumi sebuah buku tentang Islam yang membawanya hingga ketahap ini.

Sungguh perjalanan yang luar biasa hingga ia bisa berusaha sampai sejauh ini, tetapi orang tuanya tak membantah dengan hal itu, namun rasa kecewa pasti tetap ada, walau begitu mereka akan tetap mendukung anak mereka jika itu demi kebaikan anak mereka sendiri. Orang tua Hana juga sadar betul bahwa anaknya kini sudah lebih dewasa dari sebelumnya.

Hana merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara, kakaknya seorang Pria yang matang, sangat bijaksana, tampan, dan sangat berwibawa jauh dari dirinya. Kaindra Yokizawa pria berumur 27 tahun yang berbeda jauh dari dirinya, dia saat ini telah menjadi seorang Direktur diperusahaan sang Ayah, Hana pernah ditawarkan untuk bekerja diperusahaan anak cabang diluar kota, tetapi Hana menolaknya dengan alasan ingin bekerja tanpa bantuan dari keluarganya.

Tak berangsur lama setelah ia memantapkan hati untuk menjadi seorang mualaf, Orang Tuanya luluh ketika mendengar lantunan Ayat Suci yang Hana bawakan, begitu tersentuh hati mereka ketika melihat anak perempuan semata wayang mereka yang begitu anggun dan berwibawa saat itu telah berubah, jauh berbeda dari Hana yang sebelumnya. Hana yang dulu seorang pecandu obat-obatan terlarang, dia juga perokok pasif, dan suka meminum minuman beralkohol, pergaulannya sangat bebas dan selalu mengenakan pakaian yang sangat minim dan terbuka, hal itu pula yang membuat orang tuanya mendukung Hana untuk menjadi seperti sekarang.

Disisi lain, hal yang membuat Hana ingin berubah yaitu sosok cerita didalam buku yang sering ia baca. Isi di dalam cerita tersebut menampilkan sesosok seorang pria yang begitu mencintai istrinya, dia selalu membimbing, mengajari bahkan sangat menjaga istrinya dari hal-hal yang dilarang dalam agama, sungguh Hana sangat tersentuh akan hal itu, ia selalu berharap hal seperti yang tertulis di buku tersebut bisa menjadi kenyataan baginya.

Malam berangsur hilang, berubah menjadi fajar, tak sengaja Hana tertidur di atas sejadahnya setelah menunaikan ibadah shalat malamnya. Azan mulai berkumandang beruntung rumahnya saat ini berdekatan dengan musolah, jadi jika waktunya sudah masuk Shalat Fardhu, suara azan akan sangat jelas terdengar.

Perlahan mata itu terbuka, Hana melihat sejadah yang menjadi alas untuknya tidur. Ah sepertinya aku tertidur semalam, ucap Hana dalam hati. Lantas setelah ia merasa kantuknya mulai hilang, ia lekas mengambil air wudhu dan melakukan shalat subuh.

Sebenarnya rumah Hana berada dipusat kota bersama dengan kedua orang tuanya, namun dia meminta untuk tinggal sendiri jauh dari pusat kota dan sekarang disinilah dia berada, rumahnya berada di sebuah komplek dekat dengan perkampungan, jadi ia bisa saling bertegur sapa disana, apa lagi guru atau ustadzah yang mengajarinya tentang agama rumahnya tak jauh jaraknya dari rumah Hana.

Selesai shalat mulai bersiap untuk olahraga mengelilingi komplek dan mengarah ke perkampungan, beruntung kompleknya tidak jauh dari pemukiman warga jadi ia tetap bisa bersosialisasi disana. Hana sangat senang berinteraksi dengan banyak orang terlebih ia sering merasa kesepian jika berada dirumah terus menerus, kalau disini terkadang dia bisa menyapa beberapa ibu-ibu yang sedang sibuk untuk mengatur jualan, atau bapak tukang sayur yang mulai berangkat berdagang, apa lagi jika melihat beberapa anak-anak, yang ingin berangkat sekolah betapa menggemaskannya mereka, Hana jadi mengingat waktu masa kecilnya dulu sewaktu bersama Ayahnya.

"Ayah, Hanakan masih ngantuk! kenapa Ayah bangunin Hana di jam segini?!" Ucap Hana kecil dengan kesal.

"Hei, kenapa kamu marah sayang? Ini kan sudah pagi, ini waktunya kita untuk berolahraga,"Jawab Ayah dengan santai.

"Ah, tapi ini masih terlalu pagi Ayah.. Hana masih sangat mengantuk, benar deh Ayah, coba Ayah lihat mata Hana," Ucap Hana kecil dengan sangat menggemaskan, matanya yang sayu itu membuat ayah tertawa renyah.

"Ayolah sayang, bukannya kemarin kamu meminta ayah untuk membangunkanmu di jam segini? Agar kamu terbiasa bangun pagi dan bisa berangkat ke sekolah lebih pagi supaya kamu tidak terlambat kan?" Ucap Ayah panjang lebar, Hana kecil hanya mengangguk mengiyakan.

"Oke mari kita mulai olahraganya,"

Mengingat hal itu Hana kembali tersenyum, kenangan manisnya bersama sang Ayah begitu membekas baginya. Tetapi kini ia tidak begitu banyak memiliki waktu, karena tuntutan pekerjaannya membuat dia jadi sangat sibuk saat ini. Jadi ia sulit untuk meluangkan waktu untuk keluarganya terutama pada sang Ayah.

Hana Yokizawa atau nama setelah ia menjadi mualaf yaitu Nayala. Hana saat ini sedang menggeluti bidang marketing di sebuah perusahaan besar, ia membuat promosi untuk iklan perusahaan serta merangkai banyak kata supaya banyak orang tertarik untuk membeli produk tersebut, Hana merangkap menjadi seorang penulis, seperti idolanya yaitu Fardi Kinandara. Dia seorang penulis terkenal yang sangat disegani dan sangat dikagumi oleh Hana.

Tetapi di sisi lain, Hana harus tetap fokus dengan pendidikannya agar dia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu. Alasan Hana untuk menjadi penulis juga bukan hanya sekedar hobi semata, namun demi bisa bertemu dengan sang pujaan hati dan bisa berkaloborasi bersamanya. Semoga harapan itu bisa terwujud dan menjadi nyata.

***

Disinilah rentang waktu bekerja
Semoga yang membaca selalu setia
Dan menyukai cerita ini
Terimakasih ❤️

Makna TersiratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang