A || 4

11 2 0
                                    

Baca bab ini sambil dengerin medianya ya :v

Kalau gak suka sama klip videonya kalian bisa cari sendiri di YouTube (Peterpan - semua tentang kita)

⚠️⚠️ Perhatian gaiis ⚠️⚠️
Bab ini benar-benar mengandung bawang ...

Diharapkan agar kalian menyiapkan banyak tissue ...

*

*

*

"Gimana, Dok keadaan Letha?" tanya Leo setelah melihat Dokter Firman keluar dari kamar perawatan Aletha.

Firman menggeleng. "Kita harus terus berdoa, agar Aletha bisa sadar kembali," ucapnya pelan.

"Maksud Dokter, adik saya—"

Firman mengangguk, "Kita hanya bisa berharap ada keajaiban," ucapnya kemudian berpamitan pergi.

Arga terjatuh, tubuhnya melemas mendengar penjelasan Dokter Firman. Ia tahu, semua makhluk hidup akan meninggal. Tapi, tidakkah Aletha diberi kesempatan sekali ... saja untuk dapat merayakan ulang tahunnya yang ke-20?

"Letha ... hiks ... lo harus kuat Tha, bentar lagi lo ulang tahun," tangis Rere. Leo memeluk sahabat adiknya itu. Tak ada yang dapat mereka lakukan selain berdoa.

Arga berjalan memasuki kamar perawatan Letha. Tubuh Aletha kini dipenuhi dengan berbagai macam selang, ia begitu miris melihatnya.

"Letha," panggil Arga pelan.

"Letha, kamu harus kuat. Kamu bilang mau ngerayain ulang tahun, kan? Kamu harus bangun, kamu, kamu harus senyum. Kita tiup lilin bareng dan ngerayain ulang tahunmu yang ke-20."

"Letha, bangun sayang," tangis Arga sambil terus menggenggam tangan Aletha.

Leo masih terdiam di depan pintu, ia masih sulit menerima keadaan Aletha. Ia masih tak percaya adik yang selalu ceria dan cuek padanya mendadak terbaring lemah dengan berbagai selang di tubuhnya.

"Maafin gue Letha, gue gagal jadi kakak yang baik buat lo, gue gagal jadi kakak yang berguna buat lo. Bahkan, gue gak bisa bawa nyokap sama bokap buat ke sini. Buat ketemu lo," ucap Leo pelan.

Arga menoleh, ia teringat ucapan Aletha, ia teringat harapan Aletha.

"Kak, gue mau alamat rumah orang tua lo Kak!" seru Arga seraya memakai jaketnya dan mengambil kunci mobil.

"Buat apa?" tanya Leo.

"Gue janji Kak, gue janji ... gue akan bawa orang tua lo ke sini. Setidaknya kita bisa ngabulin permintaan terakhir Letha. Setidaknya Kak, setidaknya," jawab Arga.

Leo menggeleng, "Mereka terlalu batu Ga, mereka bukan manusia. Mereka gak punya hati. Lo, gak akan bisa bawa mereka ke sini."

"Kak, demi Aletha, demi kebahagiaan Aletha. Lo, gak boleh nyerah apapun yang terjadi."

Leo terdiam, laki-laki itu segera mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana, "Gue udah sharelock," ucapnya pelan.

Arga tersenyum, ia menepuk bahu Leo memberikannya semangat. Laki-laki itu segera berlari keluar dari kamar perawatan Aletha.

*

*

"Kapan lo bangun, Dek?" tanya Leo sambil terus menggenggam tangan Aletha, "tiga hari lagi ulang tahun lo, lo gak bosen apa ya tidur terus. Lo gak takut gendut tidur mulu dari kemaren-kemaren?"

Jari Aletha perlahan bergerak, membuat Leo tersentak kaget.

"Dokter ... Dokter!" teriak Leo. Beberapa perawat juga dokter Firman berlari ke arah kamar Aletha. Lalu mereka mulai memeriksa keadaan Aletha.

A (Aletha & Arga) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang