𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐬-

5.3K 847 483
                                    

[Name] POV

Hari pertama semester kedua sudah berlalu seminggu yang lalu. Selama seminggu ini juga, aku tidak diantar pulang oleh Oikawa karena suatu alasan yang tidak dapat aku ceritakan langsung.

Pelajaran sekarang, adalah olahraga. Materi kali ini adalah jalan cepat. Dan kini giliran ku untung bersaing dengan yang lain. Awalnya memang aman aman saja. Tapi, kakiku tiba-tiba saja salah pijak dan membuatku jatuh.

Semua berhamburan mendekatiku. Saat mencoba berdiri, kakiku terasa benar-benar sakit. Akhirnya aku dibawa ke UKS untuk mendapat perawatan. Sebenarnya tidak terlalu parah. Tapi, entah kenapa aku tetap ingin di UKS saja. Lagipula, pelajaran selanjutnya membosankan. Jadi, aku lebih memilih berada di UKS.

Sampai sampai ketiduran. Saat bangun, aku menyadari kalau warna langit kini sudah senada dengan buah jeruk. Tanda waktu sudah memasuki senja.

Greek!!

Pintu UKS terbuka. Aku menoleh kearah pintu. Mendapati pemuda ayang akhir-akhir ini tidak dapat kulihat karena terlalu sibuk dengan sekolah.

" Oikawa..-senpai?" Lirihku.

Oikawa tersenyum. Lalu mengangkat tasku yang kini sudah berada ditangannya.
" Temanmu, Mayawazaki Mio bilang, dia ada urusan. Jadi menitipkan tasnya padaku," jelas Oikawa.

Dia perlahan mendekati ranjang ku.
" Kau.. menghindari ku ya, [Name]-chan?" Tanya Oikawa dengan nada sendu.

Manikku membola. Buru-buru aku menggeleng.
" Ti-tidak! Hanya saja aku sangat sibuk dengan sekolah di semester dua kali ini," jelasku.

Oikawa memiringkan kepalanya.
" Sudah.. memutuskan jawabanmu?" Tanyanya lalu menunjukkan smirk.

Aku beranjak dari kasur. Lalu menatap jendela di samping kasurku.
" Maaf, Oikawa-senpai," lirihku.
" Aku.. menolak mu," jelasku.

Oikawa mendekatiku.
" Kenapa? Kenapa?!" Tanya Oikawa histeris.

Aku membalikkan badanku supaya dapat melihat rupanya.
" Maaf karena sudah membuatmu suka padaku," ujarku sendu.
" Maaf.. aku dijodohkan oleh ayahku," jelasku yang membuat Oikawa tersentak kaget.

" [Name]-chan, kalau mau menolak ku, bukan begini alasannya," jelas Oikawa mencoba tersenyum.

Aku menggigit bibir bawahku.
" Aku.. benar-benar sudah dijodohkan ayahku, Oikawa-senpai," jelasku lagi.
" Aku dijodohkan dengan Kageyama," jelasku.

Oikawa menggeram kesal. Aku menghela nafas panjang. Bersiap menjelaskan semuanya, lagi.

" Lagipula, aku sepertinya tidak merasa memiliki perasaan yang sama sepertimu," ujarku.
" Aku.. hanya menganggap mu senpai yang bersedia membantu kouhai-nya karena stalker. Aku memang merasa aman bila berada didekat mu, itu karena aku sedang diawasi dan diikuti. Mungkin, kalaupun stalker itu tidak ada, aku tidak akan pernah dekat dengan orang sebaik dirimu, Oikawa-senpai," ujarku sendu.

Oikawa tiba-tiba saja mengkabedon ku. Sekujur tubuhku rasanya mati rasa. Oikawa menampakkan ekspreksi tidak terima. Menghela nafas, lalu menunjukkan smirk-nya yang kini terlihat menakutkan bagiku.

" Benar.. kalau tidak ada stalker itu, kita tidak akan pernah dekat," bisik Oikawa tepat ditelinga ku.
" Kalau begitu, ayo kita cari stalker itu dan ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya pada dirinya," lanjutnya.

Sekujur tubuhku kini merinding mendengar bisikan nya yang bagaikan bisikan iblis penggoda. Oikawa menopang daguku agar aku menatap matanya dengan jelas.

𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 || tooru✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang