Part 2

773 103 9
                                    

Leo menatap langit-langit ruang rawatnya dengan bosan, ayahnya sedang ada client, jadi ia sendirian menunggu kantung darahnya habis. Sebenarnya transfusi darah telah dilepas semalam, tapi karena tadi pagi ia mimisan banyak dan hbnya pun masih di bawah angka 11, akhirnya mau tidak mau ia harus menambah kantung darah lagi. Kadang leo merasa dirinya seperti vampir yang makanan utamanya darah, dan tidak bisa merasakan sakit di tubuhnya.

Congenital insensitivity to pain, kelainan yang menyebabkan penderitanya tak bisa merasakan sakit meski terluka cukup parah. Dan Thalasemia Mayor kelainan pada darah yang menyebabkan Leo harus melakukan transfusi darah seumur hidupnya, kecuali jika ada yang bersedia mendonorkan sum-sum belakangnya. 2 penyakit itu membatasi ruang gerak Leo. Obat-obatan dan darah adalah sahabatnya, dan rumah sakit adalah rumah keduanya.

Leo mengambil handphone yang berlogo apel di nakas sebelah ranjangnya. Ia iseng membuka fitur kamera untuk melihat wajahnya.

"Ngga jelek-jelek banget gue pake ginian ternyata." Ucapnya saat melihat wajahnya yang berhias nasal cannula, padahal ia merasa nafasnya normal, Om Arcel saja yang terlalu takut jika turunnya HB Leo akan menimbulkan sesak nafas.

"Tapi jadi susah gerak." Keluh Leo, yang menyadari jika gerakannya terbatas. Ia jadi tak bisa kabur ke taman, atau ke bangsal anak buat main.

Leo iseng memotret bagian punggung tangan kirinya yang terdapat jarum dan selang yang mengalirkan darah kedalam tubuhnya.

Leo iseng memotret bagian punggung tangan kirinya yang terdapat jarum dan selang yang mengalirkan darah kedalam tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disukai oleh Reynarjuna dan 364 lainnya
ZN_leo lagi lagi dan lagi 😔

"Gapapa lah, sekali-kali alay update di instagram." Leo tertawa setelah mematikan kolom komentarnya.

Suara pintu terbuka mengalihkan atensi Leo. Seorang wanita berambut panjang dengan snelli, berjalan anggun menuju ranjang Leo.

"Eh ada tante Yuri." Sapanya tersenyum lebar, membuat Yuri mengangkat alisnya.

"Kenapa? Kok kayaknya seneng banget? Habis chat-an ya sama pacar?" Goda Yuri.

"Ishh.. aku tuh seneng gara-gara akhirnya ada yang datang kesini, dari tadi aku kesepian tau." Adu Leo. Dokter Yuri itu yang nangangin penyakit CIP Leo dari kecil, kalo dokter Arcel yang nanganin thalasemia-nya, jadi tidak heran kalau Leo dekat banget sama mereka berdua.

"Ayah kamu kemana emang?" Tanya Yuri sembari memeriksa Leo.

"Lagi ada client, tante nanti pas liburan Nata ke Jakarta ngga?" Leo jadi rindu gadis itu.

Nadia Hinata Harendra, anak dokter Yuri sekaligus sahabat Leo, yang sekarang tinggal di Bandung, bersama mantan suami dokter Yuri.

"Iya, Nata bilangnya sih mau pindah kesini juga, soalnya kan papanya pindah tugas ke kalimantan, dia gak mau ikut."

"Wahh asik dong, jadi ga sabar pengin cepet-cepet liburan." Leo bersorak girang, membuat Yuri tersenyum.

"Makanya kamu cepetan sembuh, nanti kita jalan-jalan bareng." Yuri mengusak rambut lepek Leo.

Another SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang