"Gua Bara, dan dia Gara, kembaran gua. Dia juga suka sama lo, Ra."
Rara Agatha Fernandes harus dihadapkan dengan satu situasi yang sulit, bahkan mampu memutar segala kehidupan nya yang seharusnya baik-baik saja menjadi rumit seperti ini. Ia di cinta...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAGIAN 1| SUPIR TAMPAN
Pagi yang cerah dengan matahari yang masih terhalang awan putih yang indah. Membawa hawa sejuk serta kedamaian tersendiri. Awal dari kehidupan dimulai, dimana matahari yang menjadi pertanda. Beberapa orang sudah memulai aktifitas seperti hari-hari sebelum nya.
Binar cahaya yang terpancar dari sela-sela jendela tak membuat seorang gadis terganggu dari mimpi indahnya. Seolah-olah khayalan yang terjadi di alam bawah sadar nya lebih menarik dari apapun.
Hawa yang di keluarkan dari pendingin ruangan mulai terasa menusuk kulit. Tercampur dengan sejuk nya udara pagi. Membuat gadis itu menggulung tubuh nya dengan selimut tebal, layak nya kepompong.
Gadis itu tidak sadar jika Mommy nya sudah berdiri di ambang pintu dengan membawa spatula. Beberapa menit lalu saat sedang memasak nasi goreng dan tidak sengaja menatap jam dinding yang terpasang tidak jauh dari dapur, langsung membuat nya tercengang.
Namun sang Mommy justru lebih dibuat tercengang saat melihat putrinya yang masih asik berkelana di alam mimpi.
"Rara, bangun!"
Lila---Mommy Rara menghembuskan nafas kasar saat putrinya tidak merespon apapun. Mau tidak mau, Lila menyibak selimut tebal itu dengan kasar.
"Rara, bangun sayang, udah jam 7 loh." Lila menepuk pipi chubby Rara beberapa kali, meski pelan namun pergerakan itu mampu membuat gadis itu terganggu.
"Kenapa sih Mom," ujar Rara dengan suara serak. Ia merubah posisi membelakangi sang Mommy, menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh bagian kepala nya.
"Kamu ini, kenapa, kenapa. Udah siang! Cepet bangun, terus berangkat sekolah. Nggak lucu ya, kalau hari pertama sekolah kamu udah telat. Kamu dengar apa yang Mommy bilang?"
Terlihat Rara mengangguk-anggukan kepala nya dari dalam selimut. Perkataan Lila memang dapat ia dengar, namun tidak terdengar jelas. Mata nya ini masih ingin terpejam bebas. Rasanya ia baru memejamkan mata beberapa menit, tapi kenapa sudah pagi saja.
"Mommy nggak mau tau, kamu bangun sekarang! Kalau sampai 20 menit kamu belum pakai seragam, Mommy aduin ke Daddy biar nggak usah izinin kamu sekolah umum!" kata Lila dengan nada mengancam. Perempuan itu berjalan meninggalkan kamar putrinya untuk melanjutkan acara memasak yang sempat tertunda.
Terdengar suara pintu yang tertutup. Saat itu juga Rara bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk. Menggosok kedua mata dengan tangan, mencoba untuk menyesuaikan sinar lampu yang terasa menusuk mata.
Rara menghela nafas. Ia menggeser tubuh nya agar lebih mudah menuruni tempat tidur yang cukup tinggi bagi nya. Dingin nya lantai langsung terasa saat ia menginjakkan kaki diatas lantai. Berjalan menghampiri kaca berukuran besar yang terletak di samping meja rias.