Ace terbangun dari dipannya yang tipis lagi terbuat dari jerami dengan mata khawatir. Semalam ia tidak dapat tidur nyenyak selepas membaca buku "How to Become Knight".
Apa yang membuat dirinya begitu gelisah?
Pagi hari yang mana matahari belum sempat terbit ia keluar dari tempat tinggal.
Berjalan seorang diri di jalan setapak tanpa adanya penerang jalan. Ia terus menunduk dengan pandangan gelisah ke bawah. Udara dingin pagi hari membuat asap embun setiap kali nafasnya terhembus ke udara.
Ia terduduk di tepi sungai, suara katak bergantian mengisi suasana pagi. Gelisah karena terus berpikir bikin jadi stres.
"Aku butuh pedang!!!" teriaknya kencang sekuat tenaga, ia meneriakkan kata ini sebanyak tiga kali. "Tanpa pedang aku bukanlah seorang Kesatria!"
Di balik tempat itu seseorang membalas sahutan Ace yang keras.
"Oi kampret!!! Bisa diam kau masih pagi tau."
Seorang anak laki-laki seumuran dengan Ace berpenutup kepala kulit yang berwarna cokelat dengan bola mata hijau datang dari balik semak.
"Maaf ya, hehe." Ace malu sendiri. "Ngomong-ngomong kamu ngapain di sana?"
"Asal kau tau ya, bukan kamu sendiri yang dapat cahaya hitam untuk masuk ke Akademi. Gubuk ku dekat sini juga! Kamu menganggu saja dengan teriak-teriak, padahal aku lagi enak rebahan," rewel bocah itu marah ke Ace.
Ace hanya bisa diam dan merasa bersalah, dia pikir hanya dia seorang yang ada di wilayah itu.
Garuk-garuk kepala anak itu juga nggak enakan karena sudah buat suasana jadi canggung.
"Jadi, kamu ingin punya pedang ya. Aku bisa membuat kan kamu sebuah pedang."
Telinga Ace berdiri. "Benarkah!!"
"Iya! Tapi ada syaratnya, kau harus cari sendiri bahan baku pedangmu, untuk mengolah nya jadi pedang serahkan saja padaku."
"Kenapa bahan baku syaratnya? Biasanya kan uang."
"Asal kau tau ya, untuk saat ini aku belum harus mengejar uang, tapi skill. Jadi karena kau sudah mau mencari bahan baku untukku maka ini salah satu ajang buatku untuk membantu keterampilan ku meningkat.
Perasaan hangat apa ini yang dirasakan di dadanya. Ace sangat semangat karena ada jalan dia bisa memiliki pedang-nya sendiri.
"Baiklah!!"
"Ok, perkenalkan aku Steven Jobs dari kelas penempa." Steve mengulurkan tangannya.
"Saya Ace dari kelas Kesatria."
Saling bersalaman untuk kesepakatan. Mereka berdua diterpa cahaya terbit matahari, senyuman yang mirip itu mulai terlihat.
Beberapa saat kemudian.
Seperti biasa awal dari pembelajaran adalah kelas gabungan bersama Guru Guren yang rutin di lakukan untuk semua pelajar baru, karena ilmu yang diajarkan Guren adalah ilmu pengetahuan umum di dunia itu.
Setelahnya ketika masuk jam ke dua dan tiga semua murid berpisah sesuai kelas potensi masing-masing.
Kala itu di kelas Kesatria seorang pelatih berpenutup mata mengajar dengan gayanya sendiri. Ia adalah seorang pengajar sementara yang tiba-tiba bergabung jadi pelatih di Akademi untuk kelas Kesatria.
Rumornya ia merupakan keponakan dari kepala sekolah.
"Di sini tidak ada yang perlu kalian sombong kan," raut keningnya marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Knight
ActionNovel ini berkisah tentang seorang bocah kampung yang ingin menjadi seorang Kesatria terhebat di bumi dengan alasan ingin jadi kaya dan bisa memperbaiki ekonomi tempat tinggalnya yaitu sebuah panti di desa. Yah, walaupun jenis novel seperti ini su...