Tap.. Tap
Langkah seseorang menuruni tangga. Sang mentari telah masuk menerangi setiap ruangan di Mansion itu. Jihyo berjalan menuju dapur, "Selamat pagi", sapa Jihyo kepada beberapa pelayan yang tengah melaksanakan kegiatan rutin bersih-bersih dipagi hari. "Pagi Nona Park", balas mereka. Jihyo terkejut namun berubah dengan senyuman sendu, "Mereka sudah ditak memanggilku Nona Choi? Hehe aneh".
Jihyo menuju dapur dimana sudah ada Lee ahjumma dengan pelayan yang sibuk membuat sarapan. Jihyo menghampiri Lee ahjumma, "Ada yang bisa kubantu, ahjumma?".
"A-ni Nona, semua sudah hampir selesai, sebentar lagi akan segera siap di meja makan", jawab Lee ahjumma. "Ahh arrasheo, aku akan membangunkan yang lainnya saja".
"Ne", Jihyo kembali kelantai atas, berjalan ke kamar Junghwan. Tak terasa sudsh hampir sebulan lebih Jihyo tinggal dimansion besar ini sejak kembalinya dari LA. "Bagaimana kabar Nayeon? Boemgyu? Hyuka? Yeonjun? Apakah wisuda kelulusan mereka lancar? Kapan mereka akan kembali ke korea?", gumam Jihyo.
Ia membuka pintu sangat perlahan. Terlihat Junghwan masih terlelah sambil memeluk gulingnya. Jihyo memasuki kamar, lalu duduk disisi kasur. Tangannya perlahan mengusap surai coklat putranya. "Bahkan saat memejamkan matamu seperti ini kau terlihat benar-benar Seperti Jungkook".
"Aomma... Jangan terbiasa memanggil Appa dengan namanya saja".
Jihyo terdiam, Junghwan bicara dengan mata yang masih tertutup. Ia mengusap wajah polos itu, "Mianhae sayang, aomma tak akan melakukannya lagi, sekarang bangun ne?", Tak ada respon dari Junghwan, membuat Jihyo menghela nafas kecil, lalu memilih keluar berganti kekamar lain.
Tok! Tok!
"Soobin? Kau sudah bangun?!", tanya Jihyo dari balik pintu. "Sudah Noona! Ini sedang bersiap!", balas soobin dari dalam, "Ahh arrasheo, cepat turun untuk sarapan bersama, jika kau buru-buru kau boleh sarapan mendahului yang lainnya, Noona pergi", pesan Jihyo sebelum beranjak dari kamar Soobin, "Ne!".
Jihyo memasuki kamar dimana Jungkook menyembunyikan dirinya dibalik selimut tebal itu. Jihyo terdiam ditempat melihat keadaan Jungkook dengan posisi abnormalnya. Kaki dikepala kasur, kepalanya yang seakan jatu disisi kasur, dan bantal yang sudah berjatuhan. Jungkook terbungkus oleh selimut seperti bayi yang digedong. Jihyo duduk disisi kasur memindahkan kepala Jungkook kepangkuannya, terlihat pria itu lebih nyaman dengan membenarkan posisinya. Dengan tangan mungilnya Jihyo mengusap surai Jungkook, "Kook bangunlah, kau bisa terlambat bekerja--", Bukannya bangun pria ini malah memeluk erat pinggang Jihyo. Gadis itu memutar bola matanya malas, ia menarik hidung besar Jungkook, sukses membuat pria ini membuka matanya, tapi drngan sorot mata kesal. Jihyo membalasnya dengan tatapan yang tak kalah mematikan, "Bangunlah bayi besar, jangan sampai aku memperlakukanmu sama seperti aku memperlakukan Junghwan".
"Memangnya apa yang kau lakukan pada Junghwan?", tanya Jungkook menantang.
"Memandikannya, memakaikan baju, menyuapinya saat makan, bermain dengannya dan memberikan susu padanya".
"Aku mau!", jawab Jungkook antusias mampu membuat Jihyo membulatkan matanya.
Plak!
"Aww..kau kasar sekalu sekarang", gerutu Jungkook sambil mempoutkan bibirnya, saat mendapatkan pukulan maut dipunggungnya.
"cepat bangun, dan turun kebawah, ohh ya bawa Junghwan juga", ingat Jihyo kepada Jungkook sembari melangkah pergi namun Jungkook tidak membiarkannya. Ia langsung menyibak selimutnya dan berlari mengejar Jihyo. Sebelum Jihyo menyentuh gagang pintu Jungkook sudah lebih dulu memeluknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TearCrown [END]
Romance"Siapa tahu dengan jalan takdir? belum tentu yang bersama kita saat ini adalah pasangan Hidup kita, bukan?" >Gadis biasa yang harus menjadi kakak sekaligus tulang punggung keluarganya. ia yang mampu membesarkan adik-adiknya, bahkan membiayai semua k...