-6

70 29 16
                                    

“Loh? Cuma lantai? Kok ada pintunya!” ujar Mami kesal, ia kemudian mengembalikan tempat tidur Violet ke tempat semula.

Violet menganga, “Kemana semua kurcaci? Apa selama ini ia bermimpi?”

“Katanya lapar, ayo makan!” ajak Mami sambil menggandeng Violet yang masih menganga.

Violet makan dengan malas, seperti dongeng yang berlalu. Apa ia sedang berhalusinasi?

Papi datang dengan tergopoh-gopoh. “Mami, rumah besar di sebelah kita akhirnya ada yang menghuni.”

“Papi sudah kenalan duluan?” tanya Mami seraya melepas celemeknya.

Papi mengangguk, Violet merasa obrolan orang tuanya hanyalah lagu pengiring yang semakin membuatnya tidak bersemangat berkedip.

“Papi tahunya anak tertuanya laki-laki, namanya Riri. Sepertinya mereka sekeluarga besar Mi.”

Violet membelalak, ia menyelaraskan irama jantungnya.

“Kok lucu, laki-laki namanya Riri.” balas Mami sambil bersiap keluar.

Violet berlari mendahului, ia membuka pagar dengan ceroboh sehingga ia tersandung, namun irama jantungnya mengatakan ia akan bertemu dengan Puriri.

Rambut coklat bergelombang, dengan sweater bertema natal.

“Puriri? Apa kalian berubah pikiran?” ujar Violet antusias, ia tidak peduli bila ia salah orang, namun Violet merasakan irama yang pasti.

Riri mendengus, saudara-saudaranya kemudian keluar. Sambil menjentikkan jarinya Riri berkata, “Dasar gadis cilik, lihat! Aku sudah tidak memiliki sihir. Jadi, jangan mengharapkan yang tidak-tidak dariku.”

Violet and Her Secret DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang