"Ayo pulang. Aku akan mengantarmu."
Butuh beberapa detik bagi Jisoo untuk mencerna kalimat tersebut. Bagaimana tidak, seorang Park Jay yang dikenal cuek itu tiba-tiba mau mengantarnya pulang? Apakah ini nyata?
"Kau serius mau mengantarku?"
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Jay balik bertanya sambil menunjukkan wajah serius.
Jisoo masih menatapnya tak percaya, sampai berkedip beberapa kali. "Mmm, ya, kurasa kau serius."
Setelah itu Jisoo mengalihkan pandangannya ke depan, melihat curah hujan lebat yang berjatuhan dari langit.
"Tapi, hujannya masih deras. Kau yakin pulang sekarang?"
Jay ikut menengadah melihat hujan. Tampak kilatan cahaya petir mewarnai langit gelap disertai suara guntur yang berbunyi seperti drum menggelinding. Selanjutnya disusul suara guntur yang lebih keras.
DUARR!
Menggelegar.
Begitu mengejutkan hingga membuat Jisoo memekik kaget, refleks memeluk Jay erat dan bersembunyi di balik punggung tegap lelaki itu dengan mata tertutup rapat karena takut.
Tidak seperti Jisoo yang terkejut karena suara guntur, Jay justru terkejut karena Jisoo.
Jay menatap kedua tangan Jisoo yang melingkar di perutnya dengan mata membulat. Wajahnya memanas. Sebisa mungkin ia menetralkan degup jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya. Bahkan sepertinya Jay bisa mendengar detak jantungnya sendiri dengan jelas.
Tidak mau sampai Jisoo mendengar detak jantungnya yang tak karuan, Jay segera menjauhkan kedua tangan Jisoo yang melingkar di perutnya, lalu segera membalik badan menghadap Jisoo seraya berkata dengan ketus, "Apa yang kau lakukan?!" Jay mengibas-ngibas seragamnya, seolah membersihkan noda karena bersentuhan dengan Jisoo.
Jisoo segera mundur, lalu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.
"M-maaf, Jay-ssi. Aku tidak bermaksud seperti itu kok. Sungguh." Jisoo menggigit bibir bawahnya, "Tadi itu hanya refleks saja. Aku minta maaf. Sungguh aku tidak bermaksud lain."
Ya, Jay tahu itu. Tapi apakah Jisoo tahu kalau Jay sempat dibuat jantungan karena perlakuannya tadi?
Jay membuang muka ke arah lain seraya menyisir rambutnya dengan jari. "Sudah larut malam. Kita harus cepat pulang." ucapnya dengan nada dingin. Kini ia merasa detak jantungnya sudah kembali normal.
"Tapi bagaimana caranya kita pulang? Memangnya kau punya payung? Tidak, kan?"
Jay terdiam sejenak. Lalu berkata, "Siapa bilang aku tidak punya? Aku punya." Jay melepas ranselnya, setelah itu dengan cepat membuka ritsleting dan mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna merah dari dalam ransel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ICEBERG
FanficPark Jay, namanya sangat terkenal di SMA Yolsan. Siapa pun pasti tahu dengannya. Lelaki itu dikenal dengan sikap dingin dan cueknya. Bagaikan gunung es yang tak pernah mencair, dan tak ada yang mampu mencairkannya. Tetapi mungkinkah gunung es itu a...