Lucas Aguarius kehilangan akal saat teman seksnya berusaha merapatkan lubang anal yang sedang ia pompa, geraman senang keluar dari bibirnya yang penuh. Lelaki di bawahnya makin menungging, membiarkan penis besar Lucas bebas keluar masuk lubang nikmatnya.
Dari belakang Lucas bisa melihat betapa indah pemandangan penis tegang teman seksnya yang terlempar ke depan dan ke belakang saat dirinya menggenjot tubuh berotot di bawahnya. Suara teman seksnya liar, melolong saat Lucas menggenggam batang licin di tangannya yang besar, Lucas mengurut pelan, sambil memompa lubang anal temannya dengan tempo yang juga pelan, ia membisikkan kata-kata penghiburan yang disambut dengan desahan bahagia lelaki di bawahnya.
"Pelacur, senang saat penisku menusuk lubang pantatmu, hah?!" Lucas berkata kasar, harusnya lelaki yang disebut pelacur itu marah, namun justru sensasi bahagia merayap ke pembuluh darahnya, otot-otot perutnya menegang saat Lucas memainkan lubang kencingnya menggunakan ibu jari.
Setelah bertahan cukup lama untuk menikmati seks menakjubkan itu, lelaki di bawah sudah hampir sekarat, ia melepaskan pejunya di tangan Lucas yang menggeram, masih menusuk lubang yang berdenyut. Lucas mengusap peju di tangannya ke puting lelaki yang sepertinya akan ambruk sebelum Lucas memegangi pinggangnya kuat, memaksa lelaki itu tetap menungging dan menghujamkan penisnya dengan cepat, berkali-kali sebelum ia sendiri menggeram dan menyemburkan peju ke dalam tubuh lelaki di bawahnya yang sekarang menggelepar bahagia.
"Hebat sekali Lucas." Kedua tubuh itu berpisah, berbaring di tempat tidur dengan banyak cairan cinta di atasnya.
"Emm.." Lucas hanya menggumam sebelum menutup matanya dan menuju ke alam mimpi.
Dalam mimpinya ia bermain bola kaki dengan anak lelaki kecil berpipi montok, anak itu tersenyum manis ke arah Lucas, memintanya untuk menendang bola yang ada di kakinya. Bukannya menendang, Lucas mengambil bola tersebut, berjalan ke arah anak kecil montok itu, Lucas ingin mengelus pipinya yang ia tahu terasa sangat lembut.
"Pergi! Pergi dari anakku!" baru setengah jalan menuju anak lelaki itu, Lucas membeku, wanita yang ia cintai hampir seumur hidupnya memandangnya dengan ekspresi jijik.
Lucas ingin menangis, bertanya pada wanita itu apa salahnya? Tapi yang ia tahu, Lucas justru tidak berani mendekat, bahkan saat ibunya menyeret adik lelakinya ke dalam rumah dan meninggalkan Lucas dengan hatinya yang hancur.
"Lucas... Bangun.." Lelaki dewasa dengan alis tebal itu mengguncang tubuh Lucas, temannya yang sangat tampan, sangat seksi dan sangat ia cintai.
"Hmm.." Lucas hanya menggumam dalam tidurnya.
"Tolong jangan buat suara gumaman seperti itu di pagi hari yang indah ini. Suaramu hanya membangkitkan gairahku."
Lucas yang mendengar kalimat itu membuka matanya, memberikan ekspresi memperingatkan kepada temannya yang masih memakai handuk di pinggangnya.
"Aku sudah bilang untuk pergi dari kamarku setelah kita selesai melakukan seks." Tegas Lucas, wajahnya mengancam, ia memaksa tubuhnya sendiri untuk duduk di ranjang.
"Kamu gila? Gimana aku bisa langsung pergi setelah kita seks, kamu menusukku dengan sangat kuat. Aku sakit di semua bagian." Lelaki beralis tebal itu menjawab, bersedekap di depan temannya yang berwajah masam.
"Itu urusanmu, Dit. Perjanjian kita adalah, kita seks dan kamu pergi dari kamarku setelahnya." Lucas berkata datar, menatapnya tegas, membuat lelaki satunya menghela nafas.
"Baiklah, aku akan pergi, tapi sebelum itu aku mau kita berciuman."
"Kamu tahu aku tidak berciuman, Radit! Sekarang pergilah, kepalaku berdenyut." Lelaki yang dipanggil Radit memandang Lucas dengan kecewa, dia tahu bahwa walaupun tubuh Lucas bisa menjadi miliknya saat mereka melakukan seks, tapi sekuat apapun dia berusaha, hati Lucas yang sekeras batu itu tidak akan melembut untuknya.
Padahal sudah bertahun-tahun, Radit selalu mengikuti Lucas. Saat itu mereka teman kuliah, Lucas menjadi pribadi yang keras dan tertutup setelah tinggal sendirian, Radit selalu mendampingi Lucas, berusaha ada untuk menghibur Lucas. Tapi bagi Lucas, Radit hanya segelintir orang dari beberapa orang teman seksnya.
"Aku pergi, ada beberapa panggilan tak terjawab di ponselmu." Radit berusaha untuk mengelus pundak Lucas setelah ia berpakaian, bahkan sebelum tangannya sampai, Lucas sudah menahan pergelangan tangannya dan memandangnya dengan tatapan yang membuat hati Radit berdenyut.
"Aku pergi," ucap Radit hanya disambut gumaman oleh Lucas yang kini memeriksa ponselnya, menghubungi kembali nomor yang ada di daftar panggilan tak terjawab.
"Sudah aku urus, tinggal masuk saja. Jalankan tugasmu dengan baik." Lucas berbicara dengan orang di seberang telepon, kepalanya tambah berdenyut, ia memijit pelipisnya sambil mendengarkan orang di seberang telepon yang hanya membuatnya makin kesal.
"Aku sudah bilang jangan ikut campur dengan kebrengsekanku. Jalankan saja, itu yang kuminta darimu." Setelah mendengar teriakan persetujuan ketus orang yang ia ajak berbicara, Lucas menutup telepon. Melemparnya ke sembarang tempat dan kembali tertidur, meneruskan mimpinya yang menyakitkan, ia sangat tahu mimpi itu menyakitkan, tapi hanya dengan mimpi itu ia bisa kembali melihat orang-orang yang ia benci, sekaligus yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's You
Romance#Mature Boy x Boy | BL | YAOI# Titan melipat tangan di dada. Memandang intens lelaki di depannya, senyum miring merekah di wajahnya yang licik. Mendekatkan wajah pada subjek manis yang sedang mengerutkan dahi, Titan berbisik. "Bagaimana kalau kau b...