My Life is An Adventure

4 0 0
                                    

Setelah berjalan hampir sebulan akhirnya rombongan karavan itu berhenti di sebuah tanah lapang, tepat di luar Kota Maryland. Tuan William pemimpin rombongan sirkus Marginal tersenyum puas melihat lokasi yang dianggapnya strategis tersebut. Setelah mengurus perizinan dan lain-lain para kru pekerja segera bergerak dengan sigap mendirikan tenda-tenda dan berbagai macam wahana.

Evanora, gadis cantik berambut merah menyala itu melangkah keluar dari mobil karavannya sambil menguap lebar.

"Akhirnya kau bangun juga!" seru Gloria, bibinya. Eva, begitu panggilan akrabnya, hanya tersenyum mendengar seruan bibinya. Segera Ia berlari menghampiri wanita gipsy yang sedang sibuk memasak itu.

"Hmm ... baunya wangi, aku jadi lapar, Bi,"

"Lapar? Kau belum melakukan tugasmu, sudah minta makan!" gerutu Bibi Gloria.

Dia memang sering mengomel tapi Ia sangat menyayangi Eva. Sejak kematian kedua orang tuanya Eva ikut dengan Gloria, hidup berpindah, berkeliling di hampir setiap sudut kota. Walau begitu, Eva sangat menikmati cara hidup seperti itu, rasanya menyenangkan bisa melihat kebudayaan yang berbeda di setiap negara dan kota yang mereka singgahi.

"Eva! Mana airnya!" teriakan Bibi Gloria menyadarkan Eva dari lamunan, dengan tergesa Ia menimba air di sungai dan memindahkannya ke dalam ember.

Setelah dua kali bolak balik mengangkat air, Bibi Glori menyerahkan sepiring penuh berisi roti dan sosis panggang kesukaan Eva.

"Makasih Bi, ini enak sekali."

Eva makan dengan lahap, Bibi Gloria menarik kursi kemudian duduk di samping gadis itu.

"Besok aku akan mendaftarkan dirimu ke sekolah,"

"Sekolah? Haruskah?" Eva menatap bibinya, berharap Ia berubah pikiran.

"Iya tentu saja! Kau tetap harus sekolah, tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan pendidikanmu!"

"Tapi, Bi ... kita ini hidup di lingkungan sirkus. Pendidikan tidak penting, di sini yang di butuhkan adalah keterampilan," oceh Eva sok tahu.

Gloria spontan menjewer telinga gadis itu, membuatnya meringis kesakitan dan meminta maaf.

"Pokoknya, besok kau harus mulai sekolah, titik!" Eva mengangguk lemah sambil mengusap kupingnya.

Bibi Gloria memang seorang gipsy, hampir setengah umurnya di habiskan di lingkungan sirkus, tapi untuk Eva dia sudah mempersiapkan jalan hidup yang berbeda. Dia ingin gadis itu menjalani hidup seperti manusia normal lainnya, berpendidikan, berkeluarga dan menetap di satu tempat.

Walaupun darah penyihir mengalir di dalam darah Eva, tapi sebisa mungkin Gloria melarangnya melakukan sihir kecuali sedang berada di atas panggung. Sementara Eva sendiri sangat senang melakukan gerakan sihir, seperti mengedipkan mata untuk memindahkan barang atau membuat api dari ujung jari, baginya itu sangat menyenangkan.

Hari sudah menjelang sore, beberapa wahana sudah berdiri tegap, siap menyambut para pengunjung. Beberapa penduduk kota Maryland yang kebetulan sedang melintas, menepi, mereka menikmati indahnya cahaya lampu warna warni di sekeliling area pasar malam.

Bagi Evanora saat seperti ini sungguh menyenangkan, berkeliling mengintip persiapan di setiap tenda. Melihat Paman Albert dan istrinya yang sedang berlatih akrobat, bercanda dengan Brenda Si Wanita Jangkung, menyapa si kembar Gaby dan Gery yang melakukan trik pisau. Mengunjungi Harly si gajah dan Leo si singa.

Hidup di lingkungan sirkus sungguh menyenangkan, bertemu orang-orang yang dianggap aneh bagi masyarat umum. Tapi bagi Eva mereka sungguh istimewa dan mereka adalah satu keluarga besar yang tidak sedarah. Selain manusia, tentunya hewan adalah juga anggota keluarga. Beberapa diantara mereka menggunakan hewan sebagai partner dalam pertunjukan.

Evanora, Sang Gadis ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang