Bab 2 : Dia Masih Murni 2

413 45 1
                                    


#

Ariana membersihkan dirinya di pancuran dekat kolam renang yang lebih tertutup. Ia kesal dan benci saat menyadari Damian tengah menatapnya dengan tatapan mesum yang menjijikkan itu.

Ingin rasanya ia menangis tapi ia menahan air matanya sekuat tenaga. Dia harus bertahan, keberhasilan rencananya selama ini tergantung dari kemampuannya untuk mengatasi Damian selama mereka menjalankan pernikahan dalam dua tahun ini.

Perlahan Ariana mencoba menstabilkan emosinya. Menekan harga diri dan kesadarannya akan perasaan apapun yang sempat menguasainya beberapa saat yang lalu hingga serendah mungkin. Dia tidak boleh merasakan apa-apa. Dia tidak bisa merelakan semua rencana yang sudah disusunnya dengan hati-hati berakhir begitu saja hanya karena perasaan tidak berarti yang membuatnya merasa terhina di bawah tatapan pria brengsek seperti Damian tadi.

Dalam sekejap, raut wajahnya kembali datar dan tenang tanpa emosi. Ia menghentikan kegiatannya membilas tubuhnya dan meraih baju mandi untuk menutupi tubuhnya yang terekspos sebelumnya. Kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah.

Damian duduk didekat mini bar sambil memperhatikan langkah Ariana yang tampak tidak perduli dengan kehadirannya.

"Berhenti..." Ucap Damian.

Ariana menghentikan langkahnya dan berpaling menatap Damian.

Damian masih mengamati istrinya dalam diam. Beberapa saat tadi, di kolam renang, ia jelas bisa melihat sorot tidak suka dari mata istrinya. Ia tidak mungkin salah menilai ekspresi terkejut sekaligus tidak nyaman yang tergambar jelas di wajah Ariana beberapa saat yang lalu. Kemana perginya semua itu?

Yang ada di hadapan Damian kini hanyalah seorang wanita dengan wajah datar dan sikap yang terlampau tenang untuk seorang istri yang selaput daranya masih utuh di hari ketiga pernikahan mereka.

Damian melangkah mendekati istrinya dan mengamati wajah sempurna di depannya itu saat ini. Perlahan tangannya terulur dan menarik ujung pengikat baju yang dikenakan oleh Ariana dengan.

"Kau memiliki tubuh yang indah." Ucap Damian.

Ariana menahan tangan Damian.

"Kau mau apa?" Tanya Ariana. Nada suaranya sama sekali tidak berubah, tetap terdengar tenang.

Damian tertawa, menampilkan deretan gigi putih yang rapi di wajah tampannya. Wajah yang berhasil membuat banyak wanita bersemu merah setiap kali berhadapan dengannya tapi sayangnya tidak untuk wanita yang dinikahinya ini. Hal itu justru membuatnya merasa semakin tertantang.

"Mau apa? Melakukan kewajibanku sebagai seorang suami tentu saja. Kau tidak berpikir kalau kita akan melalui masa dua tahun yang panjang dengan membosankan tanpa melakukan apa-apa bukan? Aku tidak sekejam itu." Ucap Damian.

Saat itu, meski sekejap, Damian bisa melihat kilat panik di kedua bola mata jernih Ariana. Entah kenapa, hal itu justru membuatnya merasa semakin tertarik.

Ariana mundur beberapa langkah.

"Itu tidak ada dalam perjanjian...." Ia masih berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya namun nada suaranya sedikit bergetar.

"Kau tidak membaca isi perjanjiannya? Kita akan hidup sebagai suami istri dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan suami dan istri pada umumnya hingga masa dua tahun, baik pihak pertama yaitu aku dan pihak kedua, yaitu dirimu sama sekali tidak boleh menghindari kewajiban sebagai suami istri hingga akhirnya perceraian kita disetujui di pengadilan dan kita resmi tidak terikat lagi sebagai suami istri. Itu ada di dalam bab tambahan di halaman selanjutnya Ariana, jangan bilang kau benar-benar tidak membaca semua isinya dengan seksama dan langsung menandatanganinya." Ucap Damian sambil terus maju.

Just Friendship MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang