Yoongi pernah kecewa. Itu bukanlah hal yang baru saja dialaminya, sudah berulang kali hingga dirinya pun merasa, tak ada gunanya ia berharap. Semua harapannya tak ada yang sesuai dengan keinginannya. Hanya ada air mata di pipinya kala mata terbuka di setiap paginya. Bangunnya hanya untuk sang ayah dan ibunda, meski sekali lagi, harapan yang ditanamnya tak sesuai apa yang dilihatnya.
Itu semua terasa nyata, menimbulkan rasa sesak di dada. Harapannya hanya satu, ia ingin ibunya sembuh, hanya itu. Tapi apa? Setiap hari obsidian nya masih melihat ibunya yang setia duduk diatas kursi roda. Rambut sepanjang bahu yang semakin lama semakin menipis, dan batas kesadaran ibunya yang semakin sedikit. Yoongi ingin menangis, tapi untuk apa jika tangis nya pun tak akan merubah semuanya. Dan kini, rasa kecewanya menumpuk di dada, ini adalah puncaknya. Ibu yang sangat dicintainya meninggalkannya berdua dengan sang ayah.
Setelah semua ini berlalu, yang bisa Yoongi simpulkan adalah tidak semua harapan akan dikabulkan, dan tidak semua keinginan akan menjadi kenyataan. Hidup tak semudah apa yang diperlihatkan para artis dan idola, bahkan mereka masih memiliki masalah di hidupnya. Jadi Yoongi berusaha mengerti, mungkin saja semua ini terjadi karena dirinya yang masih lemah, mungkin cobaan ini datang silih berganti untuk memperkuat hatinya. Hingga nantinya ia bisa menjadi seorang yang dewasa, dan mengerti apa itu kekejaman dunia.
Ini adalah fajar pertama setelah ketidak hadiran sang ibunda di dunia. Di hari yang sunyi ini pun akan menjadi harinya untuk terlepas dari ikatan pendidikan. Sudah tiga setengah tahun dirinya menempuh pendidikan fakultas bisnis dan seharusnya saat ini adalah hari bahagianya karena telah melewati sekian banyak waktu untuk mempelajari dan memahami materi yang ada. Namun bukannya tertawa, air mata lah yang pertama kali keluar kala Yoongi membuka mata.
"Hei, sudah... Semalaman kau menangis Yoon. Kasihan mata mu, kau harus kuat. Aku akan selalu ada di sisimu untuk menjadi penopang mu. Kau bisa menangis padaku, tapi aku juga mengajukan syarat. Yaitu janganlah menangis setiap waktu, ingat orang-orang yang peduli padamu... Dan kau juga harus peduli pada dirimu sendiri, love yourself, jaga selagi masih baik-baik saja. Okay? Hari ini kita akan wisuda, tidak mungkin kan kalau kita tidak mengikuti serangkaian acara nantinya?" Tangan Seokjin mengusap punggung bergetar Yoongi, menyalurkan segala afeksi pada sang sahabat yang dilanda kesedihan akan kepergian ibunya.
Sementara itu, Yoongi menggelengkan kepala, sedikit mendongak agar dapat melihat wajah sendu Seokjin, "Tak apa. Tinggalkan saja aku... Kau bisa pergi sendiri tanpa ku." Terdengar helaan nafas panjang setelah perkataan Yoongi yang meluncur dengan mudahnya. Seokjin mengeratkan rengkuhannya, sama seperti Yoongi yang mempererat tangannya yang melingkar pada pinggang sang sahabat. "Bagaimana bisa aku meninggalkan mu dalam duka? Bagaimana bisa aku meninggalkan mu dalam keadaan yang seperti ini? Jangan bercanda Yoon, bahkan untuk beranjak ke kamar mandi saja rasanya begitu berat untuk meninggalkan mu sekejap."
"Tapi aku tidak mungkin kan tertawa di luar sana saat ibuku baru saja meninggalkanku?" Semakin menenggelamkan wajahnya di dada Seokjin, Yoongi menghentikan tangisannya mendongak dan mendapati sang ayah sedang berdiri di ambang pintu kamarnya seraya melipat lengan di depan dada. "Hanya sebentar. Kita hanya mengambil ijazah dan pulang, bagaimana? Hanya sebentar Yoon..." Kembali melihat Seokjin, Yoongi mencebikkan bibirnya sambil melingkarkan tangannya lagi di pinggang Seokjin. Kepalanya menggeleng, tetap tidak mau pergi keluar rumah.
Namjoon menghela nafas, mendekati kedua orang yang berpelukan di atas ranjang, dan sang putra yang nampaknya masih sangat terpukul atas kepergian istrinya. "Hei, anak dad kenapa matanya bengkak?" Melepaskan pelukannya pada Seokjin, Yoongi langsung menghambur kedalam pelukan sang ayah, menelusup kan wajahnya di dada Namjoon. Ia naik kepangkuan ayahnya, memeluk layaknya bayi koala dan menggenggam erat kaos putih yang dikenakan Namjoon. "Dad akan mengambilkan ijazah ku kan? Aku akan dirumah saja." Namjoon menaikkan alisnya, ia tersenyum dan menundukkan kepalanya di bahu kiri Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
'| Morning Dew |' [Namjin]
FantasiaSeokjin dan Yoongi adalah sahabat yang tak terpisahkan. Tapi sebuah masalah telah berhasil menghancurkan persahabatan mereka sekaligus memporak-porandakan kepercayaan Yoongi pada sang ayah serta Seokjin. © Written by : @goldchizy