Bagaimana rasanya jatuh cinta pada seseorang saat pertama kalinya mendengar suara mengajinya? Mulanya hanya kagum saja, tapi lama kelamaan, ia telah jatuh cinta pada seseorang itu. Meskipun belum pernah melihat wajahnya, lebih tepatnya belum melihat wajahnya dengan jelas. Iya, itulah yang di alami oleh Nayfa.
Suara Qoriah mulai terdengar. Nayfa yang mendengarkannya pun terdiam sesaat, sangat nyaman terdengar di telinganya. Tapi rasa penasaran pun hinggap, namanya perempuan 'kan.
Perempuan dengan gamis berwarna hijau Armi itu tak tinggal diam, ingin duduk di barisan depan. "Ayo tah Sar, maju ke depan biar lihat itu siapa yang ngaji," tuturnya pada temannya, Sari namanya.
"Nggak bisa, Nay. Udah-udah kamu yang mendengarkan aja," balas Sari. Dengan wajah di tekuk, Nayfa kembali mendengarkan dengan seksama.
Kurang lebih lima jam pengajian itu berakhir. Nayfa dan Sari di suruh menunggu temannya satu lagi yang jadi panitia pengajian. "Lama banget tho si Putri," gerutu Sari.
"Nunggu lama tho Nay, Sar?" ujar seorang perempuan yang mengenakan pakaian atasan putih dan bawahan sarung.
"Lama banget, Put. Sampe kita lumutan nih," balas Sari berlebihan, yang membuat Nayfa dan Putri tertawa.
"Udah lama ya kita nggak ketawa-ketiwi, sana sini," ujar Sari menunduk. Pasalnya, Sari akan pergi merantau, dan Nayfa akan pergi menuntut ilmu. Dan ia ada sini, menetap.
"Iya, Nayfa tinggal seminggu lagi 'kan," tambah Sari yang membuat suasana berubah jadi mellow.
"Udah kenapa sih, malah jadi mellow gini," balas Nayfa terkekeh. Meskipun dalam hati ia membenarkan apa yang di ucapkan kedua sahabatnya.
"Iya-iya yang tadi dengar suara Akhi-akhi pujaan hati," ujar Sari tertawa. Sari memang orang yang pandai merubah suasana.
"Lhah iya tho? Siapa?" timpal Putri bertanya.
"Biasalah Akhi-akhi berpeci," balas Sari yang membuat Nayfa semakin menekuk wajahnya. "Itu lhoh tadi yang tadi Qoriah. Tapi ya gitu, kita duduknya di belakang, mana bisa lihat wajahnya."
Putri mengingatnya, tak lama kemudian ia mengangguk. "Oh tadi aku sama panitia yang lain sempat foto sama beliau. Mau lihat nggak?" tanya Putri.
Meskipun dalam hati ingin, tapi Nayfa menggelengkan kepalanya. "Nggak. Apasih si Sari emang berlebihan. Orang aku cuma kagum aja kok, suaranya bagus gitu aja, udah."
"Nanti aku kirim deh, biar tau wajahnya. Ganteng lhoh," balas Putri dengan menaik turunkan kedua alisnya, menggoda Nayfa.
"Ih aku tuh nggak mandang fisik. Bagaimana pun wajahnya, aku mah biasa aja. Aku tadi kagum suaranya aja, udah, nggak lebih," ujar Nayfa membela diri. Sari dan Putri langsung tertawa mendengarnya.
"Ayok pulang udah jam 12 lebih ini," ujar Sari sembari melihat jam di ponsel miliknya.
Mereka bertiga berjalan beriringan. Sampai mereke berdua di rumahnya masing-masing.
Nayfa memasuki kamar mandi untuk bersih-bersih dan mengganti bajunya, dengan atasan kaos lengan pendek dan rok panjang koleksi miliknya. Ia merebahkan tubuhnya di kasur miliknya. Ponsel yang ia charger tadi tiba-tiba berbunyi.
Nayfa mencabut chargernya, sebab sudah penuh. Ia menchargernya waktu sebelum ke pengajian. "Putri?" Ia mengerutkan keningnya saat Putri mengirimkannya beberapa pesan berupa foto.
Selesai mengunduh foto yang di kirimkan Putri, ia mengzoom, foto itu. Matanya fokus pada seorang lelaki bersarung lengkap dengan peci hitam polosnya. "Ini yang Qoriah tadi bukan ya? Dari bajunya sih sama warnanya," ucapnya pada diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Gus Aksa
RomanceBuat selingan cerita NING KHAIRA, jadi update tidak menentu. Nayfa, perempuan yang pernah mengagumi seseorang karena pernah mendengar suara mengajinya, lalu rasa kagumnya menjadi malu saat ia tahu, ternyata dia adalah putra kyai dari pondok pesantr...