Part 1

20 3 0
                                    

Pagi ini tepatnya pukul 09.55 WIB. Hana sudah sampai disebuah Cafe. ia membuat janji temu dengan sahabat karibnya di cafe tersebut ia bernama Karina Salim. Karina sama sepertinya, dia anak campuran tetapi berbeda negara dengan dirinya, Karina keturunan Afganistan-Indonesia. Ayahnya berasal dari Afganistan sedangkan Bundanya berasal dari Indonesia.

Hana melihat Karina yang sudah menunggunya di meja paling pojok ruangan, dekat dengan jendala hingga mereka bisa menatap pemandangan di luar sana. Segera saja ia melangkahkan kakinya membelah beberapa kerumunan orang yang telah ramai berkunjung ke cafe ini.

"Hey.. sudah lama nunggunya?" Sapa Hana sembari berduduk di hadapan Karina.

"Gak kok.. ini barusan sampai juga," Jawab Karina santai.

"Btw kamu mau minum apa nih Na?" Tanya Karina.

"Taro aja ya 1 pakai boba kaya biasa lah Rin," Hana menggoda Karina sembari menaikan kedua alisnya dengan tersenyum jahil.

"Apaan sih Na, ntar diliat tau!"

"Hahahaa, oke oke santai aja kali, aku paham kok," ucap Hana menahan tawa selagi Karina sedang membuat pesanan, karena yang datang melayani mereka adalah orang yang disukai oleh Karina.

"Oke, ini aja pesanannya mba?" Ucap pria yang bernama Revan tersebut sambil menatap sekilas Karina.

"A-ah iya itu aja," jawab Karina dengan sedikit tergagap akibat rasa gugupnya sehingga membuat degup jantungnya berdetak hebat. Setelah pria itu berlalu Karina bisa membuang nafas lega.

"Gila sih, kamu sama dia bisa keliatan gak saling kenal gitu, kenapa Rin kok rasanya jadi aneh ya?" Pertanyaan Hana sukses membuat senyum Karina sedikit memudar. Karina hanya menghela nafas lalu menjawab.

"Ya.. kamu taulah bos yang punya usaha inikan cewek, umurnya juga gak beda jauh sama kita, jelas keliatan kok dari tatapannya kalau dia suka sama Revan, tapi. Revan aja yang sok gak tau," Jelas Karina panjang lebar dengan raut wajah kesalnya.

"Jadi pointnya?"

"2 hari yang lalu waktu aku mau ketemuan sama Revan, aku gak sengaja ketemu juga dengan bosnya itu, aku sering ke cafe ini selain karena cofeenya enak juga sengaja datang karena memang murni mau ketemu aja sama si Revan, mungkin itu yang membuat dia jadi ditegur dan di minta buat gak terlalu dekat denganku lagi Na, mengingat kerjaannya juga banyak kan, jadi seperti inilah kami, kalau ketemu dicafe ini seakan-akan kami orang asing, tapi kalo sudah diluar jam kerja kami bisa jalan berdua,"

"Oke baiklah, kamu yang sabar aja ya, mungkin bosnya ada benarnya juga biar si Revan kerjanya fokus gitu Rin. Inget ya gak boleh Suudzoon," Ucap Hana mengingatkan dengan nada bercanda.

"Iya.. tenang aja Hanaku.. Aku selalu ingat pesanmu,"

"Lalu gimana dengan tulisanmu kemarin? Sudah selesai?" Karina berganti bertanya.

"Belum selesai, masih separuh cerita Rin, aku bingung alurnya mau aku apakan, agak jenuh sebenarnya aku menulis begitu karena gak ada dorongan selain kamu, Ayah sama Ibu juga gak bakal paham sama hal beginian," Jawab Hana dengan wajah murung.

"Gak apa-apa Na.. itu hal yang wajar, aku selalu dukung kamu kok, kamu harus lebih semangat lagi oke! semisal kamu butuh bantuan hubungi aja aku jangan sungkan ya?" Ucap Karina memberikan dorongan semangat untuk Hana tak lupa tangan halus milik Hana digenggam erat oleh Karina.

"Makasih ya Rin," ucap Hana dengan mata yang berbinar haru.

"Gak masalah, buat sahabat sendiri apa sih yang gak," Keduanya tertawa mendengar ucapan Karina yang bagi mereka sangat menggelikan tersebut.

Makna TersiratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang