Malam membawa kegelapan namun itu yang dibutuhkan bintang juga bulan agar mereka dapat menampakkan diri sebelum matahari kembali mengambil alih bumi untuk disinari. Tapi dimalam ini bulan juga bintang tengah bersedih karena sang awan sedang menghalangi, mereka menurunkan saljunya perlahan, menjadi rintik-rintik lalu memberikan selubung tipis diatas permukaan bumi dan benda-benda yang dihinggapi.
Yoongi masih diposisinya, memeluk erat surat dari sang ibunda dengan tangan yang sesekali memainkan salju tipis di bawah kakinya. Ia masih belum memiliki niat untuk pulang dan bertemu ayahnya, bukan karena marah hingga sekarang dirinya tak juga disusul, bukan juga karena ayahnya meninggalkannya mengurusi perusahaan. Yoongi hanya ingin sendiri di satu waktu ini, ia ingin menenangkan diri juga pikirannya dan berusaha mengikhlaskan kepergian ibunya dalam renungan nya.
Seorang pria tua yang dikenalinya sebagai tukang pembersih taman mulai berjalan kearahnya. Dia memakai mantel tebal kusam yang terlihat agak ketinggalan jaman dan sepatu boots berwarna coklat dari kulit binatang yang di setiap langkahnya menimbulkan suara memekikkan telinga. Yoongi menyudutkan diri, mencebikkan bibir dengan hidung dan telinga yang sudah memerah karena dingin. Ia menatap polos pria itu yang sekarang sudah berada di depannya.
Berdiri sambil berkacak pinggang dengan kaki yang bersentuhan dengan ujung sepatu Yoongi, pria itu memberikan tatapan teduhnya, mendekati siluet anak tetangga yang lumayan dekat dengannya dan memberikan pelukan hangat mengerti akan apa yang dipikirkan anak muda seperti Yoongi saat kehilangan ibunya. "Kau tidak ingin pulang?" Melepas pelukannya, pria itu mundur dari posisinya dan mendudukkan diri dengan mata yang meniti penampilan Yoongi. Anak itu menggeleng, mengusap ingusnya dan merapatkan jaket hitam menutupi badannya. "Tidak ahjussi. Aku masih ingin sendiri."
"Kau sudah disini sejak siang tadi. Ini musim dingin dan kau hanya memakai jaket tipis? Ayo, ahjussi antar pulang sampai rumah. Daddy mu pasti khawatir padamu..." Tangan pria itu mengelus rambut Yoongi, menepuknya dua kali dan menurunkan tangannya ketika Yoongi masih saja menggeleng tidak mau pulang. "Kenapa? Hidung dan telinga mu sudah memerah, bibirmu juga menjadi biru. Mati rasa kan? Sebaiknya kau pulang ya? Ahjussi sudah melihat mu dari sana sejak siang tadi. Kau menangis dan ahjussi khawatir, Daddy mu juga tidak menjawab telepon ahjussi. Ahjussi menghawatirkan Daddy dan dirimu juga... Bagaimana dengan kau pulang untuk mengecek keadaan Daddy mu?"
Mendongak, Yoongi berpikir sejenak setelahnya mengangguk karena dirinya sendiri juga cemas ayahnya yang biasanya protektif padanya kini bahkan tak menampakkan batang hidungnya untuk mencarinya. "Iya ahjussi, terimakasih sudah menemaniku dan memperhatikan ku. Aku pulang dulu." Menundukkan tubuhnya 90°, Yoongi memberi hormat dan terimakasih yang setulus-tulusnya pada pria yang banyak berjasa kepada keluarganya. Ia memberikan senyum terakhir sebelum melangkah pergi dari taman meninggalkan ahjussi itu seorang diri melihatnya dari jauh, dirinya tahu ahjussi itu memastikannya pulang baru dia akan berbalik dan memantau keadaan sekitar.
Merasa sudah lumayan jauh dari taman, Yoongi membalikkan badan, melambai kearah ahjussi yang sudah dianggapnya sebagai keluarga dan kembali berjalan pulang melewati gang besar dengan banyak rumah minimalis berwarna abu-abu berjejeran sepanjang jalan. Ia berlari kecil, menggeser pagar rumahnya yang nampak sudah terang dengan lampu yang dinyalakan. Mungkin ayahnya sudah pulang dan Yoongi tersenyum senang melihat sepatu Seokjin di depan pintunya tergeletak berantakan. Tangannya sudah siap mendorong pintu tetapi diurungkannya untuk mendengar isi percakapan antara ayahnya dan sahabat terbaik nya.
"Aku akan menikahimu. Tunggulah sampai Minggu depan, aku akan bertanggung jawab atas anak ini." Itu adalah suara ayahnya, berkata yakin akan menikahi Seokjin cukup membuat dadanya terpukul hingga terasa sangat berat untuk bernafas. "Tapi ahjussi..." Yoongi mengintip kedalam, melihat bagaimana ayahnya mengusap bahu Seokjin dan memeluknya seakan dia adalah pribadi paling berharga di hidupnya. "Jika kau memikirkan Yoongi aku akan berbicara dengannya. Kau tenang saja, aku akan bertanggung jawab. Kau harus tenang, sudah jangan menangis. Mungkin Yoongi akan menerimamu, tak apa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
'| Morning Dew |' [Namjin]
FantasiaSeokjin dan Yoongi adalah sahabat yang tak terpisahkan. Tapi sebuah masalah telah berhasil menghancurkan persahabatan mereka sekaligus memporak-porandakan kepercayaan Yoongi pada sang ayah serta Seokjin. © Written by : @goldchizy