Magic

5 2 0
                                    

Adam Albert Adrian, Laki laki yang biasa di sapa Iyan oleh sang papa dan di kenal dengan nama Adam oleh kebanyakan orang itu kini sedang duduk bersandar di kursi kantor sma albert nigam  kebanggannya.

Adam sendiri sudah merasa lelah dengan hatinya, sudah dari dua hari yang lalu ia tak fokus pada pekerjaannya hanya karena seorang gadis, sebelumnya ia tak pernah merasa sesesak ini, Namun sejak kedatangan gadis itu dalam hidupnya perasaannya tidak pernah tenang, atau mungkin sebelum kedatangan gadis itu ia sudah merasa tak tenang dengan perkataan sang mama yang memberitahukan kedatangan gadis itu, tepatnya seminggu yang lalu.

Pikirannya berkelana dimana setelah perkataan mamanya itu dua hari setelahnya Papanya pun berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Iyan, besok atau enggak lusa Adel Anaknya om Azmi mau sekolah di yayasan," kata papanya kala itu yang berhasil membuatnya terlonjak.

"Iyan, inget om Azmi kan?, temen papa yang dari lombok itu?"

"Iya pa iyan inget, nanti iyan urus" hanya itu jawabannya pada sang papa tanpa panjang lebar, tidak seperti mamanya yang dari dulu niat menjodohkannya dengan anak pak Azmi itu.

Benar saja sejak dua hari dari perkataan papanya itu pak azmi benar menelponnya pada malam hari  dan memberitahunya kalo beliau akan datang dengan Adel keesokan harinya.

Dan pada pagi harinya Adam tak henti hentinya mondar mandir di depan pintu ruangannya menunggu pak Azmi datang.

Saat memandang ke arah luar jendela ia menemukan sosok pak Azmi yang memang sering di temuinya saat dia ke kantor papanya, akan tetapi berbeda dengan gadis yang terlihat sedang menggandeng lengan pak azmi di area parkiran itu, siapa lagi kalo bukan anaknya Adelia Faranisa Azmi, gadis manis yang membuatnya terpesona pada saat gadis itu masih berumur belia yakni 12 tahun, dan semua itu gara gara mamanya yang ingin menjadikan gadis itu anak menantu.

Saat bertatap langsung dengan gadis itu Adam merasa ada yang aneh dalam dirinya, dia seperti terhipnotis dengan kecantikan gadis itu. Adam sekuat tenaga menguasai alam bawah sadarnya agar tak terlalu kentara, dan satu satunya cara yaitu bersikap agak tegas padanya walaupun Adam tak tega.

"Ah ya pak, hehe masih pangling saya sama ketampanan bapak." Ucap gadis itu tersenyum ke arah Adam membuatnya seketika mematung seperti terkena sihir, Ajaib memang.

Lagi dan lagi Adam harus berusaha sekuat tenaga mengendalikan dirinya agar tetap tersadar, bagaimanapun juga kata perjodohan itu hanya terlontar dari bibir sang mama yang ingin memiliki anak perempuan, bukan perjodohan yang di setujui dua belah pihak keluarga.

Sepeninggalan pak Azmi, Adam tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggandeng tangan mungil itu, dia berusaha agar gandengan itu terlihat seperti menyeretnya, benar saja gadis itu tak menyadarinya atau mungkin dia belum mengenal rasa.

Tingkah manja Adel membuat Adam tak tahan, makanya dia bersikap seperti laki laki sombong di depannya.

Entah mengapa Adam suka semua tingkah gadis itu, "Manis" batinnya.

Mulai hari itu Adam memutuskan keinginan mamanya harus terpenuhi, berjodoh dengan Adelia.

***
Tok tok tok

Ketukan dari arah pintu membuat Adam tersadar dari lamunan nya.

"Masuk" Adam menginterupsinya untuk masuk.

Adam menegakkan badannya kala Anna juniornya di ekskul masuk bersama seorang gadis yang beberapa saat lalu ia lamunkan, Adelia.

Adam mengangkat sebelah alisnya "Ada apa Ann?"

"Kak, Adelia udah memutuskan untuk masuk ekskul renang." Anna menjelaskan tujuan kedatangannya.

"Kok kamu yang ngomong?, emang dia bisu?,"  Lagi, Adam lagi lagi mengucapkan kata yang membuat Adelia semakin benci padanya.

Adelia cemberut "Adel bisa ngomong kok pak, Adel memutuskan untuk masuk ekskul renang, karena Adel mau mematahkan kata kata bapak yang bilang kalo kaki Adel pendek jadi gak bakalan bisa renang, bapak liat aja nanti, bapak Akan tau kalo kata kata bapak itu salah."

"Adel akan jadi perenang hebat, tapi karena Adel udah kelas tiga jadi Adel hanya akan memperlihatkannya sedikit sama bapak." Adel menggebu, walaupun di mata Adam terlihat lucu

Adelia tidak bisa menahan unek unek nya yang mau keluar, Sedari tadi Anna menarik narik lengan bajunya agar berhenti mengoceh.

Adam hanya menatap Adel denan rasa bersalah walau raut mukannya menampilkan sebaliknya.

"Oke kita liat nanti, buktiin katamu itu jangan asal ngomong" putus Adam

"Oke, siapa takut?" Adel bersedekap dada sambil menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang sedang ngambek tiadak di belikan permen.

Adam hampir saja tersenyum melihat tingkah gadis itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikannya.

Ah sepertinya ia salah, gadis itu tak mudah sakit hati dan tak mudah menyimpan dendam.

"Setidaknya kamu harus pilih 2 ekskul yang harus kamu ikuti, tetapi berhubung kamu sudah kelas tiga jadi tidak apa apa kamu cuma pilih satu." Lanjut Adam kemudian

"Yahh padahal Adel juga mau ikut ekskul tari," ucap Adel

"Eh Tapi gak pa pa deh, Adel jadi gak repot2 hehe" lanjutnya Dengan tampang polos.

"Dasar bocah" Adam hanya bisa membatin sembari menahan gejolak tak biasa dalam dirinya.

"Kalo gitu Anna sama Adel permisi dulu kak" Anna menggandeng tangan adel untuk di bawa keluar.

"Oh ya Ann kemah yang saya bicarakan kemarin Akan di adakan bulan depan, jadi kita bisa santai mempersiapkannya." Adam menghentikan langkah Anna yang hendak keluar bersama Adel.

"Ya kak, ngomong ngomong dua orang lagi siapa yang akan ikut." Anna berbalik dan menghadap Adam dengan serius lagi.

"Kamu, Ilham, Stella, dan Rio dari kelas B." Jawab Adam.

"Jadi saya minta kamu persiapkan saja apa yang kita bawa nanti" tambahnya.

Adelia hanya memperhatikan pembicaraan antara Adam dan Anna

"Nanti kalo stella ikut pak Adam gak fokus gimana?" Celetuk adel tiba2.

Adam yang sedikit bingung dengan pertanyaan Adel hanya menjawab seadanya.

"Justru kalo dia ikut semuanya bisa terurus, makanya saya pilih dia."

Adel hanya ber oh ria menangapi jawaban Adam.

"Ya sudah kalian boleh kembali ke kelas,"

"Terimakasih kak, Saya permisi" Anna berkata sopan dengan menarik tangan Adel tentunya.

Ahhh Adam menjambak rambutnya sendiri merasa kesal dengan perasaannya yang terlalu berlebihan menurutnya, setelah kepergian Anna dengan Adel tadi perasaan itu tak bisa ia tahan lebih lama, ingin rasanya oa mengurung Adel bersamanya di ruangan ini, bicara empat mata dan bercanda ria, ingin sekali ia melihat senyum itu setiap hari. Adam menggelengkan kepala mengenyahkan fikirannya tentang Adel, Sikap ini bukan dirinya sama sekali.

Ah Adelia Faranisa Azmi memang bagaikan magic yang seketika bisa merubahnya jadi orang lain.

Mohon permaklumannya para readers ter❤  typo bertebaran😥

Ini cerita pertama Author loh😘

So jan di bully yaa

Se you to the next part

Adam & Adelia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang