"Udah sore, si Hanif kemana sih?"
Mereka sekarang masih di lobby utama, nungguin Hanif yang daritadi gak ketemu.
"Rin, Dan lo serius gak liat dia?" Tanya Arjuna
"Tadi gw pergi makan sama Wildan, terakhir kita liat ya pas kita ngajakin dia tapi dia gak mau." Jawab Arin
Hanif meresahkan part 1
"Yaudah deh kita pulang dulu aja, ntar hubungin terus lewat rumah." Ucap Joni, mereka semua setuju
Akhirnya mereka ber 12 pulang ke kosan.
Di lain tempat, Hanif tengah dalam perjalanan menuju tempat yang entah kenapa ada keinginan di hatinya buat ngunjungin tempat itu.
"Mas disini aja ya, mobilnya udah gak bisa masuk lagi."
Suara driver taksi tersebut sukses memecah lamunan Hanif.
"Iya pak, makasih."
Hanif keluar dari taxi itu setelah memberi uang kepada sang driver. Kini ia melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.
Semakin dekat dengan tkp, semakin rasanya Hanif pengen ngulang masa remajanya.
Sampailah ia di depan gerbang bertuliskan,
"Pondok Pesantren Al-Insan"
"Loh nak Hanif?" Panggil seseorang
Hanif menengok ke arah ruang jaga satpam yang ada di gerbang,
Pak Ahmad,
"Syukur deh beliau masih di beri umur panjang."
Hanif tersenyum dan menghampiri Pak Ahmad, satpam pondok nya.
"Assalamualaikum pak!" Sapa Hanif girang, ia akrab dengan satpam yang satu ini karena dulu orangtuanya nitipin dia ke Pak Ahmad
"Waalaikumsalam nak."
"Gimana kabar pak?" Tanya Hanif
"Alhamdulillah atuh lah nak sehat, masih bisa kerja disini ngeliat santri-santri pada ngaji." Jawab Pak Ahmad, Hanif kembali tersenyum
Mereka diam sejenak,
"Ngapain atuh Hanif kesini? Kangen pondok?""Haha,, iya pak. Hanif kangen pondok."
Mereka diem lagi. Hanif ngeliat ke jam di tangannya yang menunjukan jam 5 lewat 10 menit.
"Yaudah atuh pak, Hanif izin masuk ya." Pamit Hanif lalu masuk ke dalam
Terlihat pemandangan para santri yang tengah berjalan menuju masjid. Namun tak banyak juga dari mereka yang masih ber-jersey tengah berjalan balik menuju kamar.
"Cih pondok bisa glow up juga ye." Gumam Hanif, pas dia nyantri pondoknya gak sebagus ini
Sebuah ide terlintas di kepala Hanif, ia segera mengambil handphonenya.
Whatsapp!
jangan lupa bayar kosan : 880 pesan tak terbaca
Wildan : lo dimana?
Kak Sam : jangan balik mlm y.
Malik : mas lo kmn?
Mba Shrlyn : kita plng duluan y, ntr jgn plg malemHanif tersenyum kecil sedikit terbang ke langit gara-gara diperhatiin anak kosan.
Kelebihan Hanif yang mengharukan tuh ya cuman satu, dia masih bisa tersenyum walaupun suasana hati nya lagi gak baik-baik aja.
Jadi intinya mah mau gimana pun suasana hatinya, dia bakal tetep senyum.
Hanif kembali ke aktivitasnya, tangan mulai mengetik nomor yang akan ia tuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita anak kosan ↬ svtgf ❀
Novela Juvenil❝laki sama perempuan tinggal satu atap rumah, gak mungkin kalo enggak ada yang cinta kosan eh maksudnya cinta lokasi, terus ntar nikah, punya anak. Dahla.❞ 一 svtgf