Akademi Kerajaan.

25 5 3
                                    

Kereta kuda adalah alat transportasi manual di dunia saat ini, masih sangat sederhana dan jauh tertinggal dengan alat transportasi di dunia kita, tapi dengan kesederhanaan itu banyak pria dewasa dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.

Samar-samar suara sepatu kuda, gerobak yang ditarik oleh tenaga hewani itu datang dari arah belakang, Ace memberikan isyarat berhenti.

"Hei anak muda, kemana tujuanmu"

"Mayar."

"Wah ini adalah takdir, naiklah."

Saat tirai kain gerobak itu disingkapnya, Ace melihat seorang anak seumuran dengannya duduk dengan buku di tangan. Kacamata yang ia kenakan sepertinya tidak asing, serasa pernah dilihat di suatu tempat.

Ace duduk pada bangku yang saling berhadapan sambil menghela nafas.

Haik! Sang supir memainkan peran, gerobak kembali bergerak menuju tempat tujuan.

"Apa kau berjalan dari perbatasan ibu kota sampai ke tempat ini?" tanya anak berkacamata dengan nada datar.

"Ya, memangnya kenapa?" Ace menjawab santuy.

"Dasar otot kuda." Suara tak berhasrat ini terasa seakan mengejek.

Ace sangat jengkel dengan pernyataan itu lalu berpikir bahwa bocah cupu itu pantas kena bully di hari yang lewat. Sabar adalah pilihan tepat untuk situasi yang kurang mengenakan di pertemuan kedua.

"Huh bahkan dia sama sekali tidak berterima kasih di waktu itu," gumaman Ace.

"Kau mau menuju Mayar sama denganku, apa kau akan mencoba untuk masuk ke Akademi kerajaan, sekolah Imprar?" Bocil ini berbicara sambil membalikkan halaman buku yang ada di tangan, kakinya bergaya seperti duduk anak bangsawan.

"Benar," ucap Ace polos.

Mata sayup dari balik kacamata mahal memperhatikan penampilan Ace seperti memastikan sesuatu, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Akademi kerajaan tidak seperti yang kau pikirkan, kau tidak akan hidup aman di sana dan yang akan ada hanya penindasan kasta." Dia berterus terang.

"Huh, itu hanya kerikil di jalanku, apapun itu akan aku lewati dengan lapang dada." Ace tanpa basa-basi menyangkal perkataan bocil berkacamata.

Menutup buku sambil tersenyum, ia mengulurkan tangan. "Namaku Oh Yama Lancer, panggil aku Yama. Salam kenal."

~ ***~

Akademi kerajaan yang bernama Imprar di masa kekuasaan Sasania merupakan sekolah elit yang fokus menciptakan bibit handal di bidang militer dan politik.

Kurang lebih sembilan puluh persen anak keluarga bangsawan pasti akan bersekolah di sana kecuali anak-anak bangsawan yang cenderung lebih memilih jalan seorang pedagang yang mengejar kekayaan.

Dari sebegitu pekatnya sekolah itu dengan aroma bangsawan maka timbullah moral diskriminasi, di tambah perbandingan jumlah populasi siswa yang selama ini belajar di sana 80% banding 20%, 20 persen merupakan populasi non bangsawan, hal ini mengakibatkan diskriminasi semakin menjadi-jadi.

Alhasil tentu menciptakan ketidakbetahan psikologi pada anak non bangsawan yang awalnya punya potensi lebih berakhir hanya karena sistem tidak adil di sekolah dan tekanan sosial dari para bocil bangsawan yang bermental sombong.

3 hari kemudian.

Kereta kuda akhirnya sampai di tengah kota Mayar. Mereka berdua turun serempak, ketika Ace ingin membayar ongkosnya Yama memotong.

The Greatest KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang