𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐬- ❞

6.9K 874 254
                                    

Oikawa POV

Sejak kejadian itu, [Name] terus-terusan saja menghindari ku. Bahkan saat manik kami tak sengaja bertatapan, dia langsung menghilang dari pandanganku. Aku tahu, dia begitu ketakutan ketika melihatku.

Aku tahu perbuatan ku selama ini kepada [Name] benar-benar sudah melampaui batas. Kalau saja aku sadar lebih cepat, semua ini tidak akan terjadi. Aku sudah termakan ego. Aku ingin memiliki [Name]. Hanya kalimat itu yang selalu tertanam di otakku kala melihat wajah [Name].

Sore, saat [Name] mengetahui semuanya, samar-samar aku dapat melihatnya meminta tolong kepada seseorang. Seorang pemuda dengan surai hitam. Tanpa menebak pun aku sudah tahu kalau itu orang yang dijodohkan dengan [Name] sekaligus kouhai-ku dulu.

Saat aku mencoba mengejarnya, Iwaizumi yang melihatku berpenampilan seperti itu langsung menamparku dan menyadarkan ku. Dan, aku baru sadar kalau kini [Name] menumpahkan air matanya karena aku. Dia juga terluka karena aku.

Aku benar-benar merasa bersalah.
Tapi, untuk apa?

Pulang sekolah, aku izin tidak mengikuti latihan karena merasa tidak enak badan. Memang benar, aku sedang merasa tidak baik-baik saja.

Bahkan, kini aku tidak tahu sedang berjalan kemana. Aku hanya mengikuti arah kakiku tanpa tahu ingin kemana. Kembali mengikuti egoku.

Dan kini, langkahku terhenti di sebuah tempat. Aku tidak tahu pasti, ini dimana. Yang pasti, tepat diatasku adalah langit biru hampir senja tanpa terlihat gedung atau apapun. Sedangkan dari bawah, aku dapat mendengar suara berat seperti mobil dan bus.

Aku menatap kearah depan. Didepan, terlihat ada pagar pembatas. Kakiku kembali tergerak. Perlahan memanjat pagar pembatas itu, dan kini aku dapat melihat pemandangan jalan raya yang amat padat kendaraan.

Instingku bilang, aku harus melompat. Dan, tentu saja aku melompat. Untuk terakhir kalinya, aku memandang langit biru. Untuk terakhir kalinya, aku membayangka wajah [Name]. Bukan, bukan wajah [Name] yang terlihat ketakutan karena tindakanku. Aku membayangkan wajah [Name] sebelum seseorang bernama stalker itu muncul.

Senyumannya yang secerah matahari. Semua itu telah sirna karena perbuatan ku. Itu, kejam.

Tapi, bukankah ini lebih baik? Kini, senyuman [Name] dapat merekah setiap saat. Kalau saja, aku punya kesempatan untuk melihat senyuman istimewa itu. Buat apa? Aku tidak pantas mendapatkan hal seperti itu.

Toh, aku akan pergi. Semua kenangan tentang [Name] kini berputar dikepalaku.

" Akhirnya kau dapat bahagia, bukan begitu [Name]?"

Gelap.












[Selesai]












Makasih untuk vomentnya ♡

𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 || tooru✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang