Hari mulai sore, semua murid sudah berhamburan keluar kelas, sementara gadis malang yang terikat di bawah pohon dengan adonan yang Agra buat tadi.
"T-tolong, siapa pun tolong ..." lirih gadis tersebut dengan isak tangis semakin manjadi jadi.
"Tolong ..."
"Tolong ..."
"Aduh maaf ya gue telat," suara dari depan membuat gadis yang terkulai lemah, serta bau amis di badannya membuat ia menoleh ke arah suara itu.
"Tolong bantu l-lepasin... "
Dengan segera gadis tersebut membukakan tali yang mengikat tubuh gadis bermasker tersebut. "Maaf banget ya, gue baru kesini. Tadi, nunggu Agra sama anak anak lain pulang dahulu baru gue bisa kesini." kata gadis tersebut menyerahkan minuman ke gadis bermasker.
"Iya gak apa apa, makasih udah tolong aku ..." ucap gadis bermasker mengambil minuman dari gadis didepannya.
"Yaudah sekarang lo minum, terus gue anterin pulang." tutur gadis tersebut tersenyum manis.
Gadis yang tertutup masker hanya menggeleng sebagai jawaban, tentu saja ia tidak bisa membuka maskernya didepan orang yang baru ia kenal. Jangan kan yang baru kenal, yang sudah lama saja belum tentu ia mau membukanya.
"Gpp, disini cuma ada gue kok. Jadi, lo tenang aja ya." ujar gadis tersebut.
Lagi-lagi gadis tertutup masker tetap menggeleng. Gadis di sampingnya menghelah nafas gusar.
"Oh iya, sebelumnya kenalin, nama gue Flo, adik dari Bang Gagas." gadis bernama Flo menjulurkan tangannya ke gadis bermasker.
Gadis bermasker hanya menatap tanpa niat membalas, ataupun berbicara. "Huh! Yaudah gpp, sekarang ayo! Gue anter lo balik." ujar Flo memang bahu gadis tersebut, membopongnya untuk keluar dari kawasan sekolah.
"Aku bisa pulang sendiri, terimaksih atas tawarannya." ujar gadis bermasker dengan senyum tipisnya dari balik masker yang ia kenakan.
"Gak! Ini perintah dari Bang Gagas, gue disuruh anter lo sampe rumah. Gak ada penolakan!"
•>>•<<•
Sudah tiga hari setelah kejadian di belakang toilet, Agra serta kedua temannya masih saja mengganggu gadis bermasker yang tidak di ketahui nama oleh ketiga nya.
"Gra! Cabut lah, nih cewek aneh gak bakal ngelawan lagi. Cepet. Enek gue liat muka nya," sembur Gagas yang sedari tadi melihat korban kejahatan dirinya dan kedua sahabatnya hanya menangis, dan menangis saja dari tadi.
Agra berbalik, "Gue belom puas. Lo aja sono balik, Kena lo temenin gue disini. Gagas balik sono lo bangsat!" usir Agra. Gagas hanya mengangkat bahu acuh, lalu melenggang pergi dari tempat tersebut.
Agra berbalik lagi ke gadis yang berada di depannya. "Mulai hari ini, detik ini, lo harus jadi budak gue! Semua perkataan gue kudu lo turutin. Kalo lo gak mau gue siksa terus begini, sampe gue bosen. Jadi, pilih mana?" ujar Agra mencengkram dagu gadis tersebut. Dengan sepontan gadis bermasker tersebut mengangguk takut.
Agra tersenyum kemenangan, ia tahu bahwa gadis aneh didepannya tidak akan menolah tawarannya untuk menajadi budaknya.
"Sekarang lo lari 10 kali ngelilingin lapangan, abis itu beliin gue makanan dideket sebrang jalan situ. Ngerti?" ujar Agra yang di angguki gadis tersebut.
Agra pergi begitu saja dan di belakangnya ada Kena. Gadis bermasker tersebut berlari memutari lapangan sesuai yang di perintahkan oleh Agra. Mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus melakukannya.
Sementara di belakang pohon dekat lapangan, sudah ada Gagas yang memperhatikan gadis bermasker tersebut. Ia agak kasihan sebenarnya dengan gadis itu. Namun, apa lah daya dia yang tidak mau membuat sahabat lamanya marah, yang ada gadis tersebut malah di kasih hukuman yang lebih dari yang di berikan Agra tadi.
Tepat saat lima belas menit, gadis bermasker tersebut akhirnya sampai di akhir putaran yang kesepuluh. Ia berhenti dan duduk sebentar di dekat tiang bendera sambil menyeka keringatnya.
Gagas yang melihat itu segera menghampiri gadis bermasker tersebut sambil menenteng air minum di tangannya. Setelah sampai, Gagas menyodorkan minuman tersebut ke gadis bermasker.
Namun, bukannya mengambilnya, gadis bermasker tersebut hanya melihat tanpa ada niat menerima.
"Udah ambil aja, slow gak ada sianida nya kok, ahaha." ujar Gagas sambil terkekeh, dan duduk di samping gadis bermasker tersebut.
Akhirnya gadis tersebut mengambil tanpa meminumnya, Gagas mengerutkan keningnya. "Kenapa gak di minum? Kan lo abis lari sepuluh putaran, emangnya gak haus?" tanya Gagas. Dan di balas gelengan oleh gadis tersebut.
Bohong. Ia sengaja berbohong, tidak mungkin ia melepas maskernya dihadapan manusia seperti Gagas. Tidak akan ia lepas hanya untuk meminum air yang di berikan Gagas.
"Lo bisa ngomong kan? Atau jangan jangan lo...." ucapan Gagas terpotong saat gadis bermasker berbicara.
"ENGGAK....Aku gak bisu kok" sela gadis tersebut, Gagas terdiam sejenak, ini pertama kali ia mendengar suara gadis yang di anggap aneh sama Agra.
Namun, seketika ia terkekeh. "Yang bilang lo bisu siapa?" kata Gagas.
Gadis tersebut menunduk malu, "Kan kamu tadi bilang lo bisa ngomong kan? Atau jangan jangan lo... Abis itu kamu gak ngelanjutin lagi."
"Ya kan gue gak ngelanjutin lagi, kenapa lo bilang bisu? Terus salah gue gitu?" tanya Gagas menaikan sebelah alisnya.
"Aku bilang kayak gitu, pasti pada ngira aku kayak gitu. Padahal kan ya, aku sama sekali gak bisu, ini buktinya aku bisa ngomong kan?" Gagas mangguk dan mengacak-ngacak rambut gadis bermasker tersebut secara sepontan.
"Udah ya, aku mau beli makanan buat Agra. Dahh..." gadis tersebut bangun dan berlari secepat mungkin. Ia grogi saat seorang cowok mengacak rambutnya, apa lagi yang melakukan itu adalah teman dari orang yang menyuruhnya berlari lapangan dan menyuruhnya membeli makanan.
Gagas yang melihat itu tersenyum tipis, dan seketika menepuk jidat "Aduh! Kenapa gak nanya namanya? Gagas Gagas, bego banget si lo. Malu maluin bokap lo yang sebagai ketua RT aja." gumam Gagas dan ikut berlari mengejar gadis tersebut.
•>>•<<•
"Tunggu!"
Gadis bermasker yang tengah berlari kecil akhirnya terhenti, Gagas langsung menghampiri gadis tersebut.
"Ada apa lagi? Aku harus cepat-cepat pergi kesebrang jalan, aku takut telat, yang ada nanti aku kena omel sama Agra, temen kamu." ujar gadis tersebut.
"Gue Bagas, lo bisa panggil gue Gagas biar kayak yang lain, atau sayang hehe." canda Gagas sambil menyengir.
"Nama lo siapa? Kita saling ngomong tapi, gak tau nama sama sekali." Gagas mengulurkan tangannya ke depan gadis tersebut.
Namun, gadis tersebut hanya diam tanpa membalas ucapan dan uluran tangan Gagas.
"Jadi, siapa nama lo?" tanya Gagas.
"Emm ... Kamu janji ya jangan bilang ke siapa siapa?" kata gadis tersebut. Gagas menyengrit heran, maksud dari kata kata tersebut apa? Namun, sedetik kemudian ia mengangguk.
"Jadi ..." ujar Gagas lagi.
bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Misterius
ActionBook 3 Agra adalah laki-laki yang dibilang cukup tampan disekolahnya. Sifat angkuh dan sombong Agra membuat orang yang melihatnya jengkel setengah mati. Namun dengan tampang yang diatas rata-rata membuat semua gadis di sekolah memujanya, dan itu kes...