Part 1

1K 122 18
                                    

Pejaman mata itu menikmati setiap alunan indah dari harmonisasi beberapa alat musik yang di padukan dengan suara indah milik kedua sahabatnya, mencoba menahan hasrat untuk memainkan semua nada-nada yang dihapalnya di luar kepala. Ia tak pernah absen melihat semua kegiatan di ruangan berwarna monokrom dengan ornamen ornamen alat musik yang cukup lengkap. Hanya di sana ia merasa bebas.

"Lo gak pengin main?" Tanya Reyn menaruh gitarnya, lalu menghampiri Leo yang tengah menatap deretan biola yang terpajang rapi. Ada 5 biola disana, dan semua adalah milik Leo, ia sengaja menaruhnya di rumah Zelo, tidak ingin sang ayah menghancurkan benda-benda kesayangannya lagi.

Pemuda itu tersenyum kecut mendengar pertanyaan sahabatnya yang lebih mungil dan imut darinya.

"Kayak ga tau bokap gue aja lo, Reyn."

"Ga ada bokap lo disini, Leo. Trabas aja kenapa sih? gue yakin nanti juga lama-lama bokap lo pasti luluh." Reyn itu kadang polosnya kebangetan, tapi kalau sedang jadi tukang kompor, kata-katanya suka pedes banget, bikin teman-temannya no word again.

Suara dering smartphone mengusik, mengalihkan perhatian mereka semua. Leo menghela nafas ketika melihat nama yang tertera di layar smartphonenya.

"Iya yah."

"Ayah udah di depan rumah Zelo, cepet keluar."

"Hm.."

Leo tak bisa membantah, padahal ia masih ingin melihat teman-temannya bermain musik. Pemuda itu menyambar tasnya.

"Guys, gue balik dulu." Leo pamit pada ketiga temannya, termasuk Zelo yang sedang sibuk mencoba snare baru drumnya.

"Cepet banget Le." Tanya Zelo.

"Bokap gue udah di depan."

"Hati-hati ayangiii." Echan tersenyum selebar mungkin, membuat bulu kuduk ketiga temannya merinding.

Gerimis menyapa ketika Leo keluar dari pintu utama rumah sahabatnya itu. Ia berjalan santai menuju gerbang, menyapa ramah Pak Dono, satpam rumah Zelo. Leo membuka pintu mobil samping pengemudi yang sudah menunggunya. Leo memakai sabuk tangannya.

"Kenapa hujan-hujanan?"

Pertanyaan itu membuka percakapan antara ayah dan anak. Leo menoleh.

"Cuma gerimis, yah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cuma gerimis, yah. Males balik lagi buat minjem payung."

Mario mendengus sebal mendengar jawaban yang dilontarkan anaknya itu.

"Pake selimutnya, ayah ga mau kamu drop lagi." Mario memberikan selimut yang memang selalu tersedia di mobilnya. Leo hanya menurut, memakai selimutnya.

Another SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang