"Hallo, ibu. Aku ingin bilang, aku akan kembali ke Sugarplum.
"Skripsiku sudah hampir selesai, dan aku janji tidak akan menelantarkan pendidikanku.
"Aku hanya tidak bisa meninggalkan balet. Ini hidupku, dan sembari aku menjalankan apa yang menjadi kewajibanku, aku ingin mengisinya dengan hal-hal yang membuatku bahagia."
***
"Hallo, Liam. Aku ingin tahu, apa masih ada lowongan untuk mengisi acara di kafemu? Aku ingin bekerja sambilan.
"Karena sekarang aku menyadari bahwa aku begitu mencintai piano.
"Dan aku tidak ingin meninggalkannya lagi."
***
"Jadi, kau lulus sidang?"
Di hadapannya, Dulcie tersenyum sumringah sampai sudut bibirnya bisa robek sewaktu-waktu. "Iya. Aku bakal wisuda tahun ini."
"Baguslah," kata Alex. "Sudah pasti kau bakal lulus. Kan aku yang membantu skripsimu."
"Sombong sekali. Padahal kau sendiri yang menawarkan bantuan," Dulcie melipat tangan.
Alex menyesap kopi hitamnya. Di luar salju mulai mencair, suhu perlahan-lahan naik. Tiba-tiba saja tahun yang baru sudah memasuki penghujung triwulan pertama. Waktu berlalu begitu cepat. Alex melirik arlojinya, tahu bahwa dia tidak bisa duduk-duduk di kafe lebih lama lagi.
"Aku harus kembali. Jam istirahatku sebentar lagi selesai."
Dulcie bertopang dagu. Alex menjadi semakin sibuk sejak dia mulai bekerja tahun ini. Meski begitu, selalu ada waktu bagi mereka untuk makan siang bersama di kafe Liam—biasanya dilengkapi Dulcie yang membawa laptop dan Alex yang membantunya mengerjakan skripsi. Saat-saat itu sudah berakhir sekarang. Dulcie sudah bisa bernapas lega.
"Datanglah ke wisudaku," kata Dulcie.
Alex tengah berdiri memasang jas hitamnya. "Aku tidak mau menyia-nyiakan jatah cutiku untuk itu."
Bibir Dulcie melengkung ke bawah.
"Kalau pertunjukan baletku, bagaimana? Kau mau datang?"
Gerakan Alex terhenti. "Kau akan tampil?"
Anggukan Dulcie yang begitu bersemangat membuat Alex membelalak.
"Yang benar saja? Jadi selama ini kau mengerjakan skripsi sambil latihan untuk pertunjukan?"
"Kau terkejut?" Dulcie terkekeh. "Mau bagaimana lagi, aku memang sehebat itu."
Alex mendengus tidak terima.
"Kapan pertunjukannya?"
"Minggu depan, hari Sabtu malam."
"Kelihatannya aku tidak bisa hadir."
"Kenapa?"
"Aku juga ada pertunjukan," Alex yang menyadari binar di mata Dulcie buru-buru melanjutkan sebelum dipotong, "Hanya pertunjukan kecil-kecilan di alun-alun dekat sini. Liam yang mengajakku."
"Itu bagus," puji Dulcie. "Kalau begitu, ayo bertemu setelah pertunjukan."
Alex mengiakan.
Mereka melangkah keluar bersama-sama dari kafe, masing-masing menuju arah yang berbeda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pas de Deux
Фэнтези[ completed ] Desember tahun itu dimulai dengan sebuah kutukan. Setiap pukul dua belas malam, Dulcie akan berubah menjadi boneka balerina, sementara Alexander berubah menjadi boneka pemecah kacang. Kutukan itu membawa Dulcie bertemu dengan Alexande...