Suara tangis bahagia, suara tangis duka, suara dorongan ranjang beroda dan pekikan panik calon keluarga pasien seperti makanan sehari-hari untuk lorong rumah sakit yang dominan berwarna putih dan bernuansa dingin dengan aroma obat-obatan dari tempat farmasi atau penebusan obat di lantai pertama. Banyak orang berlalu lalang, ada tawa menghibur untuk mempercepat penyembuhan dan orang-orang yang menunggu di kursi luar ruangan.
Begitupun Namjoon dan Yoongi yang duduk diam saling bersisian. 40 menit telah berlalu sejak mereka datang dengan raut panik dan dokter yang melihat langsung menangani Seokjin demi keselamatannya. Tidak ada yang berucap, hanya ada ketegangan dan hembusan nafas pasrah dan entah mengapa Yoongi juga menunggu disana, menanti pintu berwarna silver itu terbuka demi sebuah jawaban bagaimana keadaan Seokjin dan adiknya. Apa baik-baik saja? Sayangnya Yoongi dengan egoisme yang setinggi Himalaya hanya diam dan menatap ruang jenazah di ujung lorong, tepat di samping UGD rumah sakit yang disinggahinya.
Seakan-akan dirinya tak ikut menanti apa jawaban dokter, Yoongi tak beranjak dari posisinya ketika dokter membuka pintu dan mendatangi tempat duduknya bersama sang ayah. Ia hanya melirik sekilas tanpa adanya niatan untuk berdiri dan bertanya pada dokter seperti ayahnya sekarang ini. "Jadi bagaimana dok? Apa Seokjin dan bayinya baik-baik saja?"
Namjoon berdiri, menunggu jawaban dari seorang dokter yang bername tag Park Jimin di hadapannya. "Apa anda suaminya?" Pertanyaan dari sosok dokter itu membuat Namjoon mematung, setelahnya mengangguk diam tanpa sepatah kata. "Jadi begini, kandungan tuan Seokjin baik-baik saja akan tetapi kini sedang dalam kondisi sangat lemah. Saya sarankan untuk tidak banyak kelelahan dan beraktivitas yang berat, karena kandungannya masih muda dan riskan jika tuan Seokjin melakukan hal-hal yang berat hingga akan berdampak pada kandungan nya. Untuk kejelasannya saya akan menjelaskan di ruangan saya jika anda tidak keberatan."
"Saya tidak keberatan sama sekali dok kalau itu memang mengenai Seokjin." Tersenyum, Jimin mengangguk melihat wajah khawatir Namjoon. Kelihatanya Namjoon sangat mencintai pasiennya yang satu itu. "Mari, ruangan saya tidak jauh dari sini." Ia berjalan lebih dulu, sedikit melirik pemuda manis yang duduk di kursi tunggu nomor 3 dan kembali fokus memandang ke depan.
Sementara Namjoon dengan gamang berjalan pelan melewati sang putra tanpa menoleh sedikitpun. Ia melirik pintu tempat ruangan Seokjin berada dan berharap cemas bagaimana keadaannya sekarang. "Aku akan masuk menunggu Seokjin di ruang rawatnya, dad tenang saja." Suara Yoongi pun menginterupsinya, perlahan ia menatap Yoongi tak yakin mengapa pula anaknya ini yang selalu menentangnya dan menjauhi Seokjin mau menjaga Seokjin. "Aku melakukan ini demi Daddy jangan harap aku mau menerimanya, aku hanya kasihan."
Pasrah, akhirnya Namjoon mengangguk kemudian mengikuti langkah dokter Jimin yang sudah jauh di depannya. Meninggalkan sang putra yang masih duduk mengikuti pergerakannya. Sepeninggal ayahnya, Yoongi hanya diam, mengamati orang-orang berlalu lalang di depannya seraya mendorong brankar berisi calon pasien atau memang sudah menjadi pasien namun keadaannya memburuk hingga harus dipindahkan ke instansi yang terkait.
Orang-orang itu seperti dirinya dulu, ia mengikuti kemana arah perawat membawa sang ibu ke sebuah ruangan lalu diagnosis yang memvonis ibunya memiliki penyakit kanker payudara keluar dan seolah menamparnya dengan lantang. Seakan-akan dunianya telah runtuh mengetahui ibunya memiliki sedikit waktu bersamanya untuk membuat cerita bersama. Menorehkan kenangan-kenangan manis dalam ingatannya meski hatinya masih tak rela dengan kenyataan yang ada.
Semuanya tak lagi sama, hingga kilas peristiwa dari yang terburuk saat ibunya pernah berselingkuh dibelakang ayahnya muncul di kepalanya. Yoongi masihlah anak kecil saat ibunya membawa seorang pria kerumah mereka, yang jelas itu bukan ayahnya ataupun keluarga. Ia setiap malam hanya meringkuk di ujung ruangan, menunggu sampai suara pekikan tinggi ibunya berangsur-angsur hilang dan ia dengan polosnya akan masuk ke kamar ibunya untuk sekedar bertanya ' apa ibu baik-baik saja? '
KAMU SEDANG MEMBACA
'| Morning Dew |' [Namjin]
FantasiSeokjin dan Yoongi adalah sahabat yang tak terpisahkan. Tapi sebuah masalah telah berhasil menghancurkan persahabatan mereka sekaligus memporak-porandakan kepercayaan Yoongi pada sang ayah serta Seokjin. © Written by : @goldchizy