Hai, apa kabar?
Sebelumnya aku mau ucapin,
Happy New Year!🎆🎆
Welcome 2021🎉🎉🎉
Semoga di tahun baru ini, Tuhan selalu memberkati setiap langkah yang kita jalani untuk meraih sejuta mimpi.
Oke kalo gitu langsung aja,
Happy reading!
*
*
*
Jay melempar botol cola dengan asal. Meski begitu, botol tersebut berhasil masuk ke dalam tempat sampah yang ia lewati di pinggir jalan.
Malam ini begitu sepi dan lengang, bahkan bulan pun tak mau menampakkan wujudnya saat ini. Lelaki ini hanya ditemani oleh lampu-lampu redup dan bayangan dirinya yang selalu mengikuti sepanjang ia berjalan. Hingga Jay sampai di rumahnya.
Lampu-lampu di rumah ini menyala otomatis saat Jay masuk. Tidak ada siapa pun di sini kecuali dirinya. Ayah Jay sudah lama tidak pulang karena mengurus pekerjaan di luar negeri dan tidak tahu pasti kapan akan kembali. Jadi, di rumah semegah ini, Jay hanya tinggal seorang diri.
Jay melepas hoodienya, menyisakan kaos singlet putih yang masih melekat di tubuhnya. Ia melempar hoodie abu-abu itu ke tempat cucian kotor lalu menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya yang terasa lelah. Serta membasahi kepalanya, merasakan sensasi air dingin yang membuatnya merasa segar kembali.
Setelah itu mengusap wajah dan rambutnya yang basah dengan handuk kecil sambil melangkah menuju kamarnya. Salah satu tangannya bergerak mengambil sebuah dompet yang masih berada di saku jeans, lalu menaruhnya di nakas.
Namun tiga detik kemudian ia kembali melihat dompet itu lagi. Dan bayangan gadis itu muncul di kepalanya tanpa permisi.
Jay tidak mengerti kenapa wajah perempuan itu bisa ada dalam pikirannya. Bagaimana bisa Jay memikirkan seseorang yang bahkan baru sekali bertemu dengannya?
Jay mengalungkan handuknya di leher dan memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Matanya masih menatap dompet cokelat yang berada di nakas.
"Kenapa kau bisa terjatuh?" Jay bertanya pada dompetnya sendiri dengan nada yang datar. Walaupun ia sendiri tahu kalau benda itu tak akan pernah bisa meresponsnya.
"Merepotkan. Kau membuatku merasa harus berterima kasih padanya, tapi aku tidak bisa mengatakannya."
Entah apa yang ada dalam pikiran orang cerdas ini sehingga ia berbicara dengan benda mati. Tapi sejujurnya Jay merasa heran dengan dirinya sendiri. Padahal ia bisa saja mengatakan terima kasih pada gadis itu karena sudah mengembalikan dompet yang sebenarnya tidak begitu penting baginya. Kalaupun Jay tahu dompetnya hilang, ia tidak akan mencarinya karena tidak menyimpan uang dalam jumlah banyak dalam dompet tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ICEBERG
FanfictionPark Jay, namanya sangat terkenal di SMA Yolsan. Siapa pun pasti tahu dengannya. Lelaki itu dikenal dengan sikap dingin dan cueknya. Bagaikan gunung es yang tak pernah mencair, dan tak ada yang mampu mencairkannya. Tetapi mungkinkah gunung es itu a...