The Beginning Of Everything

170 12 0
                                    

Musim panas akan segera berlalu. Cahaya matahari bersinar kuat dengan udara yang terasa panas dan lembap.

Di halaman depan rumah, seorang gadis dengan rambut diikat kuncir kuda tengah memperhatikan sekelilingnya. Gadis itu menggendong tas ransel dengan dua buah koper di sampingnya.

"Jisoo-ya! Jangan diam saja, bawa koper-kopernya masuk!"

Gadis bernama Hwang Jisoo itu lalu menoleh, menemukan sosok wanita single parent yang berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah box besar berisi barang-barang.

"Ne, Eomma." Jisoo segera menggeret kedua koper tersebut, dan masuk ke dalam rumah minimalis bernuansa biru muda. (Baik, Ibu)

Jisoo meletakkan kopernya di ruang tengah. Matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan.

"Ajumma, meja ini mau diletakkan di mana?" tanya seorang jasa pengangkut barang. 

"Di mana ya? Ah, letakkan di situ saja." Eunsuk menginstruksikan.

"Eomma, apa saluran air di sini lancar?" Jisoo tiba-tiba terpikir hal itu. Sedikit khawatir jika saluran airnya macet atau tersumbat. Ia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi.

Namun Eunsuk seperti tahu apa yang menjadi pikiran Jisoo. "Tenang saja, tidak ada masalah pada saluran air."

Mendengar jawaban itu membuat Jisoo bernapas lega. Itu artinya di sini ia bisa mandi sepuasnya tanpa takut akan kehabisan air.

Jisoo melangkah menuju kamar di lantai dua. Ruangan ini adalah kamarnya. Warna catnya sama seperti ruangan-ruangan yang lain, biru muda. Jisoo melepas ranselnya dan meletakkannya di atas kasur, lalu mendekati jendela.

Dari sini Jisoo bisa melihat jalanan di luar sana. Ia membuka jendela itu lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya. Jisoo memperhatikan beberapa orang yang masih terlihat mondar-mandir mengangkut barang dan perabotan dari mobil.

Sama sekali tak terpikirkan olehnya bahwa ia dan ibunya akan meninggalkan rumah lama mereka di Gwangju dan pindah ke Gangnam-gu. Jujur saja, Jisoo lebih menyukai rumah lamanya, rumah sederhana yang menyimpan banyak kenangan dirinya bersama mendiang ayahnya.

Mengingat itu, Jisoo jadi merindukan sosok pria tangguh yang selalu menyayanginya setiap saat.

"Aku sangat merindukanmu, Appa," ucapnya nyaris tanpa suara.

Lalu terdengar suara pintu terbuka, membuat Jisoo menoleh, menatap sosok wanita yang baru muncul dari balik pintu.

"Eomma, apa itu?" tanya Jisoo ketika melihat sebuah kotak yang dibawa Eunsuk.

"Seragam sekolahmu." Eunsuk mengeluarkan seragam sekolah lengkap dengan atribut SMA Yolsan dari dalam kotak tersebut, kemudian menggantungnya di lemari yang masih kosong.

Jisoo memandangi seragam sekolah yang masih baru itu. Bau khas kainnya menyengat, menandakan bahwa seragam tersebut masih benar-benar baru.

"Kapan Eomma membelinya?"

"Kemarin, besok lusa 'kan sudah mulai berangkat sekolah, apa kata teman-temanmu jika kau masih memakai seragam sekolah yang lama."

Benar, besok lusa Jisoo sudah boleh masuk ke sekolah barunya. Jika Jisoo memakai seragam SMA Wangguk, mungkin akan sangat mencolok jika ia adalah murid pindahan. Dan mungkin juga akan mengundang banyak perhatian dari siswa-siswa SMA Yolsan. Tapi tetap saja, walau memakai seragam yang sama pun anak-anak di sana pasti tahu jika Jisoo adalah siswa baru di sekolah mereka.

ICEBERGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang