Seminggu telah berlalu setelah kejadian mukena, selama itu juga Caca belum ketemu lagi dengan Ghafi-Ghafi Gemaynya. Entah kemana cowok itu pergi, Caca dibuat pusing memikirkannya.
Padahal tiga hari ini Caca bela-belain bawa bekal buat Ghafi, ehh begitu disamperin ke kelasnya Si abi gak ada. Kan Caca meranaaa. Putar balik lagi ke parkiran, ternyata motor matic Ghafi sudah nangkring ganteng disana. Lalu orangnya kemana?
Di jam istirahat pun masih sama. Sudah capek berjuang sampai dorong-dorongan sama Sasha, begitu sampai di kelas Ghafi doi udah gak ada. Dicari ke kantin hasilnya nihil. Dicari ke perpustakaan adanya malah Bondan. Mau nyari ke toilet cowok Caca takut kepergok.
Apa Ghafi segitu gak maunya ketemu Caca ya, sampai dicari kemana-mana gak kelihatan juga batang hidungnya? Atau mungkin abi Ghafi sengaja menghindar? Apa Caca segitu wadidaw buat Ghafi yang uwaw?
"Bon, abinya gue kemana ya?" Caca bertopang dagu, menatap Bondan dengan raut murung.
Bondan menyelesaikan tulisannya, kemudian menaruh pulpen lalu beralih menatap Caca didepannya. "Ya mana gue tau Ca, kan daritadi gue di kelas. Tanya gih, ama Sasha."
Caca berdecak. Emang gak guna tanya sama Bondan tuh. Jelas dari jam kedua tadi Sasha bolos, terus Caca harus nyari Sasha dulu baru bisa nanya, gitu? Kelamaan Cak! Keburu Caca berkembang biak.
"Bon, gue kurang apa sih? Kok Ghafi gak kecantol-cantol." Cowok berambut cepak itu terkesiap, lalu terbahak.
Caca merengut melihat respon Bondan. Kesal, cewek itu langsung memukul keras lengan Bondan hingga cowok itu mengaduh. Tak berhenti disitu, cubitan pedas ditambah sedikit pelintiran Caca berikan pada lengan kanan Bondan.
Gurih-gurih mantul, kan?
"Ya ampunn, sakit Ca. Udah, gila!" Bondan sigap menahan tangan Caca yang masih melayangkan serangan membabi buta. Cowok itu kemudian menggenggam erat kedua tangan Caca, menghentikan aksi gilanya.
Bondan menatap lurus Caca, mengunci pandangan cewek itu. "Bukan masalah kurang lo dimana Ca, tapi kurang tepat aja hati lo berlabuh di tempat yang gak seharusnya." Tawa Caca menyembur seketika.
"Maksudnya tempat yang paling tepat itu elo?" Tandas Caca sembari menaik-turunkan alisnya menggoda. Sontak Bondan buang muka seraya melepas genggamannya pada tangan Caca.
Sudah sejak lama Caca tahu kalau Bondan menaruh hati padanya. Perhatian-perhatian kecil Bondan pun tak pernah luput dari mata Caca. Mulai membantu mengerjakan tugas, gak pernah ngeluh kalau Caca minta tolong bantu piket kelas, dan yang paling mencolok adalah saat Bondan rela jadi sandaran Caca saat cewek itu galau gara-gara Ghafi-Ghafi Gemaynya.
Namun sekali lagi hati gak akan bisa dibohongi. Mau sebaik apapun Bondan, kalau hati Caca udah mentok buat Ghafi ya mending Bondan mundur teratur seraya berkaca diri.
"Gak usah diperjelas kali Ca." Bondan menyahut tanpa menatap Caca. Cewek itu lagi-lagi terbahak.
"Gini ya, Bon-bonku sayang. Hati gue tuh udah terlanjur dipenuhi abi Ghafi. Jadi daripada lo sakit hati, mending cepet-cepet deh cari pengganti." Caca menepuk ringan bahu Bondan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghafi-Ghafi Gemay
Teen Fiction"Beli jamur harganya sepuluh ribu, kalo udah cukup umur mau kan nikahin aku?" Zharifa Mecca "Ghafi tau gak, bedanya kamu sama kursi?" Ghafi menggeleng. "Kursi itu untuk sandaran sementara, sedangkan kamu untuk sandaran...