01

217 14 7
                                    

Story by, VanteLii ft NazFaw

Okay, kita masuk Chapter pertama sekarang. Mudah-mudahan pada suka >.<



So, happy reading guys!!









Ada yang sering bilang, kalau cinta itu datang karena terbiasa.

Dan istilah itu nyatanya tidak hanya omong kosong belaka, itu nyata dan sering terjadi. Namun dari sekian banyak orang yang pernah mengalami hal seperti itu, banyak di antaranya yang hanya akan berakhir berada dalam friendzone, alih-alih saling mengungkapkan rasa dan berakhir bahagia.

Biasanya itu terjadi sebab terlalu lama memendam, tidak berani mengungkapkan rasa yang ada sebab status pertemanan yang seolah menjadi momok besar. Takut perasaan yang dimiliki tidak berbalas, takut akan menimbulkan ketidaknyamanan dan alhasil membuat pertemanan ataupun persahabatan yang telah lama terjalin itu merenggang dan saling memberi jarak.

Ya, biasanya ketakutan-ketakutan itu yang akan sering muncul jika diantara persahabatan yang telah terjalin sudah sangat lama lalu menimbulkan asmara. Satu diantara mereka biasanya akan denial dengan perasaannya sendiri, lantas mencoba mengubur rasa tersebut dengan dalih;

"Oke, gak papa. Ini cuma perasaan sesaat, karena terlalu sering bareng-bareng aja. Kalo berusaha dilupain, nanti juga pasti hilang."

Bagusnya jika dalih itu berhasil, tetapi jika tidak?

Yang ada rasa itu akan kian menumpuk, lalu kesempatan untuk mengungkapkan hilang dan akan memendam seterusnya-- lebih-lebih lagi jika seseorang yang disukai telah memiliki pengisi hati.

Dan menyesal adalah kata yang paling sempurna untuk menggambarkan kisah semacam itu.

Tak bedanya seperti apa yang dialami oleh Taehyung, berawal dari perasaan denial yang terus membantah bahwa dia menaruh hati pada sang sahabat, lalu berusaha melupakan namun gagal, dan disaat ingin mengungkapkan-- Jimin sudah lebih dulu dimiliki.

Bodoh, jujur Taehyung akui Ia merasa sangat bodoh kala itu, karena tidak mau mencoba berujar jujur akan isi hatinya pada Jimin. Ia terlalu takut, terlalu pengecut untuk segala kemungkinan buruk yang Ia simpulkan sendiri.

Tapi, dari kesalahannya tersebut-- kini Taehyung tidak merasa harus membuang perasaan itu, Ia biarkan tetap tumbuh bersama dengan egonya yang semakin terpupuk untuk memiliki Jimin suatu hari nanti.

Tidak heran, mengapa kata egosi sangat cocok berada diantara namanya.

Iya, luka dan kecewanya karena merasa terlambat itu perlahan menjadi sebuah motivasi. Sebuah motivasi yang sejujurnya tidak berada dalam konteks yang positif, sebab disini Ia membiarkan perasaan itu tetap tumbuh dengan memanfaatkan kondisi hubungan Jimin dan kekasihnya yang jauh disana.

Jauhnya intensitas Jungkook seolah Ia jadikan peluang untuk selalu bersama Jimin bahkan tak jarang Ia selalu menghak milik sang sahabat didepan teman-teman satu fakultas nya.

Baginya itu tidak masalah, selama Jimin tidak menolak dan tentu saja selama Jungkook tidak mengetahui nya.

Dan kalian tahu? Jika kalian ingin melihat seorang dominan bangsat, maka kurasa Taehyung cocok untuk menjadi salah satu kandidatnya.









One MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang