TPK 1

2 2 1
                                    

Dimanapun dia melangkah disitu banyak orang yang menundukkan kepala menghormati dirinya. Lain dari kebnyakan wanita pada umumnya yang memilih untuk kuliah atau berpacaran tapi gadis yang masih berumur dua puluh satu tahun ini memilih untuk menjaga negaranya. Dari umur delapan belas tahun dia sudah menjadi salah satu dari pasukan tentara tangguh negara ini.

Gadis ini sedang berusaha memecahkan sebuah kasus karena pasukannya ditunjuk untuk membantu polisi dalam memecahkan kasus yang sedang menggemparkan beberapa hari ini. Sudah setengah jam dia berkutat dengan laptop serta berkas-berkas ditangannya.

"Kenapa gue yang disuruh sih, padahal gue bukan bagian kantor," kesalnya ketika tak mengerti jawaban kasus itu.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar. Ia mendongakkan kepala lalu menatap pintu itu berharap salah satu sahabatnya yang mengetuk lalu membantu dirinya.

"Masuk!"

Pintu ruangan terbuka dan menampakkan dua wajah sahabatnya. Dengan santai mereka masuk begitu saja. Berbeda dengan tentara lain yang masuk dengan menundukkan kepala.

"Serius amat Bu," kata salah satu sahabatnya sambil menduduki kursi disebrang mejanya.

"Lo harus bantuin gue."

"Luisa Shafira Atmaja Narendra, gue bilang sama lo udah beberapa kali kalau otak gue gak bakal nyampai buat mecahin kasus-kasus itu. Masih untung gue di taruh lapangan bareng lo," kata sahabat Luisa dengan nama, Queensa Karina Juliana itu.

"Karina aja gak tau apa lagi gue," sahut sahabat lainnya, Zahra Nafisha.

"Terus lo berdua mau ngapain kesini?" tanya Luisa datar.

"Ngajak lo makan siang bareng, sama Elang juga," jawab Zahra.

"Mon maap nih gue gak mau, percuma makan siang bareng lo sama Elang yang ada jadi nyamuk," tolak Luisa malas.

"Syukur Alhamdulillah kalau lo gak mau," balas Zahra.

"Kalo lo?" tanya Luisa pada Karina.

"Ikut aja kesini, gue males seruangan sama anak-anak. Mau tidur pun gak bisa, gue pingin punya ruangan sendiri kayak lo," jawab Karina.

"Naik pangkat dulu Bu baru bisa punya ruangan sendiri," ledek Luisa.

"Terserah Ibu Kolonel Luisa yang terhormat," kesal Karina.

Luisa tertawa puas. Bukankah itu hal yang menakjubkan? Masih berumur dua puluh satu tahun sudah menyandang pangkat Kolonel tanpa bantuan siapapun dan apapun.

"Jadi makan siang bareng gak?" tanya Seorang laki-laki hanya memunculkan kepalanya seperti orang mengintip.

"Yang sopan dikit sama komandan napa," sindir Karina.

"Bukannya gue yang komandan lo ya," bingung lelaki itu.

"Masuk Kak Lang, jangan kayak orang nagih hutang gitu," sindir Luisa datar.

Elang memberikan cengirannya, sedetik kemudian ia masuk keruangan Luisa. Zahra memberikan senyum manisnya. Sedangkan Luisa dan Karina tersenyum kecut.

"BANCI!" sindir Luisa.

"Apaan dah? Gue laki-laki normal Sa," bingung Elang.

"KORBAN CINTA," jawab Luisa berdiri lalu keluar dari ruangannya.

"Terserah Ibu komandan dah," balas Zahra.

Karina ikut berdiri dan memilih keluar daripada menjadi nyamuk. Zahra dan Elang saling berpandangan kemudian tertawa. Mereka berdua akhirnya menyusul Luisa dan Karina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tragedi Perintah KomandanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang