Jatuh cinta nyatanya bisa bikin orang bertingkah lain dari biasanya. Sasha contohnya. Si ratu gombal yang biasanya paling akhir berangkat sekolah, kini sudah duduk manis dibangkunya. Cewek itu bertopang dagu, matanya terus mengawasi pintu kelas menunggu Sang mangsa yang tak kunjung tiba.
Ayra Maudy.
Nama itu terus berkecamuk dipikirannya. Pokoknya pagi ini Sasha harus introgasi Ayra mencari kebenaran ucapan Caca kemarin.
Gak usaha sama sekali kok enak-enak ditembak Ghafi. Demi kolor ijonya Idam, Sasha gak rela Banggg.
Mata Sasha memicing kala menangkap postur Ayra berjalan lurus melewati kelas dengan langkah anggun berkelas. Segera ia bangkit, menyusul si cewek sok cakep yang sialnya bikin banyak cowok klepek-klepek.
"Ayra!"
Cewek itu menoleh, segera menghampiri Sasha begitu si Ratu gombal melambaikan tangannya.
"Iya Sha, kenapa?" Tanyanya dengan suara merdu, sembari menyelipkan untaian rambutnya lalu tersenyum manis menampilkan gigi gingsul bikin lawannya pesimis.
Sial!
Sasha insecure.
"Lo kemarin ditembak Ghafi?"
Ayra gelagapan. Ia langsung memandang sembarang tanpa berani berkontak mata dengan Sasha. Cewek itu bahkan meremas sisi roknya melampiaskan kegelisahan.
Mati!
Mati!
Mati!
Tiga tahun berturut-turut berada di kelas yang sama membuat Ayra tahu betul bagaimana sifat Sasha. Alamat bencana! Sasha bisa saja bertindak sembrono saat dirinya merasa terancam, apalagi ini menyangkut Ghafi yang bisa bikin Sasha murka dan berbuat macam-macam.
Sasha bersedekap. "Heh, gue ngomong sama lo ya Ra," ketusnya sinis.
Ayra memaksakan senyumnya. "Eee---enggak kok, Sha. Gak ada," jawabnya gelagapan.
Sasha semakin curiga. Cewek itu maju selangkah, memegang kedua bahu Ayra. "Jangan bohong," ujarnya penuh penekanan.
Sontak Ayra menggeleng, lalu mengangguk tanpa sadar. Sasha geregetan. Jadi iya atau enggak? Kok malah membingungkan. Andai Sasha gak butuh jawaban Ayra, sudah ia piting keras cewek itu sampai kebas.
Plin-plan!
"Jawab yang bener," kata Sasha tajam.
Ayra pucat pasi. Cewek itu menunduk takut, gak biasa mendapat tekanan begini. "Eeeng---enggak Sha, suer."
Sasha berdecak. "Ceritain yang sebenernya," gertaknya lagi.
Ayra menelan ludah susah payah, lalu bersuara. "Jad---jadi, kem---kemarin---"
"Ngomong yang bener!" Sela Sasha meninggi.
Heran deh! Digertak gini doang nyalinya udah ciut. Kayak gini yang disuka Ghafi? Mending Sasha kemana-mana lah yang sudah pasti tahan banting dan ori. Mlempem begini apa bedanya sama krupuk basi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghafi-Ghafi Gemay
Novela Juvenil"Beli jamur harganya sepuluh ribu, kalo udah cukup umur mau kan nikahin aku?" Zharifa Mecca "Ghafi tau gak, bedanya kamu sama kursi?" Ghafi menggeleng. "Kursi itu untuk sandaran sementara, sedangkan kamu untuk sandaran...