Part 2

9 3 0
                                    

Saat ini Hana telah sampai di Universitas tempat ia kuliah, dia sudah menghabiskan waktu 4 jam untuk mendengarkan dosennya yang tengah mengajar di depan sana. Ruangan tampak sepi dan hanya terdengar suara dosen yang menggema diruangan ini. Hal itu yang membuat Hana sedikit goyah karena rasa kantuknya yang tiba-tiba datang. Waktu berlalu cukup lambat dan sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Kelas pun selesai, beruntung Hana bisa menyelesaikan tulisan tanpa hambatan meski matanya sangat mengantuk. Karina datang dari arah berlawanan segera saja ia memeluk Hana yang tengah merapikan beberapa buku kedalam tas miliknya.

"Hai.. kakak Hana yang cantiknya naudzubillah, lagi apa nih?" Sapa Karina sembari mencolek-colek dagu milik Hana sembari menatap Hana yang sedang sibuk dengan beberapa bukunya.

"Ish.. sanaan ah! tanganmu ngehalangin aja Rin!" Ucap Hana kesal.

"Haduh si ibu lagi sensi, telat makan lagi ya?" Tanya Karina dengan tampang tak bersalah.

"Iyalah, 5 jam dosen ngejelasin, pas berangkat aku gak ada sarapan Rin, sekarang perutku serasa mau meledak karena kelaparan! Yuk ah temenin ke kantin bi sinta dulu!" Ucap Hana seraya menarik Karina untuk mengikutinya.

***

Sesampainya di kantin

"Bi Sinta, pesan bakmi nya 2 baksonya 1 minumnya es jeruk sama teh es 1," Hana memesan beberapa makanan pada sang Ibu Kantin.

"Eh cah ayu, makannya tumben double ndo? Telat makan lagi ya?" Tanya bibi Sinta seraya memasukan beberapa bahan ke mangkok.

"Iya bi, karena Hana lupa kalau tugas yang diminta ibu Sasil harus segera dikumpulkan hari ini bi," Hana menjawab dengan bahu yang melemas.

"Oalah, Neng Hana nama mualafnya kemarin siapa ya? Ibu lupa,"

"Nayala bi ada apa?" Tanya Hana heran.

"Maaf sebelumnya Neng Naya, saya mau ngasih tau aja, kalau neng uda jadi mualaf, neng harus terbiasa dengan nama barunya ya? Jangan dibiasain lagi pake nama lama, Ibu cuma ngasih tau yo kamu jangan sampe tersinggung," Ucap Bibi Sinta dengan hati-hati.

"Oh iya makasih ya bi sudah di ingatkan, habisnya saya sudah kebiasaan kalo dipanggil dengan sebutan lama bi," Jawab Hama dengan kekehan seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Iya gak apa ndo, kalo bisa seterusnya kamu dipanggil nama muslimnya aja ya,"

"Oke bi makasih banget ya sudah diingetin,"

"Iya sama-sama ndo,"

Setelahnya Hana kembali ke tempat duduk semula.

"Kenapa lagi Na?" Tanya Karina sambil melirik Ibu Sinta.

"Biasa Ibu kantin nasehatin aku, kalo aku harus memakai namaku yang baru, tapi aku belum terbiasa Rin,"

"Ya gak apa sih Na, nama lo juga kurang lebih, ada kata-kata Na nya juga kok gak ngaruh sama aku, namamu yang baru juga terdengar lebih cantik dan imut haha,"

"Ish kamu mah gitu Rin diajak serius malah bercanda,"

Beberapa saat kemudian pesanan Hana datang, tanpa berucap lagi ia segera melahap makan siang sekaligus sarapannya yang tertunda, tak lupa ia membaca doa sebelum makan. Karina yang heran dengan jumlah porsi yang tak sesuai dengan bentuk tubuh sahabatnya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah. Beberapa saat kemudian Hana dan Karina sudah menyelesaikan makan siang mereka, mereka berdua tidak berniat untuk lekas pergi karena mereka ingin makanan yang mereka makan bisa tercerna dengan baik.

"Oh iya Rin, aku mau nanya," tiba-tiba Hana membuka suara.

"Apaan Nay?" Tanya Karina penasaran.

Makna TersiratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang