Malam itu adalah malam Radit tanpa membaca novel kesukaannya, ia sudah mencari dari setiap sudut kamarnya dan ia benar-benar tidak menemukan yang ia cari, berkali-kali ia berusaha ingat kapan ia terakhir membuka dan membaca, ia pun ingat buku kesayangannya itu tertinggal di perpus saat menemui Khumairah, "jelas saja tidak ketemu" gumamnya sambil menghela napas. Hummm, ya sudahlah kalau memang itu masih rezeki saya pasti kembali, tapi di buku itu kan ada surat terakhir dari Chrisna, kembali ia tidak tenang dan ingat pada almarhumah kekasihnya itu, perlahan air matanya menetes, rasa bersalah kembali mengusik pikiran dan perasaannya atas kematian khumairah kekasihnya, "kenapa begitu cepat engkau pergi, gumamnya" Radit masih terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu, dan tanpa sadar ia merengek menangis lepas dan membuat ibunya kaget dan lansung mengahmpiri radit. kenapa? tanya ibunya, tapi Radit sudah histeris dan terus menangis, ibunya pun langsung memeluk dan berusaha menenangkan anaknya yang masih memiliki trauma itu, malam itu ingatan Radit kembali terjebak pada kecelakaan dua tahun yang lalu, "Chisna, Chisna mana Crisna Bu, kenapa Radit tidak bisa ketemu dia lagi, kenapa Bu? Ibunya pun terdiam dan hanya bisa menagis melihat kodisi anaknya yang ia anggap sudah bisa menerima kenyataan dan malam ini semua itu menyadarkannya bahwa anaknya tidak sedang baik-baik saja.
Sejak malam itu Radit kembali sakit dan hanya diam di rumah, hari-harinya begitu suram ia masih belum bisa terima kepergian Crisna, sudah hampir sepekan ia hanya berdiam diri di kamar memandangi potret kekasihnya yang sudah tiada, di temani seorang ibu yang begitu kuat, Ibu sekaligus sosok ayah untuknya karena sedari kecil Radit sudah tidak melihat ayahnya dia seorang yatim.
Di suatu pagi Radit terbangun dari tidur dan berkaca-kaca saat melihat ibunya yang sorang diri melakukan semua pekerjaan rumah dari memasak bersih-bersih rumah belum lagi ia harus membuka toko, Radit pun termenung melihat ibunya yang begitu kuat sedangkan ia harus patah sebab kepergiannya kekasihnya, ia pun berpikir "ada apa denganku, aku sudah membuat ibu sedih, bodoh sekali aku" perasaannya terus beraduh, antara terjebak pada rasa bersalah akan kematian Khumairah dan Rasa bersalah pada ibunya sudah menjadi beban.
Perlahan ia bangun dari tempat tidur berjalan keluar dari kamar dan pergi menemui ibunya, "IBU... pelan Radit memanggilnya sambil menghela napas dan bekata "maafkan Radit BU sudah banyak menyusahkan Ibu" air matanya tak dapat di bendung lagi ia menangis, "Radit tidak sekuat Ibu" Ibunya pun tersenyum tipis dan mencoba menguatkan Radit, "Menagislah anakku jangan ragu ataupun malu pada ibu sebaiamana kali pertama kau menangis dan itulah kekuatan Ibu, tangisan bayi mungil yang ibu besarkan seorang diri dan ibu tidak mau kehilangannya karena ibu yakin ia menangis bukan karena ia lemah tapi sebenarnya ia lebih kuat dari ibunya, Radit anak Ibu selamanya Radit yang terbaik buat Ibu.
Ingatlah... sebenarnya cinta adalah mengikhlaskan, jika cinta tidak menyatukan kedua jiwa yang saling menyinta, jangan pernah salahkan cinta dan meratapi sebab kepisahannya, cobalah terima sebab cintapun adalah bentuk ujian dari sang kuasa, sabagaimana cinta Radit pada Chrisna kekeasihnya, yang ia terjabak pada rasa bersalah atas kematiannya jua besarnya cinta yang ia taruhkan sehingga menghilangkan sadar akalnya, cintailah cinta sesuai dengan hak nya, setiap pertemuan bakal ada perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREMPUAN BERSORBAN IMAN
RomanceAkhlakmu Permata Dimata Lelaki Beriman, di ceritakan seorang pemuda yang mengalami traoma jatuh cinta sebab kemtiannya kekasihnya ia selalu menyalahkan dirinya, dan akhirnya ia akan membuka hati dan berjuang untuk cinta nya kali ini, apakah ia berha...