01 : Indecisive

169 13 7
                                    

Jika dia orang tepat, kau tidak akan menemukan keraguan untuk memperjuangkannya.

.

.

.

Jiwon berjalan menuju dapur milik Siwon. Dengan langkah perlahan wanita itu menghampiri kakaknya yang terlihat sibuk dan sangat serius menggunakan berbagai peralatan dapur. Hingga tidak beranjak ataupun menyadari kedatangannya. Dari arah belakang ia mencondongkan tubuhnya, merapat, lalu menilik apa yang dikerjakan oleh Siwon.

"Apa yang sedang kau kerjakan?" Kening Jiwon mengernyit heran melihat kegiatan yang dilakukan Siwon. Entah kerasukan apa, akhir-akhir ini, ia sering mendapati Siwon berkutat di dapur ketika di rumah. Pria itu sangat betah berada di dapur sampai menghabiskan waktu berjam-jam. Dari pertamanya, Siwon membuat dapur seperti kapal pecah. Hingga perlahan, ia sudah mampu menjaga kerapian dapur ketika menggunakannya.

Siwon menengadah dan menatap Jiwon dengan linangan air mata yang meluncur mulus dari dua matanya."Kau tak melihat? Aku sedang menangisi nasib bawang." jawabnya langsung dihadiahi sebuah pukulan di punggung oleh Jiwon.

"Bodoh! Oppa," panggil Jiwon kemudian. Ia mengambil sebotol air mineral, membukanya, dan meneguk isinya.

"Ya," sahut Siwon sambil menyelesaikan pekerjaannya membelah lapisan demi lapisan bawang bombay lalu mencacahnya dengan cepat.

"Ada apa?" tanya Jiwon pelan. Ternyata kakaknya memang semakin aneh dan Jiwon sangat penasaran dengan apa yang terjadi dengan kakak laki-lakinya itu. "Semakin hari, kau semakin senang berada di dapur daripada pergi keluar. Tidakkah kau merasa bosan? Sesekali pergilah berkencan."

"Jiwon," Siwon beralih memotong beberapa sayuran yang telah ia cuci bersih. "Kalau begitu carikan aku satu. Kau pasti mempunyai banyak kenalan bukan? Dan kau ahlinya dalam mencomblangkan seseorang."

"Hee?! Kau serius? Kau tidak sedang bercanda? Kalau kau memintaku untuk mencarikan seseorang wanita. Tidak hanya untuk berkencan, tetapi aku akan mencarikanmu calon istri bagaimana?"

Siwon melirik adiknya. "Kenapa melihatku seperti itu? Tidak percaya? Lakukan saja. Carikan wanita yang baik."

"Itu urusan mudah bagiku. Aku sudah menemukan kandidat terkuat. Im Yoona. Hubunganmu dengannya akhir-akhir ini berjalan sangat baik. Kenapa harus bersusah payah mencari."

"Jangan dia."

"Kenapa? Dia wanita baik."

Siwon berusaha untuk tidak bertatapan langsung dengan adiknya. Ia sangat berhati-hati."Kami berteman. Memang dia wanita baik, tetapi memilihnya bukanlah pilihan yang dapat diterima semua pihak."

Jiwon menepuk dahinya. "Choi Siwon! Ini tentang hidupmu bukan perkara bisnis, mencari kesepakatan yang harus dapat memuaskan semua pihak. Bahkan bisnis pun tidak bisa membuat semua senang dan merasa puas. Apa karena semua pemberitaan serta bagaimana keadaan Yoona? Peduli amat. Kau bahagia dan senang dengan pilihanmu, itu yang terpenting."

Siwon tidak membalas dan tidak memandang Jiwon. Ia hanya terus berkutat dengan sayuran-sayuran yang ia potong kecil-kecil.

"Aku saja ingin mengajaknya menikah, padahal aku normal. Yang sedang kita bahas saat ini Yoona, Siwon oppa. Im Yoona..." Jiwon menutup mulutnya dengan salahsatu tangannya. Ekspresi terkejutnya muncul. "Oh Tuhan. Makanya aku merasa aneh denganmu. Ada sesuatu terjadi? Dasar pembual. Kalian tidak hanya sekedar teman, kan? Kalian berpacaran? Kenapa tidak langsung melamar saja?"

Behind The Lens : Image of Fortitude [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang