Bab 1

54 0 0
                                    

Pilihan itu hanya dua, ya atau tidak.
Jika lebih tandanya kau sedang terjebak dalam kata 'atau'. Itulah yang sering di sebut keraguan.


Masa pubertas adalah puncak dimana setiap remaja mencari jati diri. Mereka bisa berubah-ubah bahkan hanya dalam waktu beberapa detik. Sikap, perasaan hingga pola pikir. Banyak dari mereka yang memilih memakai topeng agar di kagumi ruang lingkupnya atau untuk pengakuan semata.

Jati diri adalah hal yang mutlak. Ia tumbuh dan melekat hingga menjadi ciri khas setiap individu yang memilikinya. Walau keberadaannya seringkali sulit di temukan. Semua orang tetap berlomba untuk mendapatkan versi yang terbaik.

Adelta Brivani Devran atau biasa di panggil Delta adalah salah satu remaja yang kesulitan mencari jati diri. Gadis yang duduk di kelas XII IPA 1 itu seringkali bergelut dengan perasaan dirinya sendiri. Ia sering merasa insecure walaupun sebenarnya gadis itu terbilang beruntung karena prestasinya di sekolah. Ia juga bukan berasal dari keluarga yang kekurangan. Ayahnya seorang profesor dan ibunya seorang dokter bedah. Gadis berparas cantik itupun termasuk siswi yang terkenal di sekolah karena di pacari oleh anak Kepala Sekolah yang sangat tampan.

" Beb, nih hasil ulangan matematika."

" Udah keluar? Nilaiku berapa?"

" Perfecto! kamu 100 aku 95."

" Pyuh."

Delta menghela nafas lega seraya mengusap dada. Gadis itu hanya tersenyum simpul sambil menatap Nichole kekasihnya.

" Ke kantin yuk! Meta udah pesenin makanan di sana."

" Emang dia tau aku mau makan apa?"

" Dia itu bukan cuma tau kamu pengen makan apa, tapi semua yang ada di pikiran kamu, dia pasti bisa tebak."

" Yah aku selalu lupa kalo ilmu perdukunan dia udah overload."

" Mangkanya kamu itu beruntung punya sahabat yang care kaya Meta."

" Yap, sekaligus hakim yang paling bijak kalo kita berdua lagi berantemkan?"

" Nah, itu paling bener Beb."

Delta mulai merapikan buku-bukunya. Semua ia masukan ke dalam laci meja tulis. Nichole ikut membantunya memasukan empat pensil dua B berwarna merah, kuning, hijau dan biru ke dalam kotak pensil berbahan alumunium warna marun dengan motif bunga dandelion di permukaan atasnya.

" Kamu duluan aja Nic. Aku mau ke toilet."

" Huft. Jangan lama-lama kasian Meta nungguin kamu. Bisa-bisa dia mati kelaparan."

" Iya Nic."

Nichole bergegas keluar kelas. Kekasih gadis itu dengan cepat berlari menuju kantin.

Setelah Nichole tak ada, Delta yang masih duduk  mengambil sebuah ponsel di dalam tas cangklong kulit miliknya. Setelah itu ia pun meninggalkan ruang kelas menuju toilet.

Toilet murid letaknya tidak begitu jauh dari aula sekolah. Lebih tepatnya bersebelahan dengan ruang kelas XII IPS 3. Kelas yang di dominasi oleh siswa pecinta game PUBG.

Langkah Delta hampir mendekati pintu  toilet. Seketika, ia berhenti. Gadis itu menoleh ke ruangan sebelah kiri. Ia terlihat ragu. Beberapa kali jemari lengan kanannya bergerak bergantian dari mulai jempol hingga kelingking. Bibir gadis itu seperti berkomat-kamit.

" Ya..engga..ya..engga..IYA !"

Kata itulah yang sedari tadi diucap Delta. Gadis itu menarik nafas sedikit panjang. Kakinya berbelok ke arah ruang kelas XII IPS 3.

I Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang