Nana duduk dibalkon kamarnya, matanya intens menatap langit malam yang ramai. Bukan karena bintangnya sedang banyak atau sedang banyak burung yang berlarian disana. Tetapi kembang api yang ramai berhamburan, seakan menggantikan kerja bintang untuk menerangi langit malam.
31 Desember. Hari yang bertugas menjadi penghubung antara tahun ini dan tahun yang akan datang. Hari yang dulu, selalu Nana tunggu-tunggu dengan banyak rencana indah dengan teman-temannya untuk menghabiskan malam sambil menunggu pergantian tahun.
Tapi tidak dengan sekarang, Nana seperti seekor anak ayam yang kehilangan rombongannya. Nana hanya duduk termenung, sambil pikirannya menerawang jauh tentang apa saja yang telah terjadi setahun belakangan ini.
***
5 Maret 2020
"Na, kalau kamu nggak daftar kuliah tahun ini gimana?"
Pertanyaan Bapak kala itu awal dari bagaimana pemuda itu menjalani tahun ini dengan tertatih-tatih."Emangnya kenapa, Pak?" tanya Nana bingung.
Bapak terdiam, begitupula dengan Ibu yang hanya menduduk dalam. Sedangkan Nana menatap keduanya menunggu jawaban dengan hati tak karuan.
"Bapak di PHK, Na," jawab Bapak lirih.
Nana merasakan hantaman keras dikepalanya, berasal dari sesuatu yang tak kasat mata. Namun dampaknya begitu terasa.
"Adikmu juga tahun ini masuk SMA. Ngalah ya le, kamu bisa bantu-bantu Bapak sama Ibu dulu," ucap Ibu dengan senyum yang ketika Nana lihat justru terasa begitu menyakitkan.
Nana geming. Ia tidak tahu harus mengatakan apalagi. Nana dihadapkan pada situasi yang bahkan tak mengizinkannya untuk berlaku egois barang sekali.
"Tapi pendaftaran kuliah masih beberapa bulan lagi, Bu. Bapak bisa cari kerja lagi kan? Ibu juga masih tetep kerja kan? Nana juga ada tabungan, walaupun gak seberapa tapi Nana bisa bantu," kata Nana mencoba untuk tetap kekeuh ingin mendaftar kuliah pada tahun ini.
"Na, disituasi kayak gini nggak gampang cari kerja. Gaji Ibu juga semakin sulit karena bahkan perusahaan Ibu nggak dapat keuntungan akhir-akhir ini. Situasinya sedang nggak baik, Na."
"Maafin Bapak ya, tapi memang kondisinya seperti ini."
Tanpa mengatakan apapun, Nana berdiri dan meninggalkan orangtua nya yang diselimuti perasaan bersalah kepada anak sulung mereka.
"Mas Nana."
Nana menoleh dan mendapati adik semata wayangnya berdiri didepan pintu kamarnya. "Apa?"
"Maaf..."
"Tidur, udah malem. Besok sekolah."
"Mas, maaf," lirih Anna untuk kesekian kali.
"Mas nggak maafin kalau kamu masih berdiri disitu terus dan nggak cepet tidur."
Bukannya menuruti ucapan kakaknya, Anna justru berjalan dan duduk tepat disamping Nana.
"Mas, Anna bantuin kerja gimana?"
"HEH! Kamu tuh masih kecil, masuk SMA aja belum. Gak usah aneh-aneh deh."
"Ya gimana. Aku ngerasa bersalah kalau Mas Nana nggak bisa daftar kuliah tahun ini," kata Anna sambil menundukkan kepalanya dalam.
"An, dengerin Mas. Mau daftar kuliah sekarang ataupun tahun depan itu sama aja buat, Mas. Tapi kamu? Pendidikanmu itu masih wajib untuk diteruskan, An. Dan kamu juga belum pantes buat bantu mikir masalah uang, Ibu Bapak masih ada. Bahkan kamu juga masih punya kakak."
"Tapi Mas..."
"An, jangan ngerasa bersalah gitu ya? Kita gak ada yang minta buat ada dikondisi kayak gini. Keadaan ini tuh diluar perkiraan kita semua."
"Mas, jangan putus asa dulu ya. Kita juga gak ada yang tahu pertolongan apa yang dateng kedepannya."
Nana tersenyum lalu mengelus rambut pendek milik Anna. "Iya, Anna juga semangat sekolahnya. Biar bisa masuk sekolah negeri gampang."
Anna membalas dengan anggukan semangat. "Ya udah, aku tidur dulu. Mas jangan begadang terus ya. Selamat malam, Mas Nana."
"Malam juga, Anna."
Sepeninggal Anna. Cowok itu menatap nanar jendela kamarnya, masih terngiang-ngiang obrolan yang baru saja terjadi. Pertolongan? Nana tersenyum miris.
Dalam hati kecil Nana ingin sekali mempercayai itu, ingin sekali Nana percaya kalau saja hidupnya seperti di adegan film. Ketika sang pemeran utama sedang dalam kondisi sekarat, tiba-tiba pertolongan datang.
Tapi sayangnya, ini dunia nyata bukan panggung pertunjukan. Dimana semesta suka sekali memberikan kejutan. Dan pertanyaan lainnya, apakah Nana ini pemeran utamanya? Yang selalu beruntung dikondisi-kondisi gentingnya?
Nana menghela nafas berat, siapa yang harus ia salahkan kalau sudah begini?
***
Nana mengacak rambutnya kesal, masih terekam jelas bagaimana raut wajah Bapak, Ibu dan Anna hari itu. Hari dimana semuanya dimulai.
Nana menatap kebawah. Lalu ia tersenyum sinis mendapati banner mengenai Covid-19 dan Social Distancing.
Rasanya Nana ingin kembali pada beberapa bulan yang lalu, lalu menjawab pada dirinya saat itu tentang siapa yang harus ia salahkan. Dan jawabannya ada pada kata kedelapan, kalimat kedua, sebelum paragraf ini.
Halo semua!! Aku bawa cerita yang mungkin ngga akan panjang-panjang amat. Cuma sebuah utas tentang bagaimana hidup seorang anak yang tertatih-tatih ditahun 2020.
Aku buat cerita ini juga bukan tanpa alasan, aku buat cerita ini bukan cuma sekedar ide nya terlintas dikepalaku disebuah malam. Tapi aku buat cerita ini untuk kalian semua, iya kalian orang-orang hebat. Kalau kalian berhasil nemuin cerita ini dan berhasil baca sampai selesai, itu artinya kalian hebat.
Kenapa? Karena itu artinya kalian berhasil setahun penuh ini. Kalian berhasil melewati segala pahit dan lika liku yang 2020 kasih ke kalian.
Untuk teman-teman yang merasakan banyak sekali luka, duka dan pilu di tahun ini. Untuk teman-teman yang hidupnya dipenuhi kejutan yang penuh dengan air mata. Aku persembahkan tulisan ini untuk kalian.
Bukan untuk membuka kembali luka yang aku yakini belum mengering itu, bukan untuk membuat kalian kembali mengingat serangkaian pilu tentang tahun ini. Tapi agar teman-teman semua tahu, bahwa bagaimanapun keadaan kalian saat ini, kalian tidak pernah sendiri.
Selalu tersedia tempat dimana kalian bisa menumpahkan segalanya, selalu ada yang akan dengan senang hati membagi pundaknya untuk kalian. Kalau teman-teman belum menemukannya, silahkan penuhi kolom komentar ini dengan segala resah dan gundah kalian.
Masalah itu jangan suka dipendam sendiri, kalau terlalu lama bisa menumpuk dan bisa meledak kapan saja. Seperti bom. Silahkan tulis segala keluh kesah yang tak pernah bisa terucap, karena pada hakikatnya tidak semua orang pandai berbicara untuk berbagi masalah. Tapi semua orang bisa berbagi lewat tulisan.
Kayaknya note nya kepanjangan ya wkwk. Semoga kalian suka sama work ini, mohon maaf kalau masih banyak salah🙏 enjoyy
Salam hangat.
Laa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada 2020 | Na Jaemin✔️
FanfictionIni hanya sebuah utas, tentang Nana yang merayakan kehilangan dan kepiluan di 2020. Tentang tahun yang merenggut habis banyak tawa para anak bumi. "Semoga 2021 lebih baik dari 2020." Tidak akan Nana lontarkan kalimat itu seperti setahun yang lalu...