🐬ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 3 || sᴀʜᴀʙᴀᴛ ᴅᴇʙᴀᴛ🐬

49 10 6
                                    

Music On :
Jung Seung Hwan || Day & Night

Music On :Jung Seung Hwan || Day & Night

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐬🐬🐬🐬🐬

Sejak dulu, aku tidak pernah ingin merepotkan orang lain, tetapi faktanya aku selalu merepotkan ....

~Riverlyn Putri Tavisha~

🐬🐬🐬🐬🐬

Tepukan lembut tiada henti itu kurasa di pipi. Namun, aku masih enggan untuk mengintip supaya tahu siapa yang sejak tadi mengusikku. Pasti Galen. Pikirku setengah sadar seraya menenggelamkan kepala semakin dalam pada benda empuk, hangat dan juga ... wangi.

Tunggu, bukankah aku tadi sedang berada di studio game arkade milik Galen? Seingatku usai makan siang, aku dan Galen masih lanjut bermain. Karena lelah, aku memilih untuk duduk sambil terpejam sebentar di lantai, apalagi di sana tidak ada sofa 'kan? Lalu, mengapa benda empuk ini terasa sangat nyaman? Terlebih aroma wangi yang menyegarkan ini sangat tidak asing bagiku.

Kelopak mataku pun terbuka cepat, lalu tersentak ketika mendapati pemuda ini di sisiku, tepat di jok penumpang belakang mobil. Sejak kapan dia ada di sini? Karena tidak yakin akan kehadirannya, aku mengusap-usap kasar mataku.

"Elvan?!" ucapku dengan mata mengerjap berulang kali.

"Berhentilah buat gue cemas, Ri! Bisa kan?" ketus Elvan.

"Kok bisa lu di sini? Gu-gue juga tadi kan lagi ... eh, Galen gimana?" sahutku yang justru mencemaskan Galen.

"Sejak kapan lu dekat sama dia? Kalian jadian atau apa? Lu harus tahu betapa paniknya gue pas nelepon lu, eh malah si Galen yang terima, apalagi pas dia bilang tadi kalau lu seharian main sama dia. Jangan bilang rumor yang beredar di sekolah itu benar, ya? Kalau lu tuh udah mencuri dan ... menjual diri."

Kalimat yang terlontar dari mulut Elvan Arka Baskara--sahabatku sejak SMP--terdengar sangat menusuk hati. Elvan memang biasa terlalu jujur kalau bicara, tetapi tidak kukira dia akan percaya begitu saja pada rumor yang disebarkan oleh Rania.

"Ri, jawab! Apa benar ... lu udah berbuat kotor?" bentak Elvan sehingga perasaanku semakin terluka karena harga diriku yang runtuh. "Terus kenapa juga lu malah tidur nyenyak di kasur Galen. "

"Kasur?" sahutku kesal. "Gue enggak tidur di kas--"

"Asal lu tahu ya, Ri," potong Elvan. "Gue gemetar pas gendong lu keluar dari sana tadi. Sebenarnya lu habis main apa sama dia? Jangan bilang kalau lu--"

Telapak tangan kananku melayang cepat, lalu mendarat keras di pipi Elvan. Kubuat dia berhenti bicara. Pantas saja, dia tidak menolongku tadi pagi. Itu semua karena dia sudah berhasil termakan rumor.

Memeluk LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang