4. Lembaran Baru

17 2 0
                                    

Terima kasih untuk kemarin.
Selamat datang untuk hari ini.

🌈
☁️__☁️


(Pelangi POV)

Pagi ini, aku sudah bersiap dengan seragam putih abu membalut tubuhku. Aku menatap cermin lalu aku mengoleskan pelembab wajah, sunblock, dan lipbalm aroma vanilla favoritku. Lalu aku balurkan body lotion yang juga beraroma vanilla pada lengan dan kakiku.

Kemarin ketika kami berkunjung ke salon milik Tante Marta, beliau meminta izinku untuk memotong rambut panjangku. Hairstylist kepercayaannya memotong rambutku menjadi pendek sebahu dan diberi aksen poni sebatas alisku. Aku menyukai gaya rambut baruku yang membuatku terlihat beda. Tante Martha memang yang terbaik untuk urusan penampilan.

Aku memakai headband hitam untuk menahan bentuk poniku. Lalu aku memakai kaos kaki putih panjangnya mendekati lutut dan sneakers hitam dengan sol putih. Setelah aku merasa penampilanku sudah rapi, ku raih backpack hitam lalu beranjak keluar kamar untuk sarapan terlebih dahulu.

Saat sedang menuruni tangga menuju ruang makan, Kak Dysa menyapaku. Ia juga baru keluar kamar rupanya. Kami jadi beriringan menuju ruang makan. Di meja makan, sudah ada Tante Sarah, Om Andy, dan Bang Sandy.

"Pagi Tante, Om, Abang," sapaku pada mereka. Kalau Kak Dysa langsung mencium pipi kedua orangtua dan juga Abangnya. Seromantis itu memang keluarga mereka. Akupun akan melakukan hal yang sama seperti yang Kak Dysa lakukan kepada kedua orangtuanya jika saja Ayah dan Ibu masih ada.

"Pagi gadis-gadis kesayangan Mama," sapa tante Sarah. "Pelangi, Dysa, mau sarapan nasi goreng, sereal atau roti?" Tante Sarah memang selalu menyiapkan berbagai jenis sarapan agar tidak bosan dan kami bebas memilih yang kami mau.

"Aku roti selai kacang aja, Ma. Terima kasih," jawab Kak Dysa sambil mengambil piring roti yang diulurkan Tante Sarah.

"Pelangi sereal pakai susu aja Tante, terima kasih," kataku sambil mengambil mangkok berisi sereal dihadapanku.

"Ini sayang, silahkan susu hangatnya. Habiskan sarapannya ya sayang," Tante Sarah menyerahkan jug susu hangat kepadaku.

"Hari ini kalian ke sekolah di antar Bang Sandy ya. Pak Umar tadi izin tidak masuk karena istrinya sakit," ucap Om Andy menyela sarapan kami. Aku dan Kak Dysa menjawab dengan anggukan saja.

"Sandy, tolong antar Dysa dan Pelangi ya. Tapi, kamu harus tunggu sampai mereka masuk gerbang sekolah dulu ya, Bang. Setelah itu baru kamu boleh pergi," pinta Papanya.

"Iya Pa. Sekalian nanti siang biar Abang aja yang jemput mereka pulang sekolah. Hari ini Abang cuma ada kuliah pagi," jawab Bang Sandy. "Girls, jangan lama-lama sarapannya ya, nanti Abang telat," pinta Bang Sandy kepada kami setelah ia menyelesaikan sarapannya. "Assalamualaikum," pamit Bang Sandy setelah mencium tangan dan kening Tante Sarah, Om Andy dan Dysa. Kalau denganku, Bang Sandi hanya mengelus kepala saja seperti biasa.

"Wa'alaikumsalam," jawab kami hampir berbarengan karena kami masih melanjutkan sarapan.

***

(Sekolah, Pelangi POV)

Aku berjalan dari gerbang sekolah berdampingan dengan Kak Dysa. Ku hentikan langkahku lalu ku sapukan pandangan ke seluruh halaman sekolah. Ku hembusan nafas perlahan untuk mengusir gelisah dipikiranku. 'Ini adalah hari pertamaku di sekolah baru tanpa Ayah dan Ibu,' kataku hanya dalam hati.

"Hei, kamu ga sendirian Pelangi, ada Kakak disini. Kamu juga nanti akan punya banyak teman. Kakak yakin, Om dan Tante pasti bangga sama kamu," kata Kak Dysa menyemangatiku sambil mengusap punggungku. Mungkin dia tau perasaanku tidak nyaman tadi.

Pelangi's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang