Jemari lentiknya sedari tadi tak berhenti menekan tuts piano dan menghasilkan nada nada yang indah. Netranya tertutup,bibirnya tersenyum seakan dirinya menikmati alunan musik yang ia mainkan sedari tadi. Begitupula dengan seorang lelaki bersurai kelam yang tak henti hentinya menatap kearah gadis didepannya,bahkan ia rela mengabaikan sebuah onigiri ditangannya.
"Jadi bagaimana permainanku?" Tanya (name) kepada Miya Osamu.
"Indah seperti biasanya" balas Miya surai kelam itu kemudian memakan onigiri yang ia diamkan sedari tadi.
"Yappari, aku ini memang jenius"
"Dasar sombong"
"Hei!!"
Gelak tawa memenuhi ruangan musik tersebut. (Name) bangkit dn mendudukkan dirinya tepat disebelah Osamu, lebih tepatnya mereka duduk dijendela yang terbuka sembari menikmati udara yang segar dan berhembus lembut menyapa mereka.
"Omong omong, kenapa dirimu begitu menyukai piano?" (Name) terdiam sesaat lalu tersenyum
"Karna dengan pianolah aku bisa menyampaikan perasaanku kepada semua orang yang mendengarnya, dan suatu hari aku akan menyampaikan perasaanku kepada Atsumu kun melalui piano"
Osamu terdiam kemudian menatap keluar dimana klub baseball putri tengah berlatih.
"Apa istimewanya kembaranku?"
"Atsumu kun? Dia itu bagaikan sang mentari bagiku, dia menyinari duniaku, dia memberikan kehangatan untukku" balas (name) kemudian meminum susu strawberry yang ia beli tadi sebelum memainkan musiknya
Osamu bisa melihat bagaimana berkilaunya netra (name) saat menyeritakan semua tentang kembarannya. Ia senang bisa melihat (name) begitu bahagia,namun dilain sisi ia merasa sakit didalam hatinya ketika ia sadar senyuman itu bermaknakan atsumu,bukan dirinya.
"Yo! Samu"
Wajah (name) memerah layaknya buah tomat saat sang miya bersurai mentari itu datang menghampiri mereka. Iya, Miya Atsumu datang disaat ia sedang dibicarakan sedari tadi
"Aa!! (Name) chan! Halo!!"
"Ha-ha-ha-hawo?!! MAAF LIDAHKU TERGIGIT" Gugup (name) yang membuat tawa atsumu keluar ketika melihat tingkahnya dan membuat Miya kelam itu melihat tak suka.
'untuk apa aku disini?'
Batin Osamu tak suka melihat interaksi yang terjadi dihadapannya saat ini, mungkin bagi sang gadis surai indah merupakan interaksi layaknya cerita cerita putri kerajaan yang sering dirinya dengar sebelum tidur saat kecil, namun berbeda bagi Osamu.
Osamu bangkit dan berjalan keluar dari ruangan musik tersebut berharap sang pujaan hatinya memanggilnya atau menyuruh dirinya agar tetap disana. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan saja, harapan yang tak akan terjadi saat tak terdengar sedikitpun kata untuknya hingga Osamu menutup pintu ruangan itu dan meninggalkan dua remaja yang tengah bercengkrama didalam sana.
.
.
.
.
Siapa yang tak mengenal (full name), gadis yang sangat identik dengan piano itu. Satu sekolah tau akan dirinya yang berhasil memenangkan perlombaan tingkat nasional dan membuat namanya dikenal diseluruh jepang. Gadis periang yang selalu menghabiskan waktu luangnya hanya untuk membuat jari jemarinya menari indah dan membuat melodi yang enak didengar. Baginya piano sudah seperti sebagian jiwanya, begitu pula Atsumu yang sudah menjadi bagian dari hatinya.
Mempunyai imun tubuh yang lemah bukanlah sebuah hambatan bagi (name) untuk mengejar cita citanya sebagai seorang pianis terkenal, dia mau semua manusia dimuka bumi ini tau akan dirinya dan permainan yang ia bawakan walaupun sebagian persen sudah tergapai dengan bukti seluruh jepang mengenalnya.
Dan saat ini (name) sendiri tengah memainkan sebuah permainan yang enak didengar. Oh ayolah, bahkan sehari saja kecuali hari libur tak pernah tak terdengar sedikitpun permainan (name) mau itu sebagai lagu selingan istirahat ybg diputar melalui pengeras suara ataupun murni perminan (name) sendiri.
Osamu terdiam dibalik pintu sembari menikmati permainan yang gadisnya bawakan dalam diam.
Terkadang Osamu berfikir apakah (name) ini benar benar manusia atau bukan terbukti dengan tak ada satupun nada yang salah atau mungkin pendengaran osamu lah yang salah, ia sendiri pun tak tau apa apa.
"Miya san, apa yang kau lakukan disini? Mengapa tak masuk saja?"
Hinata Shoyo, gadis yang bertemn akrab dengan (full name) atau bisa dibilang jika ia adalah sahabatnya. Dua buah kotak susu berada ditangan hinata dan salah satunya adalah pesanan milik (name).
"Aku hanya numpang lewat, permisi"
"O-oh..."kepala hinata sedikit ia miringkan kekanan seolah seolah terheran heran dengan Miya bersurai kelam tersebut, tentu saja hinata tau jika Osamu sering mendengarkan permainan (name) hingga selesai, namun tidak dengan hari ini. Satu kata, ada apa?
Suara pintu terdengar dan membuat (name) memberhentikan permainannya hanya untuk melihat siapakah yang telah datang masuk kedalam ruangannya.
"Oh!!! Pesenanku, aaaaa terimakasih!!" Terjang (name) sembari menggesekkan pipinya kepada pipi Hinata
"Ehehehehe serahkan kepadaku, omong omong ini sudah lewat sejak jam pulang dan sebentar lagi gerbang akan ditutup" kata Hinata dn benar jika sebagian murid telah pulang begitu pula murid murid yang mengikuti ekstrakulikuler yang tersedia disekolahnya.
"Kalau gitu mau pulang bersama?"
"Aaaa maaf (name)-chan, aku harus menjemput adikku"
"Tidak apa apa" (Name) tersenyum kemudian mengambil tas hitamnya dan berjalan keluar ruangan bersama Hinata, sesekali mereka bercanda tawa hingga mereka harus berpisah arah setelah mereka melambaikan tangan.
Tangannya membuang kotak susu yang telah kosong isinya kedalam tempat sampah lalu ia melanjutkan langkahnya menuju halte bus, tetapi langkahnya berhenti ketika melihat Miya bersurai kelam yang tiba tiba berhenti disebelahnya dengan sepeda yang ia naiki.
"Mau bareng?" Tawarnya dan tanpa babibu (name) langsung berdiri dibelakang. Faktanya jika sepeda Osamu tidak memiliki boncengan belakang namun memiliki sebuah pijakan diantara ban belakangnya.
"Let's go!!!"
Anging berhembus menerpa mereka dan membuah helaian helaian rambut mereka sedikit melambai lambai terbawa arah angin. Tangan gadis itu senantiasa memegang kedua pundak lelaki didepannya, netra indahnya sibuk melihat pemandangan sekitar dan terlihat begitu indah layaknya sebuah novel romansa yang telah ia tamatkan kemarin malam.
"Ne ne Osamu, ayo kita berkeliling dahulu"
"Berkeliling?"
"Iya, aku ingin bermain dipantai sejenak"
"Imunmu lemah bukan? Kau mudah sakit dan berbahaya jika dirimu masuk angin"
"Oh ayolah sekali saja, katanya akan ada pertunjukan biola disana dan aku ingin melihatnya" rengek (name) sembari mengguncangkan pelan bahu osamu. Osamu mendengus pelan lalu mengiyakan keinginan sang penumoang walaupun sejatinya ia tak bisa membohongi rasa bahagianya ketika ia tau dirinya dan (name) bisa bersama sedikit lebih lama.
.
.
.
.
Akhirnya aku kembali setelah setahun ninggalin ni book:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Your melody's (Reader x Osamu)HIATUS
RomansaPiano dan dirimu adalah hal yang tak bisa dilepaskan. Rasa cintamu ke piano bagaikan rasa cintamu ke bunga matahari. Dan juga sepertihalnya rasa cintamu terhadap kembaranku....