Alunan melodi mengalir di telinga kirinya.
"A-3 melapor, lantai 13 aman kapten!" Suara terdengar dari earpiece yang ia gunakan di telinga kanan.
"Baik. Tolong periksa keadaan lantai di bawah juga" Balasnya sambil menutup mata menikmati alunan damai di kericuhan malam ini.
"A-3 melapor, target berada di arah jam 3, Kapten!"
Gadis yang di juluki Kapten itu dengan sigap menembakkan peluru pada tiga orang pria berbadan besar. Menyisakan satu pria yang hendak lari.
"Tunjukan, di mana kau menyembunyikannya!" Kata gadis itu sambil menodongkan senjata.
"Lantai 15 pintu ke tiga dari kanan"
"A-5 melapor, Bohong kapten"
"Kau tidak tuli bukan ?!" Kata gadis itu sambil semakin menodongkan senjatanya.
Diam diam pria berbadan besar itu mengambil senjatanya hendak membalikkan keadaan
DORR
"Kau kalah cepat kawan!" Kata gadis itu sambil memainkan pistolnya." A-1 Cari tahu keberadaan target lainnya"
"A-3 melapor, sasaran di lantai 12 pintu ke tujuh dari kanan dalam kondisi aman, kapten"
"A-3 melapor, target utama di lantai 11 kapten!"
"Baik, A-4 siapkan perangkap dan awasi keadaan target utama"
'Ini akan menjadi saat saat mengasyikkan!' Gumam Kapten sambil menaikkan satu sudut bibirnya.
Dengan dentuman melodi yang kini menjadi lebih keras di telinga kirinya ia menuruni satu persatu anak tangga menuju sasaran.
'Pintu ke tujuh' gumamnya sambil memperhatikan nomor nomor di pintu itu.
Setelah memastikan keadaan sekitar ia melangkah lebar menuju pintur bernomor kan angka tujuh.
Sungguh mengenaskan kondisi di sana. Dimana ia melihat tujuh orang tak berdaya dengan luka di sekujur tubuh.
'Sungguh kalian orang orang tak beruntung' katanya sambil melepaskan tali salah satu dari mereka. 'Sama sepertiku tujuh bukanlah angka keberuntungan'
SRET SRET
"Bangunlah, bantu yang lain untuk melepaskan talinya. Bawa ini, Ikuti garis merah yang ada di sebelah kiri tembok. Ingat waktu kalian tujuh belas menit ku yakin kalian bisa mengatasinya" katanya lagi sambil menyodorkan sebuah tas besar.
"A-4 urus sisanya dan pastikan mereka meminum obatnya"
"A-4, baik"
'Sekarang mari kita mulai permainannya wahai tuan tanpa nama yang akan tinggal nama' kapten mulai menuruni tangga dengan hati hati
"Halo lama tak bertemu!"
"Kau?!"
"Kenapa terkejut ? Bukankah kau sudah menunggu anak kecil ini ?" Merasa geram lelaki itu berjalan mendekat.
"Eits jangan mendekat berbahaya di sini"
Lelaki itu mundur kembali.
"Kau ingin apa sekarang ?" Tanya Kapten. "Apa kau tak mendengarku ?" Tanyanya kembali. "Oh kau pergi ?!"
"Gila! Di mana kau ?!"
"Hahaha, kau sama saja selalu bodoh dan terus dibodohi" kata lelaki itu yang muncul di belakangnya.
"Ahkkk! SIAL!"
"Bukankah sudahku bilang jangan mendekat ? Apa sekarang kau menjadi tuli ?" Katanya sambil mendekati lelaki yang memegangi kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End
FanfictionSudah terlalu jauh untuk kembali Sudah terlalu sulit untuk memulai. Permulaan yang menakjubkan, membuat euforia terus meninggi hingga menyapa awan. Gadis lugu nan manis kini tak dikenal oleh orang lain bahkan dirinya sendiri. Seolah ada hal lain d...