Danana mengikat tali sepatu ketsnya dua kali, ia harus lari dari rumahnya menuju sekolah pagi ini. Pasalnya, sepeda kesayangannya rusak dan ia tak punya waktu untuk memperbaikinya, ini hari pertama sekolah setelah libur kenaikan kelas, Dana sudah kelas tiga SMA sekarang, ia tidak mau absensinya bermasalah hanya karena sepedanya yang rusak.
Jarak ke sekolah dari rumahnya terbilang cukup jauh jika ia berjalan kaki, namun ia yakin bisa berlari hanya dalam waktu 20 menit dan tidak akan terlambat datang ke sekolah, ia juga tidak mau membuat masalah dengan penjaga gerbang yang galak.
Dana masih berlari, ia mengencangkan pegangannya pada tas ranselnya, untungnya hari ini ia hanya membawa sedikit buku karena ia belum mendapatkan jadwal tetap. Ia yakin sudah berlari di jalur sebelah kiri, namun seorang pengendara motor menyerempetnya dari arah kanan.
Sialnya Dana kehilangan keseimbangan dan jatuh ke samping, lututnya panas karena darah mengalir dari luka gores yang merobek celana sekolahnya. Dana mengutuk, ia tidak khawatir dengan lukanya, ia justru khawatir dengan reaksi ibunya nanti saat melihat dirinya terluka.
Seseorang dengan helm full-face datang menghampiri dana, ia memakai seragam sekolah, namun dana tidak bisa melihat dengan jelas dari sekolah mana dia berasal.
Saat orang itu berjongkok di depannya dan membuka kaca penutup wajah di helmnya, Dana bisa melihat mata biru yang menatapnya penuh tawa.
Tiba-tiba emosi dana naik, sialan! Kenapa bisa dia tertawa setelah menyerempet orang lain?
"Dasar psycho!" Dana mengeluarkan unek-uneknya dengan lantang. Lelaki bermata biru itu justru terbahak, ia melepaskan helm dari kepalanya, menatap Dana dengan mata biru penuh humor yang membuat Dana jengah.
"Saya mau minta maaf, kenapa kamu malah marah?" ia berkata, suaranya dalam dan serak. Ada yang aneh dengan aksen bahasa indonesia yang ia gunakan, Dana yakin lelaki ini bule kere yang pindah ke indonesia agar hidup dengan biaya lebih murah.
Dana mencibir, memicingkan mata pada bule kere di depannya.
"Gak perlu, minggir!"
Ia mencoba berdiri, kemudian ia mengaduh karena rasa panas dan sakit di lutut sebelah kirinya sangat menyengat, bule itu mencoba menolong, namun Dana menepis tangan besar itu dan melanjutkan berjalan dengan tertatih.
Baru beberapa langkah ia berjalan, suara desingan kendaraan yang lewat di samping tubuhnya membuatnya kaget. Dana melihat orang dengan jaket hitam yang dipakai bule tadi mengendarai sebuah motor sport merah. Ia mengacungkan tinjunya pada pengendara motor, emosinya sudah sampai ubun-ubun sekarang, ia bahkan menghentakkan kakinya yang terluka saat berjalan, tidak peduli betapa sakit dan perihnya rasa dari luka yang ia derita.
Dana memutuskan untuk memakai taksi karena kakinya yang terluka, bukannya ia tidak mampu memesan taksi dari awal, hanya saja ia lebih suka menghabiskan uangnya untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti membeli buku sejarah yang sangat dia cintai, atau mendukung penulis yang ia suka dengan membeli karyanya.
Dana suka membaca, ia tidak akan pernah meminta uang kepada ibunya di luar jatah bulanan yang ia dapatkan. Ia tahu, sebagai ibu tunggal, ibunya sudah sangat berjuang demi kehidupan Dana yang sebentar lagi akan masuk ke perguruan tinggi.
Dana tiba di sekolah tepat 5 menit sebelum bel masuk berbunyi, ia sempat ditahan oleh penjaga gerbang yang bertanya mengapa kakinya bisa terluka, namun ia hanya mengatakan bahwa ia terjatuh dan akan baik-baik saja setelah kakinya diobati oleh perawat yang ada di UKS sekolah.
Setelah lukanya dibersihkan dan memakai plester, Dana masuk ke dalam kelas yang sudah ramai. Beberapa teman dari kelas sebelumnya menepuk bahu Dana untuk menyapa, beberapa yang lain terlihat khawatir karena Dana terluka pada hari pertama masuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's You
عاطفية#Mature Boy x Boy | BL | YAOI# Titan melipat tangan di dada. Memandang intens lelaki di depannya, senyum miring merekah di wajahnya yang licik. Mendekatkan wajah pada subjek manis yang sedang mengerutkan dahi, Titan berbisik. "Bagaimana kalau kau b...