Pertemuan Pangeran Manis

11 1 0
                                    

Kemalangan itu terjadi. Tanpa sengaja Ina keluar ke halaman rumahnya. Ia berjalan terus tanpa arah tujuan. Ia merasa aneh di luar. Ia merasa tersesat di luar. Ia terus berjalan arah berlawanan dan justru menjauhi rumahnya. "Aduh... Hmm... posisi ku lagi dimana ini? Aku tersesat nihhh...", kata Ina dalam hati kecilnya. Perasaan Ina juga rancu dan panik. Derih langkah Ina semakin mendekatkannya ke taman seberang rumahnya. Taman seberang rumahnya ramai sekali. Banyak pengunjung di sana. Ina pun tertarik ke sana. Langkah kaki Ina bergerak menuju taman seberang rumahnya.

Di taman seberang rumahnya, ada pertujukan sulap oleh badut. Ia tertarik melihat pertunjukan. Ia segera mungkin ke sana. Pertunjukan badut itu ditonton ramai sekali. Antusias penontoh menambah seru suasana. Ina pun melihat senang menonton pertunjukan sulap badut. Rasa kepanikan dan kebingungan Ina seakan menghilang. Ina merasa enjoy menikmatinya. "Sabuk ini lemesnya. Om badut mau sabuk ini tegang. Bantu om badut bilang bim... salabim... abra...katabra", kata om badut kepada anak-anak kecil. Ternyata, sabuk itu menjadi tegang. Anak-anak itu pun penasaran termasuk Ina. Mereka memegang sabuk itu dan ternyata benar sabuk itu tegang. Anak-anak kecil bersorak tepuk tangan. Pertunjukan selanjutnya topi badut. "Tebak topi badut ngeluarin apa? Topi badut ini bisa ajaib lho...Coba om badut pilih salah satu anak. Anak yang terpilih boleh ambil satu barang di topi badut", kata om badut sambil memegang topi badut. Om badut memilih di antara kerumunan anak kecil yang sangat banyak. Om badut terus mencari dan memilih anak untuk maju ke depan panggung. Om badut melihat anak manis nan cantik di ujung sana. Tak disangka, anak balita yang terpilih itu adalah Ina sendiri. Ina sontak terkejut karena ia terpilih. "Adek manis namanya siapa?", kata om badut sambil menarik ke depan panggung. "Ina, Om badut", kata Ina dengan keras dan ceria. "Oke, silahkan ambil barang di topi om badut", kata om badut sambil menjulurkan topinya kepada Ina. Ina pun meraba sekaligus mengambil barang di dalam topi itu. Tak disangka, Ina mengambil permen lollipop. Ina pun jingkrak-jingkrak kesenangan. Anak-anak kecil itu semua bersorak memberikan tepuk tangan kepada om badut. Anak-anak kecil pun mau juga seperti Ina. Pertunjukan demi pertunjukan dilakukan om badut agar menghibur anak-anak di taman itu.

Hingga pengujung acara, om badut menampilkan atraksi spectacular. Pertunjukan itu adalah bermain melempar sembilan bola hingga membentuk lingkaran. Ia menggunakan kedua tangannya untuk bermain itu. Satu per satu boleh dilemparkan. Sembilan bola itu membentuk lingkaran. Cepatnya bola itu semakin tinggi. Tangan om badut semakin cepat mengikuti tempo perputaran bolanya. Anak-anak kecil itu melongo. "Hmm.. kok bisa ya? Bisa menangkap dan melempar lagi sembilan bola sekaligus dengan kedua tangan saja", pikir Ina. Om badut membagikan satu balon tiap anak untuk menerbangkan ke atas langit. Hal ini supaya cita-cita dan keinginan anak dapat terwujud kelak. Om badut memberikan satu per satu balon itu. Ina mendapat balon kuning, warna kesukaannya. Menurutnya, kuning melambangkan keceriaan. Ina membuat wish kelak dia selalu ceria dan menemukan sahabat laki-laki. Ina pun memejamkan mata sambil mengucap wish dalam hatinya. Om badut mengasih aba-aba. "Om badut hitung sampai tiga balon itu dilepas. Satu... Dua... Tiga...", kata om badut sambil memberikan aba-aba. Balon-balon itu diterbangkan semuanya oleh anak-anak itu secara bersamaan. Namun, balon berwarna kuning punya Ina tersangkut di pohon. Ina pun punya firasat buruk yang akan terjadi kelak dengan wish-nya tadi. Ia memikirkan firasat tersebut sambil memakan permen lollipop.

Di samping itu, taman itu sering kali dipakai anak-anak kecil bersepeda. Ia berjalan sambil melamun memikirkan wish dan memakan permen lollipop. Ia berjalan tanpa tujuan karena ia merasa tersesat dan jauh dari rumahnya. Ia terus melamun dan menunduk ke bawah. Tak disangka, ada anak bersepeda yang sedikit kencang menghampiri Ina. Kebetulan posisi Ina membelakangi sepeda itu. "Kring....kring....kring.....", bunyi bel sepeda nyaring. Ina yang merasa ling-lung dan tidak melihat sepeda. "Guuuubrraaakkkkk.......", suara tabrakan terdengar. Pengemudi sepeda dan Ina pun ikut jatuh bersamaan. Ternyata, yang menabrak Ina ialah seorang anak laki-laki kecil putih, imut, tampan dan lugu mengenakan kaos hitam polos berumur tujuh tahun. Selain itu, permen lollipop ini terjatuh dan kotor. Permen itu tak bisa dimakan lagi. Anak laki-laki itu berjanji akan menggantikan dengan lollipop baru. "Tenang, Ning. Aku ganti permen lollipop baru. Tenang aja. Kemari tanganmu. Aku bantu bangun", kata anak laki-laki itu sambil menjulurkan tangan kanannya. Anak laki-laki itu membantu Ina untuk bangun. Ina merasa sedikit pusing seusai tabrakan tadi. Anak laki-laki melihat ada luka di bagian dahi Ina. Anak laki-laki itu merasa bersalah karena ia telah menabrak Ina. Kemudian, anak laki-laki itu mengajak duduk di bangku pojokan taman. Ia ingin membaluti luka putri kecil dengan sapu tangan berwarna kuning pemberian kakeknya. "Tenang Ning, saya balut lukamu dengan luka di dahimu", kata anak laki-laki itu ke Ina. Kebetulan kali warna kuning merupakan warna kesukaan Ina. Ina kadang-kadang melirik mata ke atas sambil melihat sapu tangan. Ina pun tersipu malu tiba-tiba raut wajah berubah ke merah mudaan.

Keabadian Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang