part 47

37.7K 1.8K 84
                                    

Happy reading




Bagas dan Anin langsung masuk ke dalam kamar rawat Alena, Bagas  melihat istrinya terbaring lemah di ranjang pasien, ini adalah pemandangan yang sangat tidak disukai Bagas kala melihat istrinya terbaring lemah seperti ini. Untung saja kata dokter Alena tidak papa hanya saja darahnya sempat naik tadi dan juga shock yang menyebabkan Alena pingsan tapi sekarang sudah stabil kembali, dan untuk kondisi janinnya juga Alhamdulillah tidak apa-apa.

Bagas berjalan menghampiri ranjang Alena, langsung mencium bibir dan kening Alena.

"Cepat sembuh sayang." Bagas mengusap usap pipi Alena yang terlihat memerah pasti ini bekas tamparan siswi kurang ajar itu.

"Anin kamu jagain bunda bentar yah, ayah mau telfon oma Ranti dulu ngabarin kalau bunda sedang di rumah sakit,"ujar Bagas, ia lupa belum mengabari orangtua Alena.

"Iya ayah." Anin lalu duduk dikursi dekat ranjang Alena. Ia masih merasa bersalah pada bundanya, karena ia gagal menjaga bundanya.

"Maafin aku bund, gara-gara aku nggak becus jaga bunda bunda jadi kayagini,"gumam Anin.

Anin melihat Alena membuka matanya perlahan.

"Bund...bunda."panggil Anin.

Alena sudah membuka matanya sempurna ia melihat Anin yang berada disampingnya. Dan melihat sekeliling ternyata dirinya berada dirumah sakit.

"Anin."panggil Alena dengan lirih.

"Iya Bund, bunda ada yang sakit aku panggilin dokter dulu ya bund." Anin yang akan berdiri dicegah oleh Alena.

"Nggak usah nin bunda nggak apa-apa, bunda haus, bisa tolong ambilin minum."

Anin langsung mengambil gelas berisi air putih yang berada di atas nakas di samping ranjang Alena lalu meminumkannya pada Alena dengan menggunakan sedotan.

"Ayah nggak kesini Nin?"tanya Alena entah kenapa sekarang ia sangat merindukan suaminya mungkin karena dedeknya yang kangen.

"Ayah tadi kesini bund tapi tadi ijin pergi sebentar katanya."

Entah kenapa setelah mendengar itu Alena jadi sedih dan sudah ingin menangis, tapi ia tahan karena ia malu menangis depan Anin.
Anin bingung melihat bundanya diam saja. Jadi ia fikir mungkin bundanya ingin beristirahat makanya ia tidak  ajak bicara.

Tak lama kemudian terdengar pintu kamar rawat Alena dibuka, terlihat Bagas yang tadi sempat ijin untuk mengabari keluarga Alena akhirnya kembali, Bagas tersenyum melihat Alena sudah siuman. Alena yang melihat Bagas merasa sangat senang sampai meneteskan air matanya,  ia merasa ingin mengadu semuanya pada suaminya kalau ia baru saja dijahati oleh temannya.

"Sayang kenapa menangis, ada yang sakit bilang sama mas?"tanya Bagas lembut lalu mengecup kening Alena.

"Hiks mas kangen."Alena berkata dengan manja sambil menangis, Bagas tersenyum manis lalu menghujami wajah Alena dengan ciumannya karena ia merasa gemas dengan istrinya ini.

Anin yang sendari tadi melihat keromantisan orangtuanya tidak tahan, karena jadi obat nyamuk disana, ia lebih memilih meminta ijin pada orangtuanya untuk ke kantin rumah sakit dan membeli makanan karena sedang lapar juga.

"Ayah bunda aku ke kantin ya lapar soalnya."

"Iya jangan makan sembarangan ya."

"Siap ayah."

Anin lalu keluar dari kamar rawat Alena dan yang tersisa hanya Alena dan Bagas disitu.

"Bunda mau makan?"tanya Bagas sambil mengelus kening istrinya.

Bunda untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang