Bab 3

25 0 0
                                    

Cintai dulu dirimu baru mencintai orang lain dan hargai dulu diri mu maka kau akan dihargai orang lain.

Malam ini salah satu salon ternama yang berada di pusat kota sedang ramai pelanggan. Banyak gadis muda keturunan konglomerat hingga wanita sosialita yang mulai berdatangan. Beberapa dari mereka adalah pelanggan tetap dari salon tersebut. Memang salon itu terkenal dengan kemampuan hair stylish-nya yang kompeten dan pelayanannya yang luar biasa membuat pengunjung nyaman.

Salah satu hair stylish terlihat sudah selesai memotong rambut seorang gadis. Ia mulai membuka kain kip yang di gunakan customer mudanya. Gadis tersebut tersenyum menatap cermin. Ia seakan puas dengan gaya rambut bob layer sebahu. Rambutnya terlihat sedikit tebal dengan potongan tersebut ditambah dengan gaya poni samping yang membuatnya semakin cantik.

" Gimana baguskan? Kamu keliatan lebih fresh loh," puji hair stylish tersebut.

" Thanks ya. Ini tipnya," saut Delta seraya bangun dari kursinya.

Sekali lagi Delta menatap dirinya di cermin. Ia merasa sangat nyaman dan percaya diri dengan tampilannya. Gadis itu memakai dress hitam casual selutut yang di padupadankan dengan sneakers berwarna putih. Delta senang bisa menjadi dirinya sendiri.

Gadis itu bergegas menuju parkiran Mall. Ia menghampiri pak Asep yang sedari tadi sudah menunggunya di mobil.

Brugggg....

Delta menutup pintu mobil dengan keras. Gadis itu terlalu bersemangat. Ia duduk di belakang supir. Delta mulai membuka tas ransel yang berada di samping kursinya. Dua lembar kertas hasil ulangan ia ambil dari dalam relsleting depan lalu memasukannya ke dalam tas slempang yang ia kenakan.

" Pak, jalan sekarang," titah Delta kepada supir pribadinya.

Delta merasa ada semangat yang sedang bergejolak. Ia sudah berfikir matang. Malam inilah waktu yang tepat. Kebosanan untuk selalu menjadi orang lain akan berakhir. Tekadnya begitu bulat sampai resiko apapun sudah ikhlas ia terima. Cukup selama ini untuk tidak menghargai dirinya sendiri.

*****

Tiga mobil Toyota Fortuner berwarna black sudah lebih dulu terparkir di bagasi sebuah rumah besar yang tampak tidak asing. Salah satu dari mobil tersebut adalah milik Tante Sinta. Dia adalah adik kandung dari ayah Delta.

Pak Asep mulai memarkir mobil. Ia begitu cekatan. Kemampuannya begitu mumpuni bak Rio Haryanto. Walaupun hanya tersisa satu space untuk memarkir mobil, hal itu tak membuat supir tersebut hilang akal. Betul, bagasi rumah eyang Delta sangat penuh dengan koleksi mobil-mobil antik yang harga satuannya setara dengan satu rumah di kawasan Pondok Indah.

Ngiikkkkkkk.....

Suara rem mobil begitu halus. Mobil yang membawa cucu pemilik rumah sudah terparkir dengan posisi sempurna. Delta turun dengan percaya diri. Ia melihat jam tangan yang ia pakai dilengan kiri. Gadis itu merasa lega. Jam masih menunjukan pukul delapan belas lewat lima puluh menit. Menandakan bahwa ia tidak telat.

Delta mulai berjalan ke arah pintu utama rumah sang kakek. Pintu yang begitu besar dan kokoh. Gadis itu masuk tanpa basa-basi. Di dalam ia langsung di sambut oleh empat orang asisten rumah tangga.

" Malam Non, Bapak dan Ibu sudah menunggu. Silahkan non Delta bisa langsung ke ruang makan," ucap Mbak Laksmi. Asisten terlama dan tertua yang bekerja di rumah kakek Delta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang