Part III

573 68 7
                                    

Hari ini cuaca sedikit lebih baik, matahari masih tidak menyembul namun hujan juga tak turun. Seokjin suka cuaca hari ini.

Seokjin mengalihkan perhatiannya dari langit mendung dan beralih ke arah si pengemudi yang sangat fokus menyetir. Kali ini Namjoon mengajaknya ke sebuah pantai yang agak jauh, Seokjin tak tau sejak kapan mereka seakrab ini, tapi ini cukup bagus.

Dari jalan, Seokjin bisa melihat pantai berwarna biru hijau yang jernih. Ah, Seokjin memakai kemeja biru muda bergaris putih dipadukan dengan kaos putih dan celana jeans biru, dan jangan lupakan rambut ungunya. Seokjin terlihat sangat berwarna dibandingkan Namjoon yang hanya memakai kemeja putih yang dimasukkan ke dalan celana bahan. Selera Namjoon dalam berpakaian sangatlah buruk, pikir Seokjin. Untung tampan.

Seokjin langsung turun dari mobil tanpa aba-aba saat Namjoon baru saja mematikan mesin mobil.

"Jangan berlari, Seokjin." Rasanya Namjoon sedang menjaga anak kecil.

Seokjin berjalan kembali mendekati Namjoon dengan celana bawahnya yang basah. "Di Amerika pantainya tak sebagus ini. Disana juga sangat ramai, tapi disini sangat tenang. Bisakah aku berenang, Namjoon?" Kenapa bertanya? oh, walau begitu sebenarnya Namjoon tak akan mengijinkan, dia tak membawa pakaian ganti. "Kumohon?" Oh, sial.

"Pergilah, tapi jangan lama-lama" Seokjin sangat senang. Dia langsung masuk ke dalam air tanpa melepas pakaiannya, bahkan sepatunya juga. Namjoon tertawa kecil.

Namjoon terus menatap Seokjin dan dirinya hampir tertawa keras saat melihat Seokjin yang menggemaskan mencari sepatunya yang terbawa ombak.

"Seokjin, ayo pergi." Namjoon melihat langit semakin gelap, sebentar lagi akan hujan. Seokjin tak mendengar Namjoon, dia masih mencoba mengejar sepatunya. "Seokjin, ayo!" Namjoon mendekat ke tepi pantai, sepatu dan celana bawahnya sudah basah terkena ombak. Seokjin mendekat dan Namjoon mengulurkan tangannya. "Aku akan membelikanmu yang baru, Seokjin. Ayo pulang, sepertinya akan hujan" Namjoon melepas sepatu sportnya. "Pakai ini." Seokjin memakainya tanpa bersuara. Wajahnya terlihat agak sedih.

Namjoon dan Seokjin berjalan ke arah mobil dengan Namjoon bertelanjang kaki. Kakinya merasa aneh dengan pasir yang sangat lembek sedikit menenggelamkan telapak kakinya.

"Seokjin? kenapa murung? apa seseorang yang memberikanmu sepatu itu?"

"Bukan itu. Aku baru membeli sepatu itu kemarin, dan baru kupakai hari ini. Arghh, aku mengeluarkan uang yang banyak untuk sepatu itu, Namjoon." Oke, mungkin Seokjin hanya lupa dia memiliki banyak uang dan bisa membeli sepatu itu lagi.

Ini sangat lucu bagi Namjoon. Dia merasa Seokjin masih memiliki sifat yang labil. Jika diperhatikan, Seokjin sangat mudah kesal dan marah pada masalah kecil, dan dia juga mudah tertawa begitu juga dengan sedih. Hidupnya terlihat mudah, dia mengekspresikan apa yang dia rasakan tanpa memikirkan pendapat orang lain. Namjoon yang seorang pemikir jujur sedikit iri.

Waktu berlalu, Namjoon membawa Seokjin singgah ke rumahnya yang setidaknya lebih dekat daripada rumah Seokjin.

"Seokjin?" Namjoon melepaskan seat belt Seokjin, pemuda cantik itu sudah tertidur pulas, wajar saja, dia berlari kesana kemari, itu pasti menghabiskan banyak tenaganya. Namjoon keluar dari mobil masih dengan kaki telanjang, untungnya garasi miliknya tak sepanas aspal jalanan. Namjoon menurunkan Seokjin perlahan dan membawanya ke kamar, menidurkan dia disana lalu kembali turun ke dapur untuk mengambil beberapa makanan ringan.

Keluarga Namjoon tidak memiliki maid karna ibunya tidak bekerja dan lebih suka mengurus rumah, ayahnya sibuk dan Namjoon juga kadang tidur di apartemen yang dia beli di dekat kampus, tempatnya mengajar.

Llévame a la LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang