Divergent||•-

11 0 0
                                    

Seorang lelaki menatap pagar yang menjulang tinggi. Tampak dari bentuknya pagar itu sudah lama tak terjamah oleh manusia. Terbukti, lumut-lumut menempel di sekitaran dinding, rumput liar juga tumbuh subur di sekelilingnya apalagi pagar besi sebagai akses masuk tempat itu juga sudah berkarat.

DILARANG MASUK
TEMPAT INI BERBAHAYA

Kalimat peringatan yang tertulis di sana membuat lelaki berkemaja putih dengan dasi yang sudah terlepas dari kerah baju miliknya. Pikirannya
berkecamuk penuh tanya, apakah ia harus masuk ketempat itu? Lalu bagaimana jika sekolah tahu apa yang dia lakukan?, Tapi ia juga penasaran ada apa dengan tempat yang ada dihadapannya itu 1 Tahun bersekolah di SMA Gemilang ia sama sekali tidak pernah mendengar apa-apa tentang sejarah bangunan itu. Dalam pikirnya sekolah benar-benar hebat menyembunyikan fakta. 

Rambut hitam pekat yang di potong side swept  layer terlihat berantakan angin menerpa sehingga membuat rambutnya bergoyang mengikuti irama. Setalah berkecamuk dengan pikirannya dia memutuskan untuk melangkah mendekati pagar besi tersebut. Dengan pelan dia meraih gembok yang tertanya tidak terkunci. Syukurlah, ucapnya dalam hati.

Tangannya bergerak membuka pagar besi itu sehingga menimbulkan suara yang mengekakan telinga.

"Udah berapa Tahun ni tempat gak pernah di datangi?" tanya pada diri sendiri.

Lelaki bername tag Gabino Arthur Mahatma menutup kembali pintu pagar seperti semula saat tubuhnya berhasil lolos melewati perbatasan SMA Gemilang dan tempat terlarang tersebut.  Sebut saja dia Gabin.

Gabin membalik tubuhnya matanya sukses membulat saat mendapati sebuah bangunan yang cukup besar berlantai dua berhadapan. Bahkan terlihat jelas di samping bangunan tersebut ada sebuah ruangan yang belum selesai pembuatannya. Dari bentuknya bangunan ini adalah bangunan bekas sekolah yang sudah lama terbengkalai.


Sekujur tubuhnya seketika merinding melihat tempat ini untuk petama kalinya. Menyeramkan, kata itu lah yang terlintas pertama kali di pikirannya. Langkah kaki Gabin terasa berat untuk bergerak, terdengar helaan napas panjang lolos dari mulut Gabin. Rasa takut mulai menjelajar di tubuh Gabin. Apa dia harus kembali saja? Tidak, dia tidak boleh kembali ia sudah ada di sini jadi apapun yang akan terjadi dia harus melewatinya.

Gabin menarik napas dalam-dalam kemudian menembuskannya dengan kasar. Perlahan ia melangkah mendekati koridor yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dedaunan kering bertebaran di mana-mana bahkan Gabin sendiri merasa bingung sudah berapa lama sekolah ini tidak pernah di bersihkan.

Di ujung lorong koridor yang menghubungkan 2 arah antara lorong kanan dan kiri yang Gabin pastikan jika itu adalah ruang kelas. Sekali lagi ia memberikan diri berjalan ke salah satu ruang kelas.

Brukk....

Suara jatuhnya sebuah bangku membuat Gabin telonjak kaget lelaki berparas tampan itu meneguk ludahnya sendiri, napasnya sudah mulai tidak beraturan tangan kanan yang sudah memengang gagang pintu mengurungkan niatnya untuk membuka. Matanya terfokus pada objek suara tadi yang tepat berada di samping kelas ia berdiri.

Langkahnya semakin berat, pikiranya melanyang entah kemana. Untuk pertama kali dalam hidupnya ini adalah ketakutan terbesar yang pernah dialaminya.

Jarak dirinya dari pintu tersebut tinggal selangkah lagi. Tubuhnya keringat dingin dengan keberanian yang tinggi Gabin meraih gagang pintu tersebut satu tarikan napas panjang kembali terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

•DIVERGENT•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang