"WOY AYLA, ADEKNYA AGYA, ANAKNYA ASTRA SAMA DAIHATSU!!!" Teriak Haechan membuatku jengah.
"Lu malu-maluin anjip! Siapa yang lu sebut!? Gue anak tunggal! Emak gue Santi Bapak gue Indra!" Ucapku ke Haechan, menekankan setiap kata sembari sedikit melotot. Tentu saja Haechan tak akan peduli itu, mustahil.
"Yamakanyatunggugueanjir" -Haechan
"Berisik" Aku benar-benar pasrah dengan tingkah makhluk astral satu ini.
Kami sedang berjalan santai di koridor sembari memakan es krim, ya sekarang jam istirahat. Aku dan Hira meninggalkan Haechan karena ia asik bermain di kelas kak Mark, senior kami.
"Woilah ninggalin seh parah" Gerutu Haechan yang mencomot es krim ditangan ku. Mengulumnya tanpa rasa bersalah sembari menatapku.
Sialnya aku malah kepikiran hal yang tidak berguna, ck!
"Uhuk! Si jahat!" Haechan ngegas. Bagaimana tidak, aku menyodorkan es krim itu semakin masuk ke mulutnya. Sehingga Haechan sedikit tersedak.
"La, pulang nanti main ya" Bisik Haechan di telingaku, membuat pikiran kotor itu kembali mengisi otakku yang memang dasarnya yadong ini.
"Lu bedua emang gabisa ngertiin gue ye" Sedih Hira, ia baru saja putus dengan kak Mark pacarnya. Itulah kenapa kami meninggalkan Haechan yang mampir kesana.
"Lah napa? Kan kami ga ngapa-ngapain" Jawab Haechan santai.
"Lu bedua jadian kek, uwu mulu" Tutur Hira lagi. Tentu saja membuat kami berdua saling menatap dan berakhir salah tingkah.
"Dahlah gue cabut bai" Hira berjalan meninggalkan kami setelah merubah suasana menjadi canggung.
"La...sampe kapan mau nyembuyiin hubungan kita?" Tanya Haechan dengan wajah serius nya.
"Y-ya mau gimana lagi, emak lu kepsek njir" Aku menjawab dengan ragu. Karena Haechan benar-benar ingin mempublish hubungan kami, namun itu tidak membuatku nyaman berkaitan dengan eomma Haechan yang berstatus sebagai kepala sekolah.
"Ck! Pake lu ya hmm bagos" Haechan menekankan kata 'lu'
"Haah...ga usah peduliin orang Laa...." Ucap Haechan sedikit menunduk tepat didepan wajahku.
Cup
"Chan! Disekolah!" Seperti inilah Haechan, tidak tahu malu.
"Hehe, tar pulang jan lupa ya" Haechan berjalan meninggalkanku yang terpaku dengan segala pikiran kotor otak ini.
"Haah...ga mikir jantung gue emang tu anak" Gerutu ku bergumam.
.
.
.Sekarang aku dirumah Haechan. Ia membawaku langsung masuk ke kamarnya dengan raut wajah sulit dimengerti.
"La... Puasin atau muasin?" Tanyanya dengan nafas tersengal, ia benar-benar penuh nafsu sesaat melihatku membuka almamater karena seragamku memang sudah kekecilan.
"Puasin dong" Jawabku tanpa ragu. Kami sudah sering melakukannya, jadi ini bukan hal yang canggung dibahas mengingat Haechan lah yang mengambil keperawanan ku.
Haechan menatapku, lalu tatapannya itu turun ke bibir ini yang spontan terkunci.
Haechan semakin mendekat, mendorong tubuhku sedikit kasar ke atas ranjang. Lalu ia naik ke atasku, melumat bibirku sembari meremas payudara ini dari luar seragam.
"C-chan ahh" Tanpa sadar aku mendesah
"Kenapa hm?" Tanya nya dengan suara serak yang membuat siapapun akan tergoda