Dia adalah Gilang

52 3 0
                                    

"Boleh minta nomer WA nya gak ?"

Aku menghentikan pergerakan tanganku yang ingin memakai helm dan menggantungkan nya kembali di spion motorku.

Aku terdiam dan menaikkan satu alis ku mendengar ucapan laki-laki itu.
"Udah kasih aja.. itung-itung nambah temen." Ucap Fatma sambil tersenyum geli melihat ekspresi ku.

"Iya.. siapa tau cocok." Timpal Abi, suaminya Fatma. "Jarang-jarang Lo ada cowok yang berani minta nomer WA kamu secara langsung." Lanjutnya.

Dengan ragu ku raih ponsel laki-laki itu dan mengetikkan nomer WA ku dan setelah mengembalikan ponselnya aku bergegas memasang helm dan melajukan motorku tanpa pamit kepada sepasang suami istri itu dan mengabaikan teriakan laki-laki itu yang menanyakan nama ku.

~oOo~

From: +628578612xxxx

"Take care ya.. Jangan ngebut."

Aku mengerinyitkan dahiku ketika membaca sebuah chat dari nomer yang tidak ku kenal. Ku balas chat itu setelah melakukan banyak pertimbangan dan itu pun hanya dengan satu kata.

To: +628578612xxxx

"Siapa ?"

Send

Setelah membalas pesan itu aku pun bergegas pergi kekamar mandi sebelum nyonya besar dirumah ini memberikan ultimatum dan siraman rohani nya kepadaku karena waktu sholat magrib sudah hampir tiba.

From: +628578612xxxx

"Aku Gilang, temen nya Abi yang tadi minta nomer kamu."

Ku balas pesan itu dengan balasan seadanya berharap agar dia berhenti mengirimi ku pesan. Namun ternyata keinginan ku itu pupus karena dia tidak pernah kehabisan topik, dia tidak bertanya aku bekerja dimana, umurku berapa, apa yang aku sukai. Dia justru membahas hal yang berbeda dan membuat ku tertarik untuk selalu membalas pesan nya. Karena aku bukan tipe orang yang suka bertukar pesan dengan lawan jenis. Boleh dikatakan aku sulit untuk membuka diri kepada orang baru. Aku lebih suka menghabiskan waktuku menonton drama Korea ataupun tenggelam dalam kisah romantis yang ku baca didunia Oren dibanding membalas pesan dari laki-laki yang sering mengirimi pesan.

Tapi sekarang aku bahkan lupa, bahwa malam ini episode pertama dari drama korea yang ku tunggu-tunggu tayang karena asik berkirim pesan dengan nya. Ya, dia adalah Gilang laki-laki pertama yang mampu membuat ku lupa dengan drama Korea dan cerita dunia orenku. Untuk malam ini tentunya.


Hari demi hari kami lewati dengan saling memberi kabar lewat pesan singkat, bahkan tak jarang kami mengobrol lewat telpon hingga larut malam, walaupun kami tahu besok paginya kami akan sama-sama masuk kerja. Dia Gilang, memberi warna baru dalam hidup ku, membuat pagiku lebih bersemangat dan malam ku tak lagi sepi karena suaranya.

"Udah tengah malam, tidur ya.. Besok malam aku telpon lagi." Ujar nya disebrang sana.

"Lima menit lagi.." pintaku dengan nada manja. Ha. Apa ini, seorang Maura Qiandra yang terkenal cuek dan dingin menunjuk kan sifat manjanya kepada laki-laki yang bahkan baru beberapa hari yang lalu ia kenal. "Tidak, ini tidak benar." Bathinku. Aku segera menyadarkan diriku, sifat manja yang selama ini hanya aku tunjuk kan kepada orang-orang terdekatku, kini orang lain pun mengetahuinya.

"Halo.. Maura.. Tuhkan, kalau ngantuk gak usah dipaksa." Ujar nya yang membuat aku tersadar dari lamunan ku.

"Eh.. Iya, maaf ya." Sahut ku.

"Tidur ya.. Have a nice dream." Ucapnya begitu lembut.

"You too.." sahut ku dan dengan berat hati ku putuskan sambungan telpon via wathsapp itu. Dan segera ku pejamkan mataku yang memang sudah tidak bisa lagi diajak berkompromi.

~oOo~

"Pagi Maura cantik." Sapa Dimas ketika kami bertemu diparkiran perusahaan.

"Pagi Dimas ganteng.." sahut ku dengan senyum sumringah. Ku lihat Dimas tengah tersnyum bahagia, karena hari ini aku merespon nya. "Tapi bo'ong." Lanjut ku, wajah Dimas yang tadi terlihat bahagia pun berubah jadi masam. Membuat aku menahan tawa.

"Kenapa sih Lo gak bisa bersikap manis ke gue." Protes nya, sambil mengimbangi langkahku yang nampak terburu-buru.

"Muka lo gak ada cocok-cocok nya buat diperlakukan manis." Sahut ku acuh sambil berjalan memasuki kantor.

"Cieee.. Maura sama Dimas Dateng nya bareng. Janjian yaa.." ujar pak Alvin.

"Dewi Fortuna hari ini lagi berpihak sama dia" sahut ku dan berjalan memasuki ruangan ku. Mengabaikan tatapan rekan-rekan ku.

Ting

Sebuah pesan masuk dari ponselku yang tergeletak diatas meja kerja ku.

From: Gilang

"Semangat kerjanya, kalo laper makan dan kalo haus minum."

Senyum manis tersemat di bibirku, membuat Ika yang duduk disamping ku terheran.

"Kenap lo ? Kesambet ?" Ucap nya dengan tatapan yang seolah olah baru pertama kali melihat aku tersnyum.

"Kepo.." sahut ku. Membuat Ika mencibir.

"Ra.. Lo tau gak ?" Ucap Ika pelan, lalu sedetik kemudian ia mendekati ku.

"Gak tau." Sahut ku acuh, seraya menatap layar ponsel ku karena saat ini aku sedang membalas pesan Gilang.

"Ihhh nyebelin banget sih lo." Kesalnya namun Ika tetap melanjutkan ucapan nya. "Si Nina suka sama Dimas."

Aku menghentikan aktifitasku dan menoleh kearah Ika yang ada di sampingku karena memang letak meja kerja kami bersebelahan.

"Nina mana ?" Tanya ku sambil mencoba mengingat orang yang dimaksud sahabatku ini.

"Nina Puspita.. Anak divisi sebelah." Ujar Ika gemas. Baru saja aku ingin membuka suara ku, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tidak enak. Aku melihat seperti bayangan seseorang berdiri dibelakang ku. Aku memberanikan diri untuk menoleh kebelakang dan benar saja ada seseorang sedang menatap ku dan Ika dengan tatapan membunuhnya.

"Gosip teruuss.." ujar nya setengah berteriak, membuat aku dan Ika refleks menutup kedua telinga kami. "Lama-lama tempat duduk kalian saya pisah, mau ?"

"Hehehe.. Ntar kalo aku sama Ika bapak pisah kami gosip nya lewat chat atau gak lewat email." Sahut ku dengan cengengesan. Membuat pak Denis, yang merupakan leader di divisi kami menghembuskan nafasnya dengan kasar.

~oOo~

"Weekend ini jalan yuk.."

Aku tersedak makanan yang sedang ku makan ketika aku membaca pesan singkat dari Gilang. Membuat Ika dengan refleks menepuk pelan punggung ku.

"Lo kenapa Ra ?" Ujar Ika yang masih saja menepuk punggung ku karena aku masih batuk akibat tersedak makanan.

Aku memperlihatkan isi pesan Gilang kepada Ika. Membuat Ika mengerinyitkan dahinya karena memang aku belum bercerita kepadanya tentang Gilang.

"Gilang siapa ?" Heran Ika yang menatap ku meminta penjelasan.

"Emm.. Itu, dia.. Dia teman nya suami Fatma sepupu gue." Sahut ku.

"Oh jadi ceritanya lo lagi dekat sama dia ?" Aku mengangguk kan kepala ku, mengiyakan ucapan Ika.

"Naahh gitu dong.." ujarnya dengan penuh semangat. "Terus lo bales apa ? Iyain aja udah." Paksanya.

"Gue tanya dulu mau jalan kemana. Ntar kalo gue diculik gimana ?" Ujar ku dengan wajah polos, membuat Ika  mendelik.

To: Gilang

"Kemana ?"

Send.

Baru saja aku ingin meletak kan ponsel ku ke atas meja, tiba-tiba sebuah pesan kembali masuk.

From: Gilang

"Pantai.."

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang